Hari Pangan Sedunia 16 Oktober 2025

 

Para Ibu dan Bapak
Suster, Bruder, Frater, Romo
Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus
1. Setiap tanggal 16 Oktober secara internasional diperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Kita umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta memperingati HPS pada hari Minggu yang paling dekat dengan peringatan HPS itu, sambil merayakan misteri penebusan Allah dalam perayaan Ekaristi dan menimba inspirasi Sabda Tuhan yang kita dengarkan.
2. Pada tahun ini, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi PSE KWI) mengambil tema “Hak atas Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik”. Sementara itu, melanjutkan tema HPS tahun-tahun sebelumnya, tema HPS Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) tahun ini adalah “Konsumsi Pangan Nusantara untuk Indonesia Sehat”.
Melalui tema ini kita diajak untuk mensyukuri anugerah Tuhan atas keanekagaraman sumber pangan sehat yang (dapat) dihasilkan di bumi Nusantara kita tercinta.
Saudari-saudara yang terkasih,
3. Melalui bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan kepada murid-murid-Nya untuk tidak jemu-jemu berdoa (Luk 18:1-8). Di hadapan hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun, seorang janda selalu datang kepadanya meminta agar dia mau membela hak-haknya. Karena janda tersebut menyusahkannya, maka hakim membelanya. HPS yang kita peringati setiap tahun adalah salah satu bentuk doa dan seruan yang tak henti-hentinya kita lakukan, agar kita menghormati dan menghargai pangan sebagai anugerah Allah bagi kita. Sementara itu, menghormati pangan sebagai anugerah Allah bagi kita, adalah salah satu bentuk perbuatan baik yang diperlengkapkan Allah bagi kita sebagai orang-orang kepunyaan Allah (2 Tim 3:17)

Saudari-saudaraku yang terkasih,
4. Apa yang kita makan sehari-hari berdampak tidak hanya pada kesehatan tetapi juga berkontribusi, baik positif maupun negatif, pada relasi kita dengan Allah, dengan diri kita sendiri, dengan sesama manusia dan alam ciptaan.
4.1. Relasi yang benar dengan Allah antara lain tercermin dalam keyakinan akan ketergantungan kita pada anugerah makanan dari Allah. Kitab Suci menceriterakan bahwa umat beriman memuji Allah karena Dia menyediakan makanan bagi umat-Nya: Allah menyediakan manna bagi Umat-Nya yang mengembara di padang gurun. Yesus mengadakan mukjizat pergandaan roti bagi orang-orang yang mengikuti-Nya. Rasul Paulus menggambarkan Allah sebagai yang “menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan” (Kis. 14:17). Keyakinan bahwa dalam hal makanan kita tergantung pada Allah, kita ungkapkan dalam doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan, “berilah
kami rezeki pada hari ini” (Mat. 6:11).
4.2. Pola konsumsi makanan sehat juga dapat memupuk relasi yang benar dengan diri sendiri. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus sehingga kita perlu merawatnya. Cara mensyukuri anugerah Allah atas tubuh kita adalah dengan merawatnya, dengan makan makanan bergizi dan membangun gaya hidup sehat.
4.3. Pilihan pangan yang kita konsumsi sehari-hari bukan hanya perwujudan relasi kita dengan Allah dan dengan diri kita sendiri, tetapi juga relasi kita dengan sesama dan alam ciptaan. Dalam memilih makanan, kita perlu memahami dan menyadari sistem rantai distribusi dan produksi pangan. Pada umumnya kriteria utama orang dalam memilih pangan adalah harga, rasa dan gaya hidup. Kebanyakaan orang memilih harga murah, rasa enak, praktis dan cepat saji. Kriteria ini biasanya dimanfaatkan oleh industri pangan. Kita sering tidak sadar bahwa dengan menetapkan kriteria ini kita bertindak tidak adil kepada para buruh, petani, pengemudi jasa distribusi dan lingkungan. Jenis makanan yang murah, enak dan cepat saji ini sangat mungkin mengandung ketidakadilan sosial dan eksploitasi alam dalam proses produksi dan distribusinya. Alam dipaksa untuk terus berproduksi agar dapat memenuhi permintaan pasar. Tanah tidak diberi kesempatan untuk istirahat sejenak berhenti berproduksi. Benih, pupuk dan pestisida pabrikan digunakan untuk memacu target produksi, sehingga yang dihasilkan adalah bahan pangan yang
tidak sehat dan merusak lingkungan. Saudari-saudara terkasih,
5. Di masa lampau, masyarakat Nusantara memiliki bahan pangan tradisional yang beragam. Setiap daerah dengan karakteristik alam yang khas, mengembangkan sumber pangannya sendiri. Tanpa tergantung pada padi atau beras, masyarakat sejak lama membangun ketahanan pangan dalam lingkup komunitas masing-masing, mengolah sagu, jagung hingga singkong sebagai sumber pangan. Pangan Nusantara sejatinya dapat menjadi solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kedaulatan pangan. Pangan Nusantara, yang diproduksi dan dikonsumsi di suatu daerah, cenderung lebih ramah lingkungan karena mengurangi jejak karbon dari proses produksi dan distribusi. Selain itu, pengelolaan pangan lokal juga berkontribusi pada pemenuhan asupan gizi, pelestarian keanekaragaman hayati dan kearifan lokal.
6. Namun sekarang pola makan masyarakat kita sudah berubah. Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan bahwa pola konsumsi pangan di Indonesia tergolong tidak sehat: asupan karbohidrat tinggi, sedangkan asupan protein dan vitamin rendah. Pemasaran dan konsumsi pangan ultraproses, seperti makanan instan dan minuman berpemanis gula lebih banyak diminati dan berkontribusi pada pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang semakin menjauh dari pangan lokal sehat yang ada di Nusantara. Pola makan seperti ini dapat berdampak pada peningkatan berbagai penyakit.
7. Untuk mewujudkan sistem pangan yang berkelanjutan dan berkeadilan, sistem pangan harus mencapai kedaulatan pangan dan pemenuhan gizi untuk semua, dengan cara yang tidak membahayakan ketahanan pangan dan gizi generasi masa depan, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Namun produksi pertanian Indonesia saat ini cenderung hanya terfokus pada beberapa komoditas bernilai tinggi dan beberapa varietas tanaman produktif. Akibatnya, variasi pangan yang tersedia di pasar menjadi terbatas dan sebaliknya membuat ratusan spesies tanaman pangan bergizi menjadi terabaikan.

Saudari-saudaraku yang terkasih
8. HPS yang kita peringati setiap tahun merupakan penanda untuk membangun budaya pemilihan makanan sehari-hari yang bersumber dari moral Kristiani. Pilihan atas makanan yang kita konsumsi hendaknya semakin membangun relasi kita yang seharusnya dengan Allah, dengan diri kita sendiri, dengan sesama dan alam ciptaan. Ketika kita memilih harga pangan, kita perlu mempertimbangkan apakah kita sudah berbuat adil terhadap jerih payah saudari-saudara kita yang berjasa atas proses produksi dan distribusi pangan. Ketika rasa enak yang menjadi kriteria pilihan kita atas pangan, apakah kita menyadari bahwa makanan itu benar-benar sehat. Ketika kita memilih bahan makanan impor yang seolah merupakan simbol harga diri, apakah kita sudah memperhitungkan biaya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari proses distribusi dan produksinya. Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini perlu terus kita lakukan.
Saudari-saudara yang terkasih,
9. Saya menghargai berbagai upaya dan inisiatif individu maupun komunitas-komunitas terkait dengan masalah pangan. Pemanfaatan lahan untuk memproduksi bahan pangan telah dan sedang dilakukan di berbagai tempat. Demikian juga pembangunan jaringan pangan Nusantara yang ramah lingkungan yang sedang diinisiasi oleh jaringan petani di Keuskupan Agung Semarang dan jaringan konsumen di Keuskupan Agung Jakarta. Upaya ini dapat semakin mendekatkan konsumen dengan petani yang saling mendapatkan manfaat. Petani mendapatkan harga yang baik dan adil, sementara konsumen mendapatkan bahan makanan ramah lingkungan yang sehat.
Mengonsumsi pangan Nusantara yang beraneka ragam bisa menjadi sebuah gerakan bersama. Gerakan seperti ini dapat memberikan manfaat bagi kesehatan kita, bagi petani yang mengusahakan serta kelestarian lingkungan. Aksi-aksi nyata lain dapat dilakukan untuk mendukung gerakan ini, misalnya:
9.1 Berdoa dan mengucap syukur setiap hari atas anugerah keanekaragaman pangan Nusantara (usulan doa terlampir).
9.2. Pengenalan dan penyadaran tentang keanekaragaman pangan Nusantara khususnya di kalangan anak-anak dan remaja lewat sekolah-sekolah, media sosial, kegiatan-kegiatan di lingkungan dan paroki.
9.3. Memberikan pemahaman tentang kandungan gizi dari aneka ragam pangan Nusantara.
9.4. Mengadakan pembiasaan menyajikan pangan Nusantara, baik dalam keluarga, maupun dalam pertemuan-pertemuan umat di lingkungan, paroki, dan komunitas kategorial; serta kegiatan-kegiatan lainnya, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing.
10. Akhirnya, bersama-sama dengan para imam dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Frater/Kaum Muda/Remaja dan Anak-Anak sekalian, yang dengan peran berbeda-beda telah ikut mengemban tanggung jawab dalam mempromosikan pangan Nusantara ramah lingkungan demi terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Semoga kita, umat Keuskupan Agung Jakarta, terus berjalan bersama dengan semangat semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi serta tidak lelah mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkannya dalam hidup kita. Salam sehat berlimpah berkat untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda.

 

+ Kardinal Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Lampiran:
“Doa Syukur atas Anugerah Keanekaragaman Pangan Nusantara”
“Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami memuji dan memuliakan nama-Mu atas keanekaragaman makanan yang Engkau berikan kepada kami di bumi Nusantara ini. Kami bersyukur atas kemurahan-Mu yang tak terbatas, yang menyokong kehidupan kami melalui rezeki dari tanah yang Engkau percayakan kepada kami untuk mengelolanya. Kami juga bersyukur bagi mereka yang bekerja keras untuk menghadirkan makanan ini di meja makan kami sehari-hari. Lindungilah bumi Nusantara ini, yang menjadi sumber kehidupan kami, agar terus berlimpah dan lestari bagi generasi mendatang. Semoga makanan ini menguatkan kami untuk hidup dalam keadilan dan solidaritas, serta membantu kami untuk lebih peduli pada saudarj-saudara kami yang kekurangan dan lingkungan yang rapuh. Penuhilah kami dengan kesadaran ekologis dan kasih, agar kami senantiasa menjaga dan merawat seluruh ciptaan-Mu dengan bijaksana. Ini kami panjatkan kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin”.

 

Teks Asli : SG HPS 2025

Sumber : Komsos Keuskupan Agung Jakarta

Paus Leo XIV Tetapkan Dua Orang Kudus pada 7 September 2025 (Roma)

 

Pada Minggu, 7 September 2025, Paus Leo XIV memimpin Misa Kanonisasi di Lapangan Santo Petrus dan secara resmi menetapkan dua tokoh muda menjadi santo: Carlo Acutis dan Pier Giorgio Frassati. Upacara ini menjadi momen historis karena menampilkan teladan kekudusan dari dua generasi berbeda — satu remaja milenial yang memanfaatkan teknologi untuk pewartaan, dan satu tokoh awal abad ke-20 yang dikenal karena pelayanan kepada orang miskin dan semangat sosialnya.

Carlo Acutis (1991–2006) dikenal luas karena karya digitalnya: ia membuat pameran daring tentang mukjizat Ekaristi dan menggunakan keterampilan pemrograman serta media sosial untuk menyebarkan iman Katolik. Acutis wafat pada usia 15 tahun karena leukemia, namun hidup singkatnya menjadi contoh bahwa kekudusan dapat dijalani dalam kehidupan sehari-hari oleh generasi muda. Canonisasi Acutis menandai momen penting—ia disebut sebagai santo milenial pertama yang diakui secara universal oleh Gereja.

Pier Giorgio Frassati (1901–1925) adalah seorang laikan Italia yang terkenal karena kegemaran pada alam, persahabatan, kehidupan doa, dan keterlibatannya dalam pelayanan sosial kepada kaum miskin. Meskipun hidupnya singkat, kesaksiannya mendapat perhatian luas karena menunjukkan bagaimana iman yang hidup dan pelayanan praktis dapat berjalan seiring. Kedua kanonisasi ini ditegaskan oleh Paus Leo XIV sebagai teladan konkret bagi kaum muda dan semua orang beriman.

Mengapa kanonisasi ini penting?

Kanonisasi bersama dua sosok muda ini memberi pesan pastoral ganda: bahwa kekudusan bukan hanya untuk kalangan religius atau orang-orang “besar” secara institusional, dan bahwa cara-cara modern—termasuk media digital—tidak menghalangi namun justru bisa menjadi jalur pewartaan iman bila dipakai dengan bijak. Dalam homili dan pernyataannya, Paus Leo XIV mengajak umat untuk menjadikan hidup sehari-hari sebagai “mahakarya” iman—pesan yang merujuk langsung pada pengalaman hidup kedua santo baru tersebut.

Reaksi dunia Katolik

Perayaan di Vatikan dihadiri puluhan ribu umat, rombongan peziarah, keluarga, serta perwakilan organisasi Katolik dari berbagai negara. Media internasional melaporkan bahwa kanonisasi ini mendapat perhatian luas, khususnya dari kalangan kaum muda yang melihat dalam Carlo Acutis contoh konkret penggunaan teknologi untuk kebaikan rohani. Banyak media besar dan lembaga Katolik mengabadikan momen ini dalam liputan khusus.

Warisan dan langkah selanjutnya

Setelah kanonisasi, devosi publik dan penghormatan liturgis terhadap Santo Carlo dan Santo Pier Giorgio akan semakin berkembang: relik, situs ziarah (seperti makam Acutis di Assisi), materi catechesis bagi paroki-paroki, serta inisiatif pastoral yang memanggil kaum muda untuk keterlibatan aktif dalam Gereja. Para uskup dan komunitas lokal di berbagai negara mulai merencanakan perayaan dan program pendidikan iman yang mengangkat teladan kedua santo ini.

Tobat Nasional: Seruan Kardinal Suharyo untuk Introspeksi

 

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mendesak seluruh elemen bangsa—eksekutif, legislatif, dan yudikatif— untuk melakukan introspeksi dengan mengakui kesalahan mereka. Seruan “tobat nasional” itu disampaikan dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa (GNB) pada Rabu, 3 September 2025. Ia menekankan, “dibuka kartunya, diakui kesalahannya dan marilah kita melakukan tobat nasional,” sebagai langkah pertama menuju perbaikan bangsa.

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (tengah) dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa di Jakarta, Rabu (3/9/2025).

(Sumber : KOMPAS.com)

Menurut Kardinal Suharyo, penolakan terhadap kesalahan hanya akan menjebak bangsa dalam kebuntuan. Jika tidak ada pengakuan atas kelemahan dan kekeliruan, maka arah bangsa menjadi tak jelas. Ia juga mempertanyakan apakah kritik dan masukan dari akademisi dan kalangan yang tak memiliki kepentingan politik benar-benar didengar oleh pengambil kebijakan. Bahkan, ia mengaku bertanya-tanya apakah aspirasi mahasiswa dan akademisi turut dilibatkan, karena selama ini yang disaring hanya yang “baik-baik saja”.

GNB, yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas agama seperti Sinta Nuriyah, Franz Magnis-Suseno, Alissa Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Laode M. Syarif, dan Gomar Gultom, menyampaikan lima pesan kebangsaan sebagai respons terhadap ketegangan yang muncul akibat aksi unjuk rasa dan kericuhan di berbagai daerah. Pesan itu mencakup dorongan kepada Presiden Prabowo Subianto dan semua jajaran negara untuk memperbaiki sistem tata kelola, menjaga nilai etika, serta mendengarkan aspirasi rakyat dengan lebih sungguh-sungguh.

Seruan tobat nasional ini juga menjadi panggilan agar elite pemerintahan dan lembaga penegak hukum mengevaluasi diri, menyingkirkan ketidakpekaan, serta memperbaiki hubungan dengan masyarakat. Dengan begitu, diharapkan bisa terwujud perbaikan yang nyata dan menyentuh seluruh sendi kehidupan berbangsa.

Doa dari Vatikan untuk Indonesia: Perdamaian dan Harapan

 

Negara Vatikan menyampaikan doa khusus untuk Indonesia saat malam hari menurut waktu setempat. Setiap doa sekecil apa pun memiliki kekuatan spiritual dan dampak emosional yang mendalam. Terlebih ketika doa itu datang dari Vatikan, pusat spiritual Gereja Katolik global, yang menyertakan nama Indonesia di dalamnya. Doa itu dipimpin langsung oleh perwakilan Tahta Suci di Basilika Santo Petrus, Vatikan, sebagai bentuk solidaritas atas situasi yang tengah dihadapi bangsa Indonesia.

Doa Vatikan untuk Indonesia

Doa tersebut juga berlangsung setelah Misa Harian di Vatikan. Uskup Agung Claudio Gugerotti, Prefek Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur, menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya dan agama yang luar biasa.

“Vatikan berdoa untuk kedamaian, persatuan, dan kemajuan Indonesia. Semoga masyarakatnya selalu kuat menghadapi tantangan,” ujar Uskup Agung Gugerotti dalam pernyataan resmi yang diterima.

 Latar Belakang

Sejak kunjungan Paus Fransiskus ke Asia Tenggara pada September 2024, hubungan diplomatik Indonesia dan Vatikan semakin erat. Doa Vatikan kali ini disebut sebagai kelanjutan dari semangat persaudaraan lintas iman yang selalu digaungkan oleh Paus.

Dalam sejarah, Vatikan kerap mendoakan negara-negara yang sedang menghadapi tantangan sosial maupun bencana alam. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Katolik terbesar di Asia Tenggara, memiliki kedekatan emosional dengan Tahta Suci.

 Respon di Indonesia

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyambut baik doa dari Vatikan. “Ini adalah bentuk nyata kepedulian Gereja universal. Umat Katolik di Indonesia merasa diteguhkan,” kata Sekretaris Eksekutif KWI, Pastor Paulus Christian Siswantoko.

Masyarakat di media sosial juga ramai membicarakan doa ini, dengan banyak warganet yang mengungkapkan rasa terima kasih dan harapan agar doa tersebut membawa kedamaian.

 Penutup

Doa Vatikan untuk Indonesia menjadi simbol solidaritas lintas negara dan agama. Pemerhati hubungan internasional menilai hal ini akan memperkuat diplomasi spiritual yang berdampak pada keharmonisan sosial.

Analisis Kritis
Langkah Vatikan mendoakan Indonesia bukan hanya bentuk solidaritas rohani, melainkan juga strategi diplomasi halus. Dengan mengedepankan doa, Vatikan memperkuat perannya sebagai jembatan moral antarbangsa. Indonesia, yang pluralistik, bisa memanfaatkan momentum ini untuk menunjukkan wajah toleransi dan persaudaraan di kancah global.

 

 

Himbauan Kardinal Ignatius Suharyo kepada Umat Keuskupan Agung Jakarta

 

Mencermati kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan beberapa hari terakhir ini, kita diajak untuk memahaminya sebagai tanda-tanda jaman.

Dalam keadaan seperti ini saya menghimbau:
1. Umat, khususnya Umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta, untuk tetap menjaga kejernihan dan keteguhan sikap.
2. Memperkuat solidaritas sosial masyarakat untuk kesejahteraan bersama
3. Sebagai Warga Negara dalam peran yang berbeda-beda, kita dipanggil untuk memikul tanggung jawab sejarah yang terumuskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

Mari kita menjaga Jakarta, saling jaga, menjaga Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa yang telah menghantar bangsa kita kepada kemerdekaan
menjaga, melindungi dan memberkati bangsa kita.

Jakarta, 31 Agustus 2025

Sumber : Himbauan Kardinal 31 Agustus 2025

PERNYATAAN SIKAP KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TERHADAP DINAMIKA SOSIAL-POLITIK YANG SEDANG BERKEMBANG

 

Beberapa hari ini kita merasa prihatin dan sakit menyaksikan kekerasan dan tindakan anarkis dibeberapa daerah di negara kita tercinta. Situasi ini kiranya terjadi karena ada kekecewaan besar terhadap perkataan, perbuatan, dan kebijakan yang tidak bijaksana dan tidak adil (pro rakyat) yang dibuat oleh pribadi atau institusi pemerintah, wakil rakyat, dan aparat tertentu.

Sebagai warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, marilah kita mawas diri, menahan diri, dan melakukan aksi nyata yang membuahkan rasa aman dan nyaman bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan keprihatinan dan harapan.
1. Kami menyampaikan rasa duka yang mendalam terhadap saudara-saudari yang mengalami cedera bahkan kehilangan nyawa ketika memperjuangkan kebenaran dan keadilan serta saat mengungkapkan belarasa pada yang terluka dan menderita.

2. Kami menghimbau semua lembaga-Eksekutif-Legislatif-Yudikatif:
a. Untuk dengan rendah hati lebih mendengarkan dan memperjuangkan harapan dan kepentingan masyarakat, terutama saudara-saudari kita yang rentan, miskin, dan mengalami ketidak-adilan.

b. Untuk dengan besar hati mengoreksi bahkan membatalkan rencana, kebijakan, dan tindakan yang kiranya menciderai rasa keadilan rakyat, menambah beban hidup masyarakat, dan makin melukai saudara-saudari kita yang menderita.

c. Untuk dengan sungguh hati menunjukkan tanda-tanda jelas bahwa memang sedang mengusahakan terwujudnya cita-cita kemerdekaan yang tidak cukup dalam pidato tetapi dalam tata kelola yang transparan, akuntabel, dan kredibel.

3. Kami mengajak aparat keamanan untuk benar-benar menjadi pengayom bagi semua warga dan selalu mengedepankan cara-cara humanis dalam menghadapi aksi massa.

4. Kami akan tetap bersikap kritis terhadap lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif agar membuat kebijakan dan melakukan tindakan yang memihak kepentingan masyarakat dan bangsa Indonesia sesuai fungsi dan posisi masing-masing.

5. Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pribadi, organisasi, dan institusi yang dengan tulus dan lurus memperjuangkan kebaikan dan kebenaran dengan cara-cara yang santun dan damai sesuai nilai-nilai Pancasila.

Marilah kita berjalan bersama, bergandeng tangan, dan bergotong-rotong dengan semua orang yang berkehendak baik untuk membangun bangsa menuju Indonesia Emas dengan mengatasi berbagai kecemasan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan bersama.

Marilah kita menahan diri dari berbagai godaan untuk melakukan tindakan provokatif dan kriminal yang menimbulkan kerusakan dan kerugian serta mengganggu perdamaian dan persatuan bangsa.

Marilah kita saling memancarkan energi positif demi Indonesia maju. Kiranya Tuhan memberkati niat baik kita dan melindungi negara kita tercinta, Indonesia.

Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (KETUA KWI)
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM (SEKRETARIS JENDERAL KWI)

Pernyataan sikap KWI

Paus Leo XIV: Pelantikan Bersejarah dan Harapan Baru bagi Gereja Katolik

 

Pada 18 Mei 2025, Gereja Katolik menyambut pelantikan resmi Paus Leo XIV, pemimpin ke-267 yang menggantikan mendiang Paus Fransiskus. Upacara sakral ini berlangsung di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, dan dihadiri oleh ribuan umat serta pemimpin dunia. Paus Leo XIV, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost, mencatat sejarah sebagai paus pertama dari Amerika Serikat dan anggota Ordo Augustinian sejak abad ke-15.

Latar Belakang dan Perjalanan Hidup

Lahir di Chicago pada 14 September 1955, Prevost berasal dari keluarga berdarah campuran Prancis, Italia, dan Spanyol. Ia menempuh pendidikan di Universitas Villanova, meraih gelar Sarjana Matematika pada 1977, kemudian melanjutkan studi teologi di Catholic Theological Union, Chicago. Pada 19 Juni 1982, ia ditahbiskan sebagai imam di Roma.

Kariernya di Gereja dimulai sebagai misionaris di Peru pada 1985, di mana ia menghabiskan lebih dari satu dekade melayani komunitas miskin dan terpinggirkan. Di sana, ia mendirikan paroki, mengajar hukum kanon, dan menjabat sebagai vikaris yudisial.

Proses Konklaf dan Pemilihan

Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, konklaf diadakan pada 7-8 Mei dengan partisipasi 133 kardinal. Pada pemungutan suara keempat, asap putih mengepul dari Kapel Sistina, menandakan terpilihnya paus baru. Kardinal Dominique Mamberti kemudian mengumumkan “Habemus Papam” dan memperkenalkan Paus Leo XIV kepada dunia.

Makna Nama “Leo XIV”

Dalam pidato pertamanya, Paus Leo XIV mengungkapkan bahwa pemilihan nama tersebut sebagai penghormatan kepada kepada Paus Leo I (Leo Agung) dan Paus Leo XIII, yang dikenal karena perjuangannya terhadap hak-hak pekerja selama Revolusi Industri. Pilihan nama ini mencerminkan komitmennya terhadap pembaruan Gereja dan perhatian pada isu-isu sosial. Paus Leo XIV menekankan pentingnya ajaran sosial Gereja dalam menghadapi tantangan modern seperti kecerdasan buatan dan keadilan sosial.

Misa Pelantikan dan Simbol Kepausan

Misa pelantikan dimulai dengan kunjungan ke makam Santo Petrus, diikuti dengan prosesi menuju altar utama. Dalam misa tersebut, Paus Leo XIV menerima pallium dan cincin nelayan, simbol otoritas pastoral dan kepemimpinan sebagai penerus Santo Petrus. Tradisi ini menandai awal resmi masa kepausannya.

Agenda Awal Kepemimpinan

Setelah pelantikan, Paus Leo XIV memiliki agenda padat, termasuk pertemuan dengan kardinal, doa Regina Caeli, audiensi dengan media internasional, dan pertemuan dengan korps diplomatik. Ia juga dijadwalkan mengunjungi basilika utama di Roma dan mengadakan audiensi umum pertama pada 21 Mei.

Pesan Perdamaian dan Harapan

Dalam misa perdananya, Paus Leo XIV menyerukan agar Gereja menjadi cahaya bagi dunia yang diliputi kegelapan. Ia mengajak umat untuk menjangkau mereka yang lebih memilih teknologi, uang, dan kekuasaan daripada iman. Paus menekankan pentingnya dialog, perdamaian, dan kasih dalam menghadapi tantangan zaman.

Sambutan Dunia Internasional

Pemilihan Paus Leo XIV disambut hangat oleh para pemimpin dunia. Presiden Palestina Mahmud Abbas berharap kepemimpinannya dapat mempertahankan warisan perdamaian Paus Fransiskus. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dan Kanselir Jerman Friedrich Merz memuji pesan perdamaian yang disampaikan Paus.

Kesimpulan

Pelantikan Paus Leo XIV menandai awal baru bagi Gereja Katolik, dengan harapan akan pembaruan dan semangat perdamaian. Dengan latar belakang yang kaya dan pengalaman internasional, Paus Leo XIV diharapkan mampu memimpin Gereja menghadapi tantangan zaman dengan bijaksana. (By Sie. Komsos). Foto: CNBC.

 

Paus Leo XIV Terpilih: Awal Baru Kepemimpinan Vatikan

 

Pada 8 Mei 2025, dunia menyaksikan momen bersejarah ketika para Kardinal Gereja Katolik dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Kapel Sistina, Vatikan, untuk melaksanakan konklaf pemilihan Paus baru. Konklaf ini diadakan setelah Paus Fransiskus wafat. Proses ini merupakan salah satu tradisi paling sakral dalam Gereja Katolik, yang secara eksklusif hanya dihadiri oleh para kardinal elektoral yang berjumlah sekitar 133 orang.

Konklaf dimulai dengan Misa Pro Eligendo Pontifice di Basilika Santo Petrus, lalu dilanjutkan dengan para Kardinal berjalan ke Kapel Sistina dalam prosesi khusyuk yang dipenuhi doa dan keheningan. Setelah semua peserta bersumpah untuk menjaga kerahasiaan, pintu-pintu Kapel Sistina dikunci, menandai dimulainya konklaf secara resmi.

Pengumuman “Habemus Papam” (Kami memiliki seorang Paus) pun disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus. Paus baru, yang diidentifikasi sebagai Paus Leo XIV, kemudian tampil di hadapan umat dan memberikan berkat “Urbi et Orbi” untuk pertama kalinya. Nama ini menandai kelanjutan warisan spiritual dari para pendahulunya, sekaligus membawa semangat baru untuk masa depan Gereja dan sebagai pemimpin baru Gereja Katolik. Terpilihnya Paus Leo XIV membawa angin segar sekaligus harapan baru dalam melanjutkan visi dan misi Gereja di tengah dunia modern yang penuh tantangan.

Salah satu daya tarik utama dari Paus Leo XIV adalah komitmennya terhadap reformasi Vatikan dan keterbukaannya terhadap dialog antaragama. Dalam pidato perdananya sebagai Paus, ia menekankan pentingnya belas kasih, kesetaraan, dan perdamaian global sebagai fondasi utama dalam kepemimpinannya. Ia juga menegaskan peran penting umat awam dalam kehidupan Gereja dan perlunya pendekatan pastoral yang lebih humanis dan menyentuh kehidupan nyata umat.

Paus Leo XIV lahir dengan nama Robert Francis Prevost dari keluarga Katolik taat. Ia menyelesaikan studi filsafat dan teologi di Roma, kemudian melanjutkan pelayanan sebagai imam misionaris di Afrika dan Asia selama lebih dari dua dekade. Pengalaman inilah yang membentuknya menjadi seorang pemimpin yang memahami kebutuhan umat dari berbagai budaya dan latar belakang sosial.

Paus Leo XIV adalah salah satu tokoh penting dalam hierarki Gereja Katolik saat ini. Lahir di Chicago, Amerika Serikat, pada 14 September 1955, merupakan seorang imam dari Ordo Santo Agustinus (OSA) yang kemudian dipercaya mengemban tugas besar di Vatikan sebagai Prefek Kongregasi untuk Para Uskup. Peran ini sangat strategis, sebab ia bertanggung jawab dalam proses seleksi dan pengangkatan para uskup di seluruh dunia.

Sebelum menjabat sebagai pejabat tinggi Vatikan, Paus Leo XIV menjalani kehidupan pastoral dan akademik yang panjang. Ia dikenal sebagai seorang teolog yang cakap dan juga pemimpin rohani yang rendah hati. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1982, Prevost menjalani misi pelayanan di Peru selama lebih dari dua dekade. Di sana, ia berkontribusi dalam pembinaan seminari, pendidikan umat, serta pengembangan komunitas Katolik di wilayah pedesaan.

Pengalamannya di Peru memberikan wawasan yang luas mengenai kebutuhan Gereja di negara-negara berkembang. Ia kemudian diangkat menjadi Uskup Chiclayo di Peru oleh Paus Benediktus XVI pada 2004 dan mulai mendapat perhatian sebagai salah satu uskup yang aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial, pendidikan, dan kesejahteraan umat.

Karena dedikasi dan kapasitasnya yang luar biasa, Paus Fransiskus menunjuk Prevost sebagai Prefek Kongregasi untuk Para Uskup pada Januari 2023. Posisi ini sebelumnya dipegang oleh Kardinal Marc Ouellet. Sebagai pemimpin kongregasi ini, Paus Leo XIV memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kualitas dan integritas para uskup yang akan ditunjuk di seluruh dunia. Ia juga memegang peran penting dalam memberikan nasihat kepada Paus dalam pengambilan keputusan strategis untuk Gereja global.

Selain itu, Prevost juga dikenal sebagai tokoh yang terbuka terhadap sinodalitas yakni prinsip Gereja yang mengedepankan dialog, partisipasi, dan kolaborasi antara semua elemen dalam tubuh Gereja. Ia sejalan dengan visi Paus Fransiskus yang ingin menjadikan Gereja sebagai rumah bagi semua orang, khususnya mereka yang terpinggirkan.

Kehadiran Paus Leo XIV sebagai pemimpin di salah satu kongregasi paling berpengaruh di Vatikan tidak hanya mencerminkan kepercayaan besar yang diberikan oleh Paus Fransiskus, tetapi juga menjadi simbol penting atas semakin terbukanya Vatikan terhadap keragaman pengalaman dan perspektif dari para pemimpin Gereja di seluruh dunia.

Sebagai seorang imam Agustinus, Prevost tetap menunjukkan kerendahan hati dan pelayanan yang menjadi ciri khas ordo tersebut. Ia tidak hanya dilihat sebagai administrator, tetapi juga gembala yang memahami kebutuhan umat. Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa tugasnya bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga tentang mendengarkan, membimbing, dan memperhatikan umat Tuhan.

Dengan pengalaman lintas budaya, komitmen pada ajaran Gereja, dan semangat pelayanan yang tinggi, Paus Leo XIV telah dan akan terus memainkan peran kunci dalam masa depan Gereja Katolik. Sosoknya menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda imam dan religius yang terpanggil untuk melayani dengan penuh kasih dan integritas.

Sebagai Paus yang dikenal progresif namun tetap setia pada ajaran Gereja, Leo XIV dipandang sebagai figur yang mampu menyatukan berbagai fraksi dalam Gereja Katolik, dari kalangan konservatif hingga reformis. Ia juga menjadi simbol pembaruan dalam komunikasi dan penggunaan teknologi digital untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual ke seluruh penjuru dunia.

Selain itu, kepemimpinan Paus Leo XIV juga diwarnai dengan komitmen pada isu-isu global seperti perubahan iklim, migrasi, dan kemiskinan. Ia menegaskan bahwa Gereja tidak boleh hanya diam sebagai institusi keagamaan, tetapi harus menjadi suara profetis yang aktif memperjuangkan keadilan sosial dan martabat manusia.

Konklaf yang memilihnya pun diwarnai dengan suasana penuh harapan. Banyak kardinal menyatakan bahwa mereka merasa Roh Kudus benar-benar membimbing mereka untuk memilih Leo XIV sebagai Paus baru. Hal ini memperkuat legitimasi dan harapan terhadap masa depan Gereja Katolik di bawah kepemimpinannya.

Dengan segala latar belakang, visi, dan semangat yang dibawanya, Paus Leo XIV diharapkan mampu membawa Gereja Katolik ke era baru yang lebih inklusif, transparan, dan penuh kasih. Ia menjadi cahaya harapan di tengah dunia yang penuh gejolak dan tantangan spiritual. (By Sie Komsos)

Konklaf: Tradisi Pemilihan Paus yang Sakral dan Rahasia

 

Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik memulai proses konklaf untuk memilih pemimpin baru. Konklaf, berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”, merupakan pertemuan tertutup para kardinal untuk memilih Paus baru. Proses ini berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan, dan dijaga ketat untuk menjaga kerahasiaannya.

Tahapan Konklaf

  1. Misa Pro Eligendo Pontifice: Para kardinal mengawali konklaf dengan misa khusus di Basilika Santo Petrus untuk memohon bimbingan Roh Kudus.
  2. Masuk ke Kapel Sistina: Setelah misa, para kardinal memasuki Kapel Sistina dan pintu dikunci dari luar, menandakan dimulainya konklaf.
  3. Pemungutan Suara: Setiap kardinal menuliskan nama kandidat pilihannya pada kertas suara dan memasukkannya ke dalam wadah khusus. Pemungutan suara dilakukan hingga empat kali sehari.
  4. Asap Sebagai Tanda: Setelah setiap pemungutan suara, kertas suara dibakar. Asap hitam menandakan belum ada Paus terpilih, sementara asap putih menandakan telah terpilihnya Paus baru.
  5. Pengumuman “Habemus Papam”: Setelah pemilihan, kardinal senior akan berdiri di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan “Habemus Papam” (“Kita punya Paus”). Paus yang terpilih kemudian akan muncul dan memberikan berkat pertamanya kepada umat Katolik.

Pentingnya Konklaf bagi Gereja Katolik

Konklaf bukan hanya proses pemilihan pemimpin baru, tetapi juga momen refleksi bagi Gereja Katolik untuk menentukan arah masa depannya. Pemilihan Paus baru akan mempengaruhi kebijakan dan pendekatan Gereja terhadap berbagai isu global.

Syarat Menjadi Paus

Menurut Kitab Hukum Kanonik, Paus Roma mendapatkan otoritas tertinggi di Gereja setelah melalui pemilihan yang sah dan menerima tahbisan sebagai uskup. Calon Paus harus seorang pria Katolik yang telah dibaptis. Apabila belum ditahbiskan sebagai uskup, maka calon Paus harus segera diangkat menjadi uskup.

Kerahasiaan Konklaf

Konklaf dikelilingi aura misteri dan dijaga dengan ketat. Kerahasiaan proses pemilihan ini diutamakan, sehingga para kardinal yang terlibat diharuskan untuk tidak mengungkapkan apa pun yang terjadi di dalam Kapel Sistina. Penggunaan alat komunikasi seperti radio, televisi, surat kabar, bahkan telepon seluler dilarang keras untuk menjaga kesucian dan kerahasiaan momen penting tersebut.

Pemakaman Paus Fransiskus: Simbol Kesederhanaan dan Cinta Umat

 

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal dengan kesederhanaannya, wafat pada 21 April 2025 dalam usia 88 tahun.  Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik menjalankan tradisi Novemdiales, yaitu sembilan hari masa berkabung yang diisi dengan Misa Requiem untuk mendoakan arwah Paus yang telah berpulang. Misa Novemdiales pertama dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re di Lapangan Santo Petrus.​ Selama sembilan hari berturut-turut, yang diadakan di Basilika Santo Petrus dan tempat-tempat lain di seluruh dunia. Misa-misa ini dipimpin oleh para kardinal dan uskup, serta dihadiri oleh umat Katolik dari berbagai negara.

Di Indonesia, Keuskupan Agung Jakarta mengadakan Misa Novemdiales di Katedral Jakarta setiap malam selama sembilan hari tersebut. Umat Katolik di Jakarta dan sekitarnya turut serta dalam Misa ini sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi Paus Fransiskus.

Misa Requiem utama diadakan di Katedral Jakarta pada Kamis, 24 April 2025 pukul 18.00 WIB. Misa ini dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, dan dihadiri oleh Duta Besar Vatikan, para imam, serta umat Katolik dari berbagai paroki. Suasana khidmat dan penuh doa menyelimuti seluruh rangkaian misa. Misa Requiem memiliki makna mendalam dalam tradisi Katolik. Selain sebagai bentuk penghormatan terakhir, misa ini juga menjadi sarana bagi umat untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal, agar mereka mendapatkan kedamaian abadi di sisi Tuhan.

Tradisi Novemdiales merupakan bagian dari Ordo Exsequiarum Romani Pontificis, yaitu tata cara liturgi pemakaman Paus yang telah disederhanakan oleh Paus Fransiskus sendiri sebelum wafatnya. Beliau memilih pemakaman yang sederhana dan pribadi, menolak tradisi peti mati tiga lapis dan memilih dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di Basilika Santo Petrus seperti para pendahulunya.

Misa Novemdiales tidak hanya menjadi momen untuk mendoakan arwah Paus Fransiskus, tetapi juga sebagai refleksi atas warisan dan ajaran yang beliau tinggalkan. Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, peduli terhadap kaum marginal, dan mendorong dialog antaragama. Misa-misa ini menjadi kesempatan bagi umat untuk mengenang dan melanjutkan semangat pelayanan yang telah diteladankan oleh Paus Fransiskus.​

Dengan berakhirnya Misa Novemdiales, Gereja Katolik memasuki masa sede vacante, yaitu masa kekosongan takhta kepausan, hingga terpilihnya Paus baru melalui konklaf yang dijadwalkan setelah 10 Mei 2025.

​Pemakamannya pada 26 April 2025 menjadi momen bersejarah yang mencerminkan nilai-nilai yang selalu ia junjung tinggi.​

Upacara Pemakaman yang Sederhana

Berbeda dengan tradisi sebelumnya, Paus Fransiskus memilih upacara pemakaman yang sederhana. Ia dimakamkan dalam satu peti kayu berlapis seng, menggantikan tradisi tiga peti yang digunakan untuk paus sebelumnya. Jenazahnya tidak dipajang di atas panggung tinggi (catafalque) di Basilika Santo Petrus, melainkan ditempatkan dalam peti terbuka untuk penghormatan terakhir umat.

Pemakaman di Basilika Santa Maria Maggiore

Paus Fransiskus memilih Basilika Santa Maria Maggiore di Roma sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, bukan di Basilika Santo Petrus seperti pendahulunya. Keputusan ini mencerminkan kedekatannya dengan basilika tersebut, di mana ia sering berdoa sebelum dan sesudah perjalanan apostoliknya .

Kehadiran Para Pemimpin Dunia

Lebih dari 250.000 pelayat menghadiri misa pemakaman di Lapangan Santo Petrus, termasuk Presiden AS Donald Trump, mantan Presiden Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Pangeran William. Dari Indonesia, Presiden ke-7 Joko Widodo bersama utusan Presiden Prabowo Subianto turut hadir dan memberikan penghormatan di depan peti jenazah Paus Fransiskus.​ Setelah misa, peti jenazah Paus Fransiskus diarak melalui jalanan Roma menuju Basilika Santa Maria Maggiore untuk dimakamkan .

Makam yang Sederhana

Makam Paus Fransiskus ditandai dengan tulisan “Franciscus” dan dihiasi satu mawar putih, sesuai dengan keinginannya untuk kesederhanaan. Ia menjadi paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar Vatikan. Sebuah salib diterangi oleh lampu sorot di atas makam tersebut. Para pelayat mengantre di luar gereja untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus.

Warisan Kesederhanaan

Paus Fransiskus dikenal dengan gaya hidup sederhana dan perhatian terhadap kaum marginal. Pemakamannya yang sederhana mencerminkan nilai-nilai yang ia anut selama hidupnya. Ia meninggalkan warisan kepemimpinan yang berfokus pada kasih, kesederhanaan, dan pelayanan kepada sesama. (By Sie Komsos)

Paus Fransiskus Wafat: Warisan Kasih dan Reformasi Gereja Katolik

 

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik pertama dari Amerika Latin dan anggota Ordo Jesuit, wafat pada Senin, 21 April 2025, pukul 07.35 waktu setempat di kediamannya, Domus Sanctae Marthae, Vatikan. Beliau meninggal pada usia 88 tahun, dimana Kesehatan Paus Fransiskus telah menurun dalam beberapa bulan terakhir. Beliau sempat dirawat di rumah sakit selama 38 hari karena beberapa kondisi kesehatan lain. Meskipun demikian, beliau tetap menjalankan tugasnya dengan dedikasi hingga akhir hayatnya

Selama masa kepemimpinannya sejak terpilih pada 13 Maret 2013, Paus Fransiskus dikenal karena pendekatan yang rendah hati dan fokus pada reformasi. Beliau menekankan belas kasih, inklusivitas, dan perhatian terhadap kaum marginal. Paus Fransiskus juga dikenal karena upayanya dalam reformasi birokrasi Vatikan dan keuangan Gereja.​

Dalam penampilan publik terakhirnya pada Minggu, 20 April 2025, dimana satu momen terakhir yang mengharukan adalah ketika Paus Fransiskus meskipun dalam kondisi kesehatan yang menurun, beliau tetap hadir di balkon Basilika Santo Petrus, menyapa umat dengan ucapan singkat, “Saudara dan saudari, Selamat Paskah.” Pesan lengkapnya, yang dikenal sebagai “Urbi et Orbi,” dibacakan oleh Uskup Agung Diego Ravelli, karena Paus tidak mampu membacakannya sendiri. Pada Misa Paskah di Lapangan Santo Petrus, dia menunjukkan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap umat Katolik di seluruh dunia.

Dalam pesan tersebut, Paus Fransiskus menekankan bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar dari harapan umat manusia. Beliau menyatakan bahwa harapan bukanlah pelarian, melainkan tantangan yang memperkuat kita. “Marilah kita menyerahkan diri kepada-Nya, karena hanya Dia yang dapat memperbarui segalanya,” ujar Paus.

Paus juga menyerukan perdamaian di berbagai wilayah konflik, termasuk Gaza dan Ukraina. Beliau mengajak para pemimpin dunia untuk tidak menyerah pada logika ketakutan dan kekerasan, melainkan membangun dunia yang lebih adil dan damai .​

Pesan Paskah ini menjadi warisan terakhir Paus Fransiskus sebelum wafat pada 21 April 2025. Beliau dikenang sebagai pemimpin yang penuh kasih, rendah hati, dan berkomitmen pada perdamaian serta keadilan sosial.

Setelah wafatnya, jenazah Paus Fransiskus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus untuk memberikan kesempatan kepada umat memberikan penghormatan terakhir. Pemakaman dijadwalkan pada hari Sabtu, 26 April 2025, sesuai dengan tradisi Gereja Katolik .​

Paus Fransiskus telah menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, dekat dengan ikon Madonna yang sangat beliau cintai. Pemakaman direncanakan akan dilaksanakan pada 26 April 2025 di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. ​

Kabar wafatnya Paus Fransiskus disambut dengan duka mendalam dari berbagai pemimpin dunia. Presiden AS Joe Biden menyebutnya sebagai “Paus Rakyat” yang berdedikasi pada keadilan sosial dan lingkungan. Para pemimpin agama dan politik lainnya juga memberikan penghormatan atas warisan beliau yang penuh kasih dan reformasi.

Wafatnya Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang mendalam dalam sejarah Gereja Katolik. Beliau dikenang sebagai pemimpin yang membawa angin segar dalam Gereja, dengan fokus pada kasih, belas kasih, dan reformasi yang inklusif. (By Sie. Komsos)

Porta Sancta

 

Sancta Porta / Porta Sancta, atau Pintu Suci, adalah pintu khusus yang terdapat di empat Basilika Utama di Roma: Basilika Santo Petrus, Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, Basilika Santo Yohanes Lateran, dan Basilika Santa Maria Maggiore. Pintu ini hanya dibuka selama Tahun Yubileum, yang diadakan setiap 25 tahun, sebagai simbol pembukaan jalan menuju keselamatan dan panggilan untuk pertobatan bagi umat Katolik.

Sejarah dan Makna Sancta Porta

Tradisi pembukaan Pintu Suci dimulai pada abad ke-15. Pada Tahun Yubileum 1423, Paus Martinus V membuka Pintu Suci di Basilika Lateran. Di Basilika Santo Petrus, tradisi ini dimulai pada Tahun Yubileum 1450. Paus Aleksander VI, pada tahun 1500, menetapkan ritual pembukaan Pintu Suci yang kemudian menjadi tradisi tetap dalam perayaan Tahun Yubileum.

Pembukaan Pintu Suci melambangkan pembukaan pintu rahmat dan pengampunan, mengajak umat untuk melakukan ziarah dan memperbarui iman mereka. Selama Tahun Yubileum, peziarah yang melewati Pintu Suci dengan sikap tobat dan memenuhi syarat tertentu dapat memperoleh indulgensi penuh, yaitu penghapusan hukuman temporal akibat dosa.

Pembukaan Pintu Suci Tahun Yubileum 2025

Pada 24 Desember 2024, Paus Fransiskus secara resmi membuka Pintu Suci di Basilika Santo Petrus, menandai dimulainya Tahun Yubileum 2025. Upacara ini berlangsung pada Misa Malam Natal dan dihadiri oleh ribuan peziarah dari seluruh dunia. Paus Fransiskus menyatakan bahwa pembukaan Pintu Suci menghidupkan kembali tradisi kuno Gereja yang mendorong umat beriman untuk melakukan ziarah ke Roma.

Selama Tahun Yubileum 2025, diperkirakan sekitar 35 juta peziarah akan mengunjungi Roma dan melewati Pintu Suci di empat Basilika Utama. Tahun Yubileum ini akan berakhir dengan penutupan Pintu Suci pada 6 Januari 2026, bertepatan dengan Hari Raya Epifani.

Sancta Porta di Keuskupan Agung Jakarta

Menanggapi ajakan Paus Fransiskus, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) juga membuka Pintu Suci di Katedral Jakarta. Pada 4 Januari 2025, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, memimpin Misa Pembukaan Tahun Yubileum dan membuka Pintu Suci di Katedral Jakarta. Pembukaan ini menandai dimulainya perayaan Tahun Yubileum 2025 di KAJ, memberikan kesempatan bagi umat di Indonesia untuk berpartisipasi dalam perayaan ini tanpa harus pergi ke Roma.

Makna Spiritual dan Kesempatan Pertobatan

Melewati Pintu Suci selama Tahun Yubileum bukan sekadar tindakan fisik, tetapi memiliki makna spiritual yang mendalam. Ini adalah simbol perjalanan rohani menuju pertobatan, pembaruan iman, dan komitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Umat diajak untuk merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan, memperbaiki kesalahan masa lalu, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Kesimpulan

Sancta Porta merupakan simbol penting dalam tradisi Katolik, melambangkan pembukaan jalan menuju rahmat dan pengampunan selama Tahun Yubileum. Pembukaan Pintu Suci di berbagai basilika, termasuk di Katedral Jakarta, memberikan kesempatan bagi umat untuk memperdalam iman dan melakukan pertobatan. Melalui tradisi ini, Gereja mengajak umatnya untuk merenungkan makna keselamatan dan memperbarui komitmen mereka dalam mengikuti ajaran Kristus.

Gereja-gereja di seluruh dunia juga akan membuka Pintu Suci yang memungkinkan umat di berbagai belahan dunia untuk berpartisipasi dalam perayaan Yubileum tanpa harus melakukan perjalanan jauh, di setiap Paroki. Setelah melewati Pintu Suci, umat akan berdoa Ziarah Tahun Yubileum di dalam Gereja / Kapel / Taman Doa / Gua Maria

Unsur-unsur yang terkandung dalam Pintu Suci:

  1. Tulisan “Porta Sancta” atau “Pintu Suci”
  2. Salib Tuhan
  3. Logo Tahun Yubileum 2025
  4. Nama / Logo Gereja Desain bebas; bukan sekedar dekorasi atau hiasan tetapi menampilkan pancaran spiritual mengantar umat berdoa.
  5. Terbuat dari bahan yang awet / tahan selama 1 tahun.
  6. Ukuran dimensinya menyesuaikan lokasi.

JADWAL BUKA PORTA SANCTA GKKR

Setiap hari dibuka dari 08.00 s/d 20.00 WIB (jika ada misa atau perayaan, ditutup 1 jam sebelum misa dan dibuka 30 menit setelah misa/misa terakhir).
Hari Sabtu : 08.00 s/d 16.00 WIB dan 18.30 s/d 20.00 WIB
Hari Minggu :  12.00 s/d 16.00 WIB dan 18.30 s/d 20.00 WIB
Jadwal penerimaan Sakramen Pengakuan Dosa setiap hari Jumat : 17.00 s/d 18.00 WIB atau setelah Misa Jumat Pertama.

Tahun Yubileum 2025

 

Tahun Yubileum, atau Tahun Suci, adalah periode istimewa dalam tradisi Gereja Katolik yang dirayakan setiap 25 tahun sekali. Perayaan ini merupakan waktu khusus untuk pengampunan dosa, pembebasan dari hukuman dosa, dan kesempatan bagi umat untuk memperbarui iman melalui ziarah dan pertobatan.

Asal Usul dan Makna Tahun Yubileum

Konsep Yubileum berasal dari tradisi Yahudi yang tercatat dalam Kitab Imamat, di mana setiap 50 tahun dirayakan sebagai tahun pembebasan: budak dibebaskan, hutang dihapuskan, dan tanah yang dijual dikembalikan kepada pemilik asalnya. Gereja Katolik mengadopsi tradisi ini sebagai momen rahmat dan rekonsiliasi, memberikan kesempatan bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Perayaan Tahun Yubileum dalam Gereja Katolik

Tahun Yubileum pertama kali ditetapkan oleh Paus Bonifasius VIII pada tahun 1300 dan sejak itu dirayakan secara berkala. Selama Tahun Suci, Paus membuka Pintu Suci di Basilika Santo Petrus di Vatikan, yang melambangkan jalan menuju keselamatan. Umat Katolik didorong untuk melakukan ziarah ke gereja-gereja utama, menerima sakramen pengakuan dosa, dan berpartisipasi dalam Misa Kudus sebagai tanda pertobatan dan pembaruan iman.

Tahun Yubileum 2025: Peziarah Harapan

Paus Fransiskus telah mengumumkan bahwa Tahun Yubileum berikutnya akan dimulai pada malam Natal, 24 Desember 2024, dan berakhir pada 6 Januari 2026. Dengan tema “Peziarah Harapan”, perayaan ini diharapkan menjadi momen bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk memperbarui harapan dan iman mereka, terutama setelah tantangan global yang dihadapi dalam beberapa tahun terakhir.

Persiapan dan Partisipasi Umat

Menjelang Tahun Yubileum 2025, berbagai persiapan telah dilakukan di seluruh dunia. Kota-kota seperti Lourdes di Prancis menantikan kedatangan para peziarah yang ingin merasakan rahmat khusus selama periode ini. Umat Katolik didorong untuk mempersiapkan diri melalui doa, refleksi, dan tindakan amal, sehingga dapat merasakan makna mendalam dari perayaan ini.

Indulgensi dalam Tahun Yubileum

Salah satu aspek penting dari Tahun Yubileum adalah kesempatan untuk memperoleh indulgensi penuh, yaitu penghapusan hukuman temporal akibat dosa yang telah diampuni. Untuk mendapatkannya, umat harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti melakukan ziarah ke gereja yang ditunjuk, menerima sakramen pengakuan dosa, berpartisipasi dalam Ekaristi, dan berdoa sesuai dengan intensi Paus.

Kesempatan untuk Pembaruan Spiritual

Tahun Yubileum menawarkan kesempatan bagi umat Katolik untuk merenungkan perjalanan spiritual mereka, memperdalam hubungan dengan Tuhan, dan memperbarui komitmen dalam menjalani ajaran Kristus. Melalui pertobatan, rekonsiliasi, dan tindakan kasih, diharapkan umat dapat mengalami transformasi rohani yang membawa damai dan harapan baru dalam kehidupan mereka.

Terlampir Leaflet Panduan Tahun Yubileum 2025

LEAFLET YUBILEUM UMAT KAJ

Peziarahan Yubileum 2025

Rekoleksi ASAK, 24 Nov 2024

 

 

Yth. Romo, Bapak, Ibu Dewan Pleno

Tim ASAK ingin mengucapkan rasa syukur kami atas terlaksananya acara Rekoleksi Anak Jenjang SMA-Kuliah, kemarin Minggu, 24 November 2024.

Teristimewa terimakasih kami kepada Romo Yanno dan Romo Feri yang telah memberikan kisah iman inspiratif ; teman-teman pengurus di Tim ASAK; para penyantun dan donatur yang telah mendukung acara dengan beragam kontribusi baik itu materi maupun nonmateri, juga keterlibatan dan partisipasi aktif dari anak-anak ASAK jenjang SMA-Kuliah yang hadir.

Kami percaya bahwa segala kekurangan yang ada akan Tuhan sempurnakan dengan caraNya. Semoga rekoleksi ini dapat memotivasi anak-anak untuk semakin mengimani kebaikan Tuhan dan sebagai bekal pendidikan karakter.

Moment kebersamaan dan keceriaan kegiatan Rekoleksi kami abadikan dalam tayangan video berikut:
https://youtu.be/s_mfeRKoIaM (silahkan untuk di like, comment dan share 🙏🏻😇)

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23:18​)

Tim ASAK

Pesan Natal KWI-PGI 2024

 

Saudara-saudari yang terkasih

“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuhan di kota Daud” (Luk 2:11). Kabar sukacita ini disampaikan oleh para malaikat kepada para gembala. Begitu mendengar kabar gembira itu, para gembala segera bangkit, meninggalkan ternaknya dan berseru ”Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem….”, serta bersama berjalan mencari tempat kelahiran Yesus. Mereka pun menemukan bayi Yesus yang terbaring dalam palungan.

Para gembala adalah gambaran orang-orang miskin dan sederhana yang menaruh pengharapan akan keselamatan pada Allah. Mereka sering dipandang sebagai orang pinggiran dan kurang diperhitungkan dalam kehidupan sosial. Namun merekalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira keselamatan. Kesigapan serta kesediaan total untuk menanggapi berita keselamatan itu menjadi contoh bagi kita agar kitapun bergegas berjalan bersama menjumpai Yesus.

Setelah berjumpa dengan Yesus, para gembala mengalami pembaruan hidup dan sikap mereka. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang optimis dan dengan sukacita “memuji dan memuliakan Allah” (Luk 2:20). Rahmat Tuhan dalam perjumpaan itu telah mengubah mereka. Betapa dahsyat kekuatan kasih Tuhan yang memperhatikan dan mendorong mereka untuk melakukan misi baru.

 

Saudara-saudari yang terkasih.

Seperti para gembala itu, kita sebagai satu kawanan umat Allah dipanggil untuk bersama-sama menjumpai Yesus, yang mengampuni, menyembuhkan, peduli pada orang yang dikucilkan, dan terpinggirkan. Perjumpaan yang sejati dan tulus membuat kita menerima kekuatan dari Yesus untuk memberikan kesaksian dalam bentuk “memuji dan memuliakan Allah”. Kemuliaan Allah itu dilaksanakan dalam tindakan- tindakan yang menghadirkan kasihNya, di tengah keluarga, komunitas, Gereja, masyarakat dan bangsa. Kasih kepada sesama manusia itu menjadi konkret dalam tindakan saling menghormati, menghargai, menguatkan,

dan membangun persahabatan antar manusia tanpa memandang perbedaan suku, agama, kepercayaan, golongan, warna kulit, dan status sosial. Maka, perayaan Natal sungguh mendorong kita untuk berjalan bersama dalam iman, persaudaraan dan belarasa.

Pewartaan kasih Allah terasa semakin mendesak mengingat sebagian masyarakat kita masih mudah diadu domba oleh berita-berita yang menyesatkan dan hasutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Akibatnya mudah terjadi konflik, perpecahan, dan tindak kekerasan. Di samping itu, persoalan ketidakadilan, kemiskinan, intoleransi, perdagangan orang, praktik-praktik perjudian dan pinjaman (online), dan perusakan lingkungan hidup juga masih marak terjadi. Kita yang merayakan kelahiran Sang Pembawa Damai mesti memiliki keteguhan iman, ikatan persaudaraan, dan kehendak untuk berbelarasa. Dengan dasar keutamaan-keutamaan spiritual itu, kita semakin terlibat dalam menghadirkan kasih Allah demi membangun kehidupan bersama yang penuh damai sejahtera.

Keterlibatan dalam mewujudkan kehidupan penuh damai sejahtera menjadi panggilan semua orang berkehendak baik. Oleh karena itu, kerja bersama umat lintas agama dan budaya perlu dikembangkan. Kita bergerak bersama untuk menjadi sahabat bagi saudara-saudari yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel; untuk menjadi saudara bagi sahabat- sahabat kita yang berjuang mencari keadilan; untuk membela para korban ketidakadilan yang tidak berani menyuarakan haknya. Kita mesti menjadi rekan kerja yang setia bagi penggiat lingkungan yang dengan tulus hati mengupayakan kelestarian alam ciptaan. Dengan demikian, kita bersama Yesus Pembawa Damai melaksanakan misi-Nya untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, dan pembebasan bagi orang-orang tertindas (bdk. Luk 4:19).

 

Saudara-saudari yang terkasih

Kita merayakan Natal 2024 ketika bangsa Indonesia menyambut pemerintahan baru. Kita bersyukur bahwa pesta demokrasi telah usai. Kini saatnya kita bergandengan tangan, mempererat persaudaraan dan berjalan bersama memajukan negeri tercinta ini. Semoga negara Indonesia dapat menjadi “Betlehem” baru, tempat lahir dan bertumbuhnya para pemimpin yang berjiwa pelayan, ugahari, hidup sederhana, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Sebagai warga negara, kita mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap program-program pemerintah, yang hendak mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa dan amanat UUD’45, yakni kesejahteraan hidup bersama yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Dalam peristiwa yang penuh rahmat ini, marilah kita selalu bersyukur kepada Allah yang karena kasih-Nya kepada dunia berkenan merendahkan diri-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus Putra Tunggal-Nya dan tinggal bersama kita. Kita percaya bahwa dengan kasih-Nya yang begitu agung, Allah akan selalu membimbing, menjaga, dan mengarahkan, sehingga persekutuan kita dengan sesama semakin harmonis dan relasi dengan alam semesta semakin baik. Kita yakin bahwa Allah Putera, Sang Imanuel, selalu menyertai kita di sepanjang zaman (bdk. Mat 28:20). Semoga kehadiran penyertaan-Nya memperteguh tekad kita untuk terus berjalan bersama menghadirkan dan mewujudkan kasih Allah yang menyelamatkan.

Atas nama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), kami mengucapkan selamat Hari Raya Natal 2024 dan selamat Tahun Baru 2025.

Sumber : https://www.suarnews.com/berita/16823/tema-dan-makna-natal-2024-kwi-dan-pgi-ajakan-pergi-ke-betlehem-dan-menjadi-saksi-kristus

PDF File :  PESAN NATAL KWI-PGI 2024 (FINAL)

Seminar Kesehatan untuk Lansia: Cara Mengatasi Sarkopenia

 

Pada Hari Minggu, 20 Oktober 2024, Seminar Kesehatan dengan tema “Mengenal apa itu Sarkopenia dan Terapinya“  dapat terselenggara, dimana Seksi Kesehatan Paroki Rawamangun bekerjasama dengan Komunitas Adiyuswo

Acara ini diadakan di Ruang Sang Timur, Gedung Karya Pastoral Lantai 1, Paroki Rawamangun. Dengan mengangkat topik Sarkopenia, dimana Sarkopenia adalah kondisi penurunan massa dan kekuatan otot yang umumnya terjadi pada usia lanjut, terutama lansia. Penyebab utama sarkopenia adalah faktor penuaan alami, tetapi gaya hidup tidak aktif dan kekurangan nutrisi juga menjadi faktor risiko. Ketika sarkopenia tidak diatasi, lansia dapat menghadapi berbagai masalah kesehatan, seperti mudah lelah, kesulitan bergerak, bahkan risiko cedera lebih tinggi karena kehilangan keseimbangan.

Pembicara kali ini yaitu dr Timoteus Richard Sp PD dan MC sekaligus Moderator adalah Dr dr Tena Djuartina, M. Biomed. PA; dimana mereka merupakan dokter yang aktif pelayanan dan tergabung di Seksi Kesehatan Paroki Rawamangun.

Pada Seminar Kesehatan kali ini di sampaikan bahwa, penanganan sarkopenia membutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari nutrisi yang cukup hingga aktivitas fisik yang sesuai. Sumber protein tinggi seperti kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan susu tinggi protein sangat dianjurkan untuk menjaga kekuatan otot. Pola makan bergizi ini sangat penting karena protein berperan besar dalam pembentukan otot dan daya tahan tubuh. Lansia yang terjaga asupan proteinnya cenderung memiliki energi yang cukup untuk menjalani kegiatan sehari-hari dan terhindar dari penurunan kekuatan otot yang drastis.

Selain pola makan, olahraga juga memainkan peran krusial. Jenis aktivitas fisik yang disarankan bagi lansia antara lain berjalan santai, yoga, atau latihan ringan lainnya yang mendukung kekuatan otot. Dengan olahraga teratur, lansia dapat mencegah penurunan massa otot dan menjaga stabilitas tubuh mereka, sehingga kualitas hidup mereka tetap terjaga di usia senja.

Beberapa rumah sakit, menganjurkan agar lansia melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi untuk menentukan aktivitas dan asupan nutrisi yang cocok bagi kondisi mereka. Pendeteksian dini terhadap gejala sarkopenia dapat membantu dokter memberikan rekomendasi penanganan yang optimal bagi lansia.

Tujuan seminar Kesehatan Sarkopenia ini adalah agar para lansia mengetahui apa itu Sarkopenia dan sejalan dengan Program Karya (Prokar) dari Komisi Kesehatan KAJ yang akan mengadakan Skrining Sarkopenia untuk para lansia, dengan harapan para lansia dapat terlibat aktif saat nantinya diminta untuk mengisi formulir Skrining Sarkopenia untuk para lansia. Dengan mengikuti Seminar Kesehatan Sarkopenia ini diharapkan para peserta mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang Sarkopenia. (By Sie Komsos).

Dokumentasi Foto : Paroki Rawamangun.

Perayaan Meriah Hari Anak KAJ 2024 di Ciputra Artpreneur Bersama Kardinal Suharyo

 

Acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta di Ciputra Artpreneur, 5 Oktober 2024

Pada Sabtu, 5 Oktober 2024, Ciputra Artpreneur di Jakarta menjadi saksi dari keceriaan ribuan anak-anak yang hadir dalam acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta. Acara ini diadakan sebagai bagian dari peringatan World Children’s Day atau Hari Anak Sedunia, yang menjadi momen istimewa bagi anak-anak Katolik untuk berkumpul, berdoa, dan merayakan kebersamaan dalam iman. Acara ini dihadiri lebih dari 1200 anak yang didampingi oleh ratusan pendamping dan panitia. Perayaan ini menjadi momen istimewa bagi anak-anak dari 68 paroki, sekolah, anak berkebutuhan khusus, panti asuhan, dan perkumpulan sekolah Strada. Keuskupan Agung Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperhatikan kebutuhan rohani dan emosional anak-anak, sebagai generasi penerus Gereja.

Momen Bahagia di Ciputra Artpreneur

Kegiatan yang berlangsung di Ciputra Artpreneur ini dipenuhi dengan beragam acara yang menyenangkan dan edukatif. Anak-anak dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta mengikuti acara ini dengan penuh antusiasme, penuh keceriaan, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan permainan edukatif berbasis nilai-nilai Kristiani. Acara ini tidak hanya menjadi perayaan kebahagiaan, tetapi juga menjadi wujud kepedulian KAJ terhadap generasi muda. Di tengah sukacita tersebut, perayaan ini bertepatan dengan syukuran lima tahun pelantikan Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Kardinal. Acara dimulai dengan misa anak-anak yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo; yang menyampaikan pesan penting tentang kasih Tuhan dan betapa berharganya anak-anak di mata Tuhan dan gereja.

Hari Anak KAJ juga menampilkan simbol penting berupa Salib Belarasa, yang diisi dengan gambar-gambar bermakna seperti mercusuar dan jembatan. Mercusuar melambangkan kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup, sementara jembatan menggambarkan persahabatan dan kasih sayang kepada sesama. Pada kesempatan ini, Salib Belarasa besar diberkati, dan diiringi oleh deklarasi anak-anak untuk Indonesia yang diwakili oleh tujuh anak terpilih. Deklarasi tersebut menjadi simbol harapan bagi masa depan bangsa yang lebih baik, penuh kasih, dan inklusif.

Selain itu, acara ini juga bekerjasama dengan beberapa mitra, seperti 5P Global Movement dan PPADR KAJ, untuk memastikan terlaksananya program-program yang mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Hari Anak KAJ 2024 menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk memperhatikan kesejahteraan anak-anak Indonesia di masa mendatang.

Pesan Uskup Agung Jakarta untuk Generasi Muda

Dalam sambutannya, Uskup Agung Jakarta menekankan pentingnya mendidik anak-anak dengan cinta dan kasih sayang. “Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan. Kita harus membimbing mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih, peduli terhadap sesama, dan memiliki iman yang kuat,” ujarnya. Beliau juga mengingatkan orang tua untuk selalu mendukung anak-anak dalam proses perkembangan mereka, baik secara mental, emosional, maupun spiritual.

Acara Hari Anak ini diharapkan menjadi pengingat bagi semua pihak, termasuk gereja dan masyarakat, bahwa anak-anak memerlukan perhatian khusus. Mereka adalah masa depan, dan peringatan Hari Anak Sedunia yang digelar oleh Keuskupan Agung Jakarta di Ciputra Artpreneur ini menjadi momentum penting untuk terus memperjuangkan hak-hak dan kebahagiaan anak.

Penutupan yang Berkesan

Acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta 2024 di Ciputra Artpreneur menciptakan suasana yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan. Uskup Agung Jakarta, bersama para pastor dan biarawati, mendoakan agar anak-anak ini senantiasa dilindungi dan diberkati dalam perjalanan hidup mereka.

Keberhasilan acara ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk para orang tua, relawan, dan tim penyelenggara dari Keuskupan Agung Jakarta. Dengan diadakannya acara ini, diharapkan anak-anak dapat terus bertumbuh dalam iman dan membawa semangat cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari mereka. (By Sie Komsos).

Foto dari : Komsos KAJ