Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

 

Provinsial MSF Rayakan HUT Kongregasi ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-129 pada sebuah perayaan khusus yang diselenggarakan di Paroki rawamangun, Rawamangun, Jakarta. Perayaan ini dipimpin oleh Provinsial MSF Provinsi Jawa, Romo Simon Petrus Sumargo dan dihadiri oleh para umat paroki yang datang untuk merasakan kehangatan kebersamaan dan semangat pelayanan yang menjadi ciri khas kongregasi ini; tak hanya provinsial, Asisten II MSF Provinsi Jawa, Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan MSF; dan Asisten IV MSF Provinsi Jawa, Romo Martinus Mariosa Kleruk MSF turut hadir.

Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 ini dimulai dengan Misa yang dipimpin langsung oleh Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dengan konselebran Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan, MSF, Romo Yasintus Liberatus Suyono Lein, MSF, Romo Martinus Mariosa Kleruk, MSF, Romo Stevanus Ruswan Budi Sunaryo, MSF, Romo Petrus Bimo Handoko, MSF dan Romo Albertus Fery Asmarajati, MSF.

Dalam misa syukur tersebut, umat bersama-sama berdoa untuk keberlanjutan karya pelayanan MSF yang selama hampir satu setengah abad telah berkomitmen untuk melayani keluarga-keluarga di Indonesia dan dunia. Perayaan ulang tahun ini juga menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang kongregasi yang telah berdiri sejak 1895, dan telah tersebar luas di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Sejarah Singkat Kongregasi MSF

Kongregasi MSF didirikan oleh Pastor Jean Baptiste Berthier, seorang imam dari Prancis, yang berfokus pada misi keluarga kudus. Misi mereka berpusat pada nilai-nilai kekeluargaan, di mana setiap keluarga diharapkan menjadi perwujudan dari keluarga kudus di Nazaret. Di Indonesia sendiri, kongregasi MSF aktif dalam berbagai pelayanan pastoral, pendidikan, dan sosial, menjangkau komunitas-komunitas yang memerlukan dukungan rohani dan material.

Selama 129 tahun terakhir, kongregasi ini terus berkembang dengan menghadirkan para misionaris yang terlibat langsung di tengah umat. Dalam perayaan ini, Provinsial MSF menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai kekeluargaan dalam misi pelayanan mereka. Ia juga berterima kasih atas dukungan umat yang setia mendukung berbagai program pelayanan yang diadakan.

Kebersamaan Umat Paroki dalam Perayaan

Perayaan HUT ke-129 ini tidak hanya menjadi ajang peringatan bagi kongregasi MSF, tetapi juga momen untuk memperkuat ikatan antara umat dan para misionaris. Misa syukur yang diadakan di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun ini dihadiri oleh ratusan umat yang dengan antusias datang untuk merayakan bersama.

Selama acara, umat paroki turut serta dalam berbagai aktivitas, mulai dari doa bersama, penyampaian refleksi tentang makna pelayanan, hingga pengumpulan donasi untuk membantu proyek-proyek sosial yang dikelola oleh kongregasi MSF. Kebersamaan ini menjadi simbol nyata dari komitmen umat dan kongregasi dalam mewujudkan misi pelayanan kasih di tengah masyarakat.

Makna Perayaan Bagi Kongregasi MSF

Perayaan HUT ke-129 ini bukan hanya menjadi momen untuk merayakan usia kongregasi, tetapi juga sebagai ajang refleksi atas apa yang telah dicapai dan apa yang masih perlu dilakukan. Bagi para misionaris MSF, setiap tahun menjadi kesempatan untuk melihat kembali perjalanan spiritual mereka dan bagaimana mereka dapat terus memperbaiki serta meningkatkan pelayanan kepada keluarga-keluarga.

Provinsial MSF; Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dalam sambutannya menegaskan bahwa misi mereka tidak akan berhenti pada perayaan ini saja. Mereka akan terus mengembangkan berbagai program pelayanan, termasuk memperkuat pendidikan rohani bagi keluarga-keluarga, terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Misi keluarga kudus ini diharapkan dapat membawa nilai-nilai kekudusan dan cinta kasih ke dalam kehidupan sehari-hari umat.

Komitmen di Masa Depan

Dengan usia yang semakin matang, kongregasi MSF terus berkomitmen untuk menjaga dan melanjutkan karya-karya mereka di berbagai bidang. Tidak hanya fokus pada penguatan kehidupan keluarga, MSF juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan, dan pendidikan bagi masyarakat miskin.

Provinsial MSF berharap bahwa di tahun-tahun mendatang, kongregasi ini akan semakin berkembang dan semakin banyak keluarga yang merasakan dampak positif dari pelayanan mereka. Dengan semangat kebersamaan dan cinta kasih, kongregasi MSF berkomitmen untuk terus menyebarkan kebaikan dan kasih Tuhan di tengah umat. (By Sie Komsos)

 

Berita dan foto dari : Paroki Rawamangun

Arti SCV1 pada Kendaraan Paus Fransiskus dalam Perjalanan Apostolik

 

Paus Fransiskus, sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, memiliki banyak simbol dan atribut yang digunakan selama perjalanan resmi atau apostoliknya. Salah satu hal menarik yang selalu menjadi perhatian publik adalah kendaraan yang digunakan oleh Paus, khususnya pelat nomor SCV1. Setiap kali Paus melakukan perjalanan apostolik, kendaraan yang digunakan sering kali memiliki pelat nomor yang unik, dan SCV1 adalah salah satu yang paling ikonik. Namun, apa sebenarnya arti dari SCV1 tersebut?

Arti Pelat Nomor SCV1

Pelat nomor SCV1 adalah singkatan dari “Status Civitatis Vaticanae”, yang berasal dari bahasa Latin. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah “Negara Kota Vatikan”. Huruf SCV sendiri merujuk pada otoritas resmi Negara Kota Vatikan, sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa kendaraan tersebut digunakan oleh orang yang paling penting di Vatikan, yaitu Paus Fransiskus sendiri. Maka, pelat nomor SCV1 dapat diartikan sebagai simbol bahwa kendaraan ini digunakan oleh kepala negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik

Kendaraan dengan pelat nomor ini sering kali digunakan oleh Paus dalam berbagai kegiatan penting, termasuk misa, audiensi umum, hingga saat bertemu dengan umat Katolik di berbagai negara selama perjalanan apostoliknya.

Kendaraan yang Digunakan Paus Fransiskus

Selama perjalanan apostoliknya, Paus Fransiskus tidak hanya menggunakan satu jenis kendaraan. Dalam kunjungannya ke berbagai negara, Paus sering kali menggunakan Popemobile, yaitu kendaraan yang dirancang khusus untuk memungkinkan Paus menyapa umatnya dengan lebih dekat dan aman. Salah satu kendaraan yang sering digunakan adalah Toyota Innova Zenix Hybrid, sebuah mobil ramah lingkungan yang digunakan selama kunjungannya di Indonesia

Selain itu, Paus juga menggunakan Pindad Maung MV3, kendaraan buatan Indonesia yang dimodifikasi khusus untuk keperluan Paus selama misa di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Kendaraan ini dirancang dengan atap terbuka, yang memungkinkan Paus berinteraksi langsung dengan umatnya dengan cara yang lebih intim dan aman

Sejarah Penggunaan Pelat SCV1

Penggunaan pelat nomor SCV1 tidak hanya terbatas pada Paus Fransiskus. Pelat nomor ini sudah menjadi tradisi lama di Vatikan, di mana kendaraan resmi yang digunakan oleh Paus selalu memiliki pelat nomor yang diawali dengan huruf SCV. Hal ini berlaku untuk setiap Paus yang menjabat. SCV1 adalah nomor yang secara eksklusif digunakan oleh kendaraan yang membawa Paus, sementara SCV lainnya dapat digunakan untuk kendaraan lain yang berada di bawah yurisdiksi Vatikan.

Sebagai contoh, pada masa Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI, pelat nomor SCV1 juga digunakan pada kendaraan yang mereka tumpangi selama perjalanan resmi mereka. Kendaraan dengan pelat nomor ini tidak hanya menjadi simbol otoritas, tetapi juga status kepemimpinan yang sangat dihormati oleh umat Katolik di seluruh dunia.

Simbolisme dan Makna SCV1

Selain menjadi penanda kendaraan resmi Vatikan, pelat nomor SCV1 juga memiliki makna simbolis yang dalam. Huruf SCV mengingatkan orang pada Negara Kota Vatikan, yang meskipun kecil dalam ukuran, memiliki pengaruh besar di dunia sebagai pusat spiritual bagi miliaran umat Katolik. Angka 1 menandakan status Paus sebagai pemimpin rohani tertinggi di Vatikan, sekaligus pemimpin umat Katolik global.

Simbolisme ini tercermin dalam setiap aspek kehidupan Paus, termasuk kendaraan yang digunakannya. Kendaraan dengan pelat nomor SCV1 selalu menjadi pusat perhatian, tidak hanya karena siapa yang menumpanginya, tetapi juga karena pesan yang disampaikannya—kedekatan dan perhatian seorang pemimpin spiritual kepada umatnya.

Kesimpulan

Pelat nomor SCV1 pada kendaraan Paus Fransiskus adalah simbol kuat yang mewakili otoritas Vatikan dan peran penting Paus sebagai pemimpin spiritual umat Katolik. Kendaraan yang digunakan oleh Paus, baik itu Toyota Innova Zenix Hybrid atau Pindad Maung MV3, bukan hanya alat transportasi, tetapi juga mencerminkan komitmen Paus terhadap umat dan lingkungannya. Dengan memahami arti dari pelat SCV1, kita dapat lebih mengapresiasi makna di balik setiap perjalanan apostolik yang dilakukan oleh Paus Fransiskus. (By Sie Komsos)

foto : Mirifica dan hidupkatolik

 

Paus Fransiskus Pulang ke Vatikan dengan Selamat Setelah Perjalanan Apostolik 2024

 

Setelah menyelesaikan perjalanan apostolik selama 12 hari ke Asia Tenggara dan Oseania, Paus Fransiskus kembali ke Vatikan dengan selamat pada 13 September 2024. Perjalanan yang mencakup Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura ini menyoroti dialog lintas agama, isu perubahan iklim, dan penguatan kehadiran Gereja Katolik di wilayah tersebut. Saat tiba di Roma, Paus Fransiskus berdoa di Basilika St. Maria Maggiore sebagai tanda syukur atas perlindungan Bunda Maria selama perjalanan panjang ini.

Di Indonesia, Paus disambut dengan antusias oleh ribuan umat Katolik dan pemerintah. Misa akbar diadakan di Jakarta, menekankan pentingnya perdamaian dan keadilan sosial. Setelah itu, Paus melanjutkan perjalanannya ke Papua Nugini, di mana dia berbicara tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab moral. Di Timor Leste, Paus disambut dengan prosesi adat, menunjukkan kekayaan budaya Katolik yang berakar di negara tersebut.

Puncak dari perjalanan ini adalah misa di Singapura yang dihadiri oleh 50.000 umat Katolik di Stadion Nasional. Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya dengan pesan kuat tentang pentingnya persatuan dan solidaritas di tengah perbedaan budaya dan agama. Setelah itu, Paus kembali ke Roma dengan penerbangan komersial Singapore Airlines, menunjukkan kerendahan hatinya yang konsisten.

Setibanya di Roma, Paus Fransiskus mengunjungi Basilika St. Maria Maggiore untuk berdoa dan mengucapkan terima kasih atas keselamatan selama perjalanan. Dalam doanya, Paus mendedikasikan rasa syukur kepada ikon Maria Salus Populi Romani yang terhormat di Gereja tersebut. Paus kemudian kembali ke kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, menandai akhir dari salah satu perjalanan terpanjang dalam masa kepausannya.

Perjalanan ini dianggap sukses besar, mengukuhkan kembali posisi Gereja Katolik di kawasan Asia-Pasifik dan membawa pesan harapan serta persatuan kepada seluruh dunia. Kehadiran Paus di berbagai negara ini tidak hanya membawa inspirasi bagi umat Katolik, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik Vatikan dengan negara-negara tersebut. (By Sie Komsos)

Kegiatan Paus Fransiskus Selama Kunjungan di Singapura, Pesan Perdamaian

 

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia, mengunjungi Singapura dalam rangkaian kunjungan pastoral yang bertujuan mempererat hubungan antar agama serta menyampaikan pesan perdamaian dan harapan. Kunjungan Paus Fransiskus ini menjadi momen penting bagi umat Katolik di Singapura dan juga masyarakat umum yang sangat menghargai dialog lintas agama.

Hari Pertama: Sambutan Hangat di Singapura

Setibanya di Bandara Changi, Paus Fransiskus disambut hangat oleh pejabat negara dan pemimpin agama setempat. Kunjungan ini diawali dengan pertemuan resmi dengan Presiden Singapura, di mana keduanya membahas berbagai isu global termasuk perubahan iklim, kemiskinan, dan perdamaian dunia. Paus menekankan pentingnya persatuan global dalam menghadapi tantangan ini.

Pada hari pertama kunjungannya, Paus juga menghadiri upacara keagamaan di Katedral Santo Yosef. Di sana, ia memimpin misa yang dihadiri oleh ribuan umat Katolik, serta pemimpin agama lain sebagai simbol persatuan dan keharmonisan lintas agama yang menjadi ciri khas Singapura.

Hari Kedua: Dialog Antar Agama dan Pesan Perdamaian

Hari kedua kunjungan Paus Fransiskus di Singapura diisi dengan dialog antar agama. Acara ini dihadiri oleh pemimpin agama Buddha, Islam, Hindu, dan Kristen yang semuanya berdiskusi tentang pentingnya kerjasama dalam menciptakan dunia yang damai. Dalam sambutannya, Paus menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Selain dialog, Paus juga mengunjungi beberapa tempat ibadah di Singapura seperti Masjid Sultan dan Kuil Thian Hock Keng. Ini menjadi simbol keinginan Paus untuk membangun jembatan antar umat beragama, serta menciptakan pemahaman yang lebih mendalam antar komunitas keagamaan di negara ini.

Hari Ketiga: Kegiatan Sosial dan Kunjungan ke Rumah Sakit

Pada hari terakhir kunjungannya, Paus Fransiskus mengunjungi beberapa organisasi amal dan rumah sakit. Salah satu kunjungan paling emosional adalah ke Rumah Sakit Anak KK, di mana Paus bertemu dengan anak-anak yang sedang menjalani perawatan. Beliau memberikan berkat dan dukungan moral kepada pasien serta keluarganya, sebuah tindakan yang menunjukkan perhatian besar Paus terhadap kaum yang lemah dan menderita.

Kegiatan sosial Paus di Singapura tidak berhenti di situ. Paus juga bertemu dengan para relawan dari organisasi sosial lokal, memberikan motivasi kepada mereka untuk terus melakukan kerja baik bagi masyarakat. Dalam pesannya, Paus menekankan pentingnya berbagi cinta dan kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung.

Pesan Penutup Paus Fransiskus

Pada akhir kunjungannya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan penutup di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Marina Bay Sands. Ia menegaskan pentingnya perdamaian, cinta kasih, dan persatuan antar umat manusia. Singapura, dengan keragaman budayanya, dipandang Paus sebagai contoh nyata bagaimana perbedaan bisa menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Paus Fransiskus berharap bahwa apa yang telah ia sampaikan selama kunjungannya akan meninggalkan jejak yang mendalam bagi warga Singapura dan menginspirasi dunia untuk mengikuti teladan tersebut.

Kunjungan Paus Fransiskus di Singapura diakhiri dengan harapan bahwa dialog antar agama dan kerjasama antar komunitas akan semakin kuat, membawa dunia menuju masa depan yang lebih damai dan harmonis. (By Sie Komsos).

Foto dari: Kompas.id

Misa Ekaristi Pembubaran Panitia Kunjungan Paus: Refleksi dan Syukur

 

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 telah menjadi momen bersejarah yang tak terlupakan bagi seluruh umat Katolik di tanah air. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut melibatkan ribuan umat, tokoh agama, serta masyarakat luas dari berbagai kalangan. Untuk mengakomodasi peristiwa penting ini, sebuah panitia khusus yang diketuai oleh Ignasius Jonan dibentuk. Setelah sukses menyelenggarakan rangkaian acara, panitia tersebut akhirnya dibubarkan dengan penuh apresiasi atas kerja kerasnya​.

Panitia Kunjungan Paus ini terdiri dari berbagai elemen, termasuk Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), pemerintah, aparat keamanan, serta sejumlah besar sukarelawan. Tugas mereka mencakup persiapan teknis dan logistik yang kompleks, mulai dari pengaturan keamanan, protokol diplomatik, hingga misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK), yang dihadiri ribuan umat​.

Proses Pembentukan dan Tugas Panitia

Panitia kunjungan Paus Fransiskus ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Tugas utama panitia adalah memastikan kelancaran berbagai kegiatan Paus di Indonesia, termasuk kunjungan ke beberapa tempat penting seperti Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta. Dalam kunjungan tersebut, Paus menyampaikan pesan perdamaian dan kerukunan antarumat beragama yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika​

Panitia juga bertanggung jawab mengoordinasikan berbagai aspek teknis, mulai dari protokol, pengamanan, hingga penyediaan tempat-tempat ibadah dan acara besar seperti misa akbar di Gelora Bung Karno. Ribuan umat hadir dalam misa tersebut, menjadikannya salah satu acara religius terbesar di Indonesia. Dukungan dari pemerintah, aparat keamanan, dan sukarelawan sangat berperan penting dalam suksesnya acara ini.

Misa Ekaristi Sebagai Simbol Syukur

Pada tanggal 12 September 2024, diadakan Misa Ekaristi sebagai penutupan resmi panitia kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga simbol syukur atas keberhasilan penyelenggaraan rangkaian kegiatan yang berlangsung dari 3 hingga 6 September 2024. Melalui Misa Ekaristi, seluruh panitia dan peserta yang terlibat mencurahkan rasa syukur mereka atas keberhasilan acara yang melibatkan ribuan umat dan banyak kalangan masyarakat.

Kunjungan Paus Fransiskus membawa pesan perdamaian, persatuan, dan dialog antarumat beragama, yang terasa mendalam bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Misa pembubaran ini menjadi momen penting untuk meresapi pesan-pesan tersebut dan melihat dampak nyata yang dihasilkan dari kehadiran Paus di Tanah Air.

Misa Ekaristi pembubaran panitia diadakan di Katedral Jakarta, di mana ribuan umat Katolik berkumpul bersama para tokoh gereja dan pejabat panitia nasional. Dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, misa ini diawali dengan doa syukur yang mendalam. Seluruh panitia, mulai dari anggota tim logistik hingga sukarelawan, diberikan penghargaan atas dedikasi dan kerja keras mereka selama persiapan hingga pelaksanaan kunjungan.

Melalui Misa Ekaristi pembubaran panitia ini, pesan-pesan Paus Fransiskus kembali digaungkan, dengan harapan bahwa semangat persatuan, dialog, dan kepedulian terhadap lingkungan terus hidup dalam keseharian umat Katolik di Indonesia.

Dalam homilinya, Uskup Suharyo menekankan bahwa acara ini lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga refleksi dari kasih Tuhan yang diwujudkan dalam kerja keras seluruh tim. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dan persatuan yang telah terjalin selama kunjungan Paus, agar terus hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

 Evaluasi dan Pembubaran Panitia

Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pertemuan tertutup antara para pemimpin gereja dan panitia kunjungan Paus. Dalam pertemuan ini, dilakukan evaluasi terhadap seluruh rangkaian acara yang telah diselenggarakan. Panitia yang dibentuk jauh sebelum kedatangan Paus, kini resmi dibubarkan setelah semua tugas yang diemban selesai. Evaluasi menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa tantangan teknis, secara keseluruhan acara berjalan sukses.

Acara evaluasi ini berlangsung secara tertutup, dengan Ketua Panitia Nasional, Romo Yohanes Sugeng, memimpin jalannya rapat. Seluruh anggota menyampaikan laporan masing-masing mengenai kesuksesan acara dan berbagai tantangan yang dihadapi.

Romo Sugeng menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota yang telah bekerja tanpa lelah demi kelancaran acara. Ia juga menekankan bahwa meskipun tugas panitia telah selesai, semangat yang dihasilkan dari kunjungan ini harus terus berlanjut di masyarakat. Setelah evaluasi selesai, dilakukan pembacaan surat keputusan resmi yang menandai pembubaran panitia.

Misa Ekaristi ini juga menjadi refleksi bagi seluruh peserta tentang pesan-pesan penting yang disampaikan Paus Fransiskus selama kunjungannya. Salah satu pesan yang mendapat perhatian luas adalah tentang perlunya menjaga dialog antarumat beragama. Di Indonesia, yang kaya akan keberagaman agama, pesan ini sangat relevan.

Setelah seluruh rangkaian kunjungan berakhir, Ignasius Jonan dan pihak KWI mengumumkan pembubaran panitia. Jonan menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, mulai dari pemerintah, donatur, hingga sukarelawan. “Kami berterima kasih kepada setiap individu dan organisasi yang bekerja keras untuk menyukseskan kunjungan ini. Ini adalah wujud nyata gotong royong yang kita junjung tinggi,” ujar Jonan.

Selain apresiasi, panitia juga menyampaikan permintaan maaf jika ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat, terutama warga Jakarta yang aktivitasnya sedikit terganggu oleh pengaturan lalu lintas dan keamanan selama kunjungan Paus.

Panitia dan Kerja Sama yang Solid

Kesuksesan acara kunjungan Paus tidak lepas dari kerja keras panitia yang telah dibentuk jauh-jauh hari. Panitia terdiri dari berbagai elemen, mulai dari gereja, pemerintah, hingga sukarelawan yang berasal dari berbagai daerah. Koordinasi yang solid di antara anggota panitia memastikan bahwa acara dapat berlangsung dengan tertib dan lancar.

Selain itu, panitia juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, terutama dalam hal keamanan. Tidak hanya itu, sukarelawan yang terlibat juga memainkan peran penting dalam membantu mengatur arus peserta, terutama di acara besar seperti misa akbar di GBK.

Kerja keras seluruh panitia selama persiapan hingga pelaksanaan acara membuktikan bahwa Indonesia mampu menggelar acara internasional dengan sukses dan aman.

Dampak Kunjungan Paus Fransiskus

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tidak hanya menjadi momen spiritual yang besar bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi peristiwa nasional yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Acara puncak, yaitu misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK), berhasil dihadiri oleh lebih dari 80.000 orang. Dalam pidatonya, Paus Fransiskus menekankan pentingnya dialog antarumat beragama dan menyoroti perlunya menjaga perdamaian dan kerukunan di tengah keragaman Indonesia.

Kunjungan ini tidak hanya menorehkan sejarah bagi Gereja Katolik di Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan lintas agama. Kehadiran Paus di Masjid Istiqlal bersama para tokoh agama Islam menandai simbol kuat persatuan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Semangat ini diharapkan terus hidup dalam masyarakat Indonesia yang pluralis.

Meski panitia kini resmi dibubarkan, dampak dari kunjungan ini diperkirakan akan bertahan lama. KWI mengungkapkan harapannya agar nilai-nilai yang dibawa oleh Paus Fransiskus terus menginspirasi umat Katolik dan seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga kedamaian, persaudaraan, dan toleransi.

 Kunjungan Paus tidak hanya berdampak pada umat Katolik, tetapi juga memberikan pengaruh yang luas terhadap masyarakat Indonesia secara umum. Salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Paus adalah tentang perlunya menjaga lingkungan. Ini tercermin dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas Laudato Si’, di mana mereka berpartisipasi dalam mengumpulkan sampah saat berlangsungnya misa akbar di GBK.

Semangat menjaga lingkungan ini juga terus berlanjut pasca kunjungan Paus, dengan berbagai komunitas di Indonesia memulai gerakan peduli lingkungan dan mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik.

Selain itu, pesan-pesan Paus tentang keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua golongan juga menjadi inspirasi bagi banyak kelompok masyarakat. Beberapa organisasi bahkan mulai mengadakan diskusi publik yang menyoroti isu-isu yang diangkat oleh Paus selama kunjungannya.

Penutup: Mengakhiri Tugas Besar

Dengan pembubaran panitia kunjungan Paus Fransiskus, Indonesia menutup salah satu bab penting dalam sejarah religiusnya. Acara ini akan selalu dikenang sebagai bukti nyata bahwa Indonesia, dengan segala keragamannya, mampu menyambut dan merayakan tokoh-tokoh besar dunia dengan penuh persaudaraan.

Dengan selesainya kunjungan ini, panitia yang dibentuk secara khusus untuk acara tersebut pun secara resmi dibubarkan. Meskipun demikian, dampak dari kunjungan Paus Fransiskus diperkirakan akan terus dirasakan, terutama dalam memperkuat persaudaraan antarumat beragama di Indonesia​.

Harapan Pasca Pembubaran

Meskipun panitia telah dibubarkan secara resmi, harapan besar tetap ada agar semangat persatuan dan dialog antarumat beragama yang diusung Paus Fransiskus dapat terus hidup di Indonesia. Kunjungan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga kerukunan dan kedamaian, meskipun acara telah selesai.

Beberapa kelompok masyarakat bahkan sudah merencanakan berbagai kegiatan lanjutan yang terinspirasi oleh pesan Paus, termasuk program-program sosial dan lingkungan yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan bersama. (By Sie Komsos)

Foto-foto : KomsosKAJ

Kunjungan Paus Fransiskus Membawa Pesan Damai di Timor-Leste 2024

 

Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik bersejarah ke Timor Leste pada 9 September 2024, menjadi Paus pertama yang mengunjungi negara tersebut sejak kemerdekaannya dari Indonesia pada tahun 2002. Kunjungan ini memiliki arti penting bagi negara yang 97% penduduknya beragama Katolik, menjadikan Timor Leste salah satu negara paling Katolik di dunia di luar Vatikan​. Selama kunjungannya, Paus Fransiskus disambut dengan antusias oleh sekitar 600.000 orang—jumlah yang hampir setara dengan separuh populasi negara tersebut​. Ribuan umat berbaris di jalan-jalan Dili, ibukota Timor Leste, untuk melihat Paus Fransiskus melintas dengan mobil terbuka. Di Tasitolu Park, tempat yang pernah menjadi lokasi doa oleh Santo Yohanes Paulus II pada tahun 1989, Paus memimpin misa besar yang dihadiri oleh umat yang datang dari berbagai penjuru negara​.

Dalam pidatonya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan damai dan ajakan untuk terus menjaga nilai-nilai kebebasan, persaudaraan, dan komitmen terhadap sesama. Dia juga menyoroti tantangan yang dihadapi Timor Leste, seperti kemiskinan, kekurangan gizi, dan masalah pengangguran​. Paus mengajak masyarakat Timor Leste untuk tetap mempertahankan iman mereka dalam menghadapi kesulitan serta berkolaborasi demi kebaikan bersama​. Selain itu, Paus menyinggung peran penting pendidikan dan dukungan bagi keluarga dalam membentuk generasi muda yang sehat dan damai. Hal ini sangat relevan mengingat lebih dari 65% populasi Timor Leste terdiri dari anak-anak dan remaja​. Kunjungan Paus Fransiskus ini diharapkan membawa angin segar bagi bangsa yang baru berkembang, memperkuat moral dan semangat kebersamaan di antara masyarakat Timor Leste.

Pada tanggal 10 September 2024, Paus Fransiskus memimpin misa besar di Tasi Tolu, Timor Leste. Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi negara tersebut, di mana hampir setengah dari populasi hadir untuk mengikuti misa. Sekitar 600.000 orang, mayoritas umat Katolik dari berbagai wilayah, berkumpul dengan penuh semangat untuk menerima berkat dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Lokasi misa ini, Tasi Tolu, juga memiliki nilai sejarah karena pernah menjadi tempat penting dalam perjuangan Timor Leste menuju kemerdekaan.

Paus Fransiskus, dalam khotbahnya, menekankan pentingnya persatuan, perdamaian, dan solidaritas, terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Timor Leste. Beliau juga mengajak umat untuk terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, meskipun negara ini masih menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk kemiskinan yang tinggi.

Misa ini tidak hanya menjadi simbol spiritual tetapi juga mengingatkan akan kunjungan bersejarah Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989, yang juga diadakan di tempat yang sama. Patung Paus Yohanes Paulus II yang berdiri di lokasi ini menjadi saksi bagaimana iman dan harapan masyarakat Timor Leste tetap kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan selama bertahun-tahun.

Bagi masyarakat Timor Leste, kunjungan Paus Fransiskus menjadi berkat yang sangat dinantikan. Dirce Maria Teresa Freitas, salah satu umat yang hadir, menyatakan bahwa kunjungan ini memberi harapan baru bagi rakyat dan tanah Timor Leste. Momen ini menciptakan ikatan emosional antara Paus dan umat di Timor Leste, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh agama Katolik di negara tersebut, dengan lebih dari 97% penduduknya yang menganut Katolik. Dengan suasana yang penuh suka cita, ribuan umat membawa payung kuning dan putih, melambangkan bendera Vatikan, untuk melindungi diri dari terik matahari. Para peziarah dari berbagai wilayah, bahkan dari Indonesia, turut hadir, membuat peristiwa ini menjadi salah satu misa terbesar dalam sejarah Timor Leste.

Pada tanggal 11 September 2024, Paus Fransiskus secara resmi meninggalkan Timor-Leste setelah kunjungan apostoliknya yang berlangsung selama tiga hari. Kunjungan ini diwarnai dengan berbagai acara, termasuk misa bersama umat Katolik Timor-Leste, pertemuan dengan kaum muda, dan dialog penting dengan para pemimpin negara. Paus bertolak dari Bandara Internasional Nicolau Lobato, Dili, menuju Singapura, melanjutkan perjalanan apostoliknya ke Asia Tenggara.

Kepulangan Paus disambut dengan upacara resmi yang melibatkan sejumlah tokoh penting, seperti Presiden Jose Ramos-Horta dan Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmão. Dalam momen yang penuh emosional, Paus Fransiskus menyampaikan pesan perpisahannya kepada masyarakat Timor-Leste, mengingatkan mereka untuk tetap tersenyum dan menjaga semangat perdamaian serta kebersamaan yang telah menjadi bagian penting dalam sejarah panjang negara tersebut.

Selama kunjungannya, Paus juga memuji upaya rekonsiliasi antara Timor-Leste dan Indonesia, menyoroti bagaimana kedua negara telah berhasil mengatasi konflik masa lalu melalui dialog dan kerja sama. Paus berharap perdamaian dan rekonsiliasi yang terjadi di Timor-Leste dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang masih dilanda konflik​. (By Sie Komsos)

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/

 

Paus Fransiskus Mengunjungi Papua Nugini: Menghidupkan Solidaritas dan Harapan di Tengah Kesulitan

 

Paus Fransiskus Mengunjungi Papua Nugini: Menghidupkan Solidaritas dan Harapan di Tengah Kesulitan

Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Papua Nugini sebagai bagian dari tur Asia-Pasifiknya. Ia tiba di Port Moresby setelah mengunjungi Indonesia, dimana Papua Nugini, yang terdiri dari lebih dari 800 bahasa dan suku yang berbeda, mendapatkan perhatian khusus dari Paus terkait dengan tantangan sosial yang mereka hadapi, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan kesulitan akses layanan kesehatan. Di depan puluhan ribu umat, Paus Fransiskus mengajak masyarakat untuk terus menjaga kebersamaan dan tidak meninggalkan komunitas yang terisolasi.

Selain itu, Paus Fransiskus menyoroti pentingnya sumber daya alam Papua Nugini digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat, terutama kaum marginal. Kunjungannya mencerminkan komitmen untuk terus melayani meskipun usianya sudah menginjak 87 tahun, dan menandai langkah penting dalam hubungan antara Vatikan dan wilayah Asia-Oseania.

Pada kunjungan bersejarahnya ke Papua Nugini, Paus Fransiskus membawa pesan harapan, perdamaian, dan solidaritas. Dalam kunjungan yang berlangsung selama beberapa hari ini, Paus tidak hanya datang sebagai pemimpin spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga sebagai simbol perhatian global terhadap kondisi sosial dan kemanusiaan di Papua Nugini.

Misi Kemanusiaan dan Bantuan Medis

Selama kunjungannya, Paus Fransiskus mengunjungi daerah terpencil seperti Vanimo, sebuah kota kecil yang terletak di barat laut Papua Nugini. Kota ini memiliki keterbatasan infrastruktur, seperti akses air bersih dan listrik. Paus Fransiskus, yang kini berusia 87 tahun, menunjukkan kepeduliannya terhadap kebutuhan dasar masyarakat dengan membawa bantuan medis dan pasokan lain yang sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat. Beberapa barang yang disumbangkan termasuk obat-obatan, pakaian, serta mainan dan alat musik untuk anak-anak di sekolah-sekolah.

Aksi solidaritas ini mencerminkan semangat Paus yang tak lekang oleh usia. Dengan menggunakan pesawat kargo militer, Paus mengangkut ratusan kilogram bantuan, menunjukkan betapa seriusnya ia dalam misinya membantu masyarakat di daerah-daerah terpencil. Langkah ini diterima dengan sukacita oleh warga setempat, yang menyebut bahwa kunjungan Paus memberikan semangat baru bagi mereka yang merasa dilupakan oleh dunia luar.

Pesan Perdamaian dan Rekonsiliasi

Dalam pidato-pidatonya selama berada di Papua Nugini, Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama. Papua Nugini memiliki sejarah panjang dengan konflik internal, termasuk ketegangan antara berbagai suku yang kadang-kadang memicu kekerasan. Paus mengajak semua pihak untuk terus membangun dialog dan perdamaian, serta menghormati keragaman budaya yang ada di negara ini.

Menurut Paus, tanah Papua Nugini yang kaya akan sumber daya alam harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan semua pihak, bukan hanya segelintir orang. Sumber daya seperti minyak, gas, dan kayu sering menjadi sumber ketegangan antara pemerintah dan komunitas lokal. Paus mendesak para pemimpin untuk mengelola kekayaan alam ini dengan bijak dan memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang paling rentan.

Dukungan Terhadap Perempuan dan Anak-anak

Salah satu aspek yang mendapat sorotan khusus dari Paus Fransiskus adalah perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak di Papua Nugini. Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius di negara ini, dan Paus secara terbuka mengutuk segala bentuk kekerasan domestik dan penindasan. Dalam salah satu homilinya, ia menyatakan bahwa perempuan harus dihormati dan dilindungi, karena mereka memainkan peran penting dalam komunitas, baik sebagai ibu, pendidik, maupun pemimpin lokal.

Anak-anak juga menjadi perhatian utama Paus Fransiskus. Ia menyempatkan diri untuk bertemu dengan para siswa di beberapa sekolah Katolik di Papua Nugini, memberi mereka pesan moral tentang pentingnya pendidikan dan perdamaian. Paus juga memberikan alat musik dan mainan, sebagai bagian dari upayanya untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di tengah kesulitan ekonomi.

Pengaruh Kunjungan Paus Fransiskus bagi Papua Nugini

Kunjungan Paus Fransiskus membawa dampak signifikan bagi Papua Nugini, baik dari segi sosial maupun spiritual. Keberadaan Paus mengingatkan dunia tentang tantangan yang dihadapi oleh negara kepulauan ini, terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan umum. Selain itu, kunjungan ini juga memperkuat hubungan antara Vatikan dan Papua Nugini, memberikan dorongan bagi komunitas Katolik setempat untuk terus melayani dan membantu sesama.

Kunjungan Paus juga diharapkan dapat menjadi katalisator bagi reformasi sosial dan politik di Papua Nugini. Dengan kehadiran seorang pemimpin dunia yang begitu dihormati, masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh negara ini, seperti ketidaksetaraan, korupsi, dan kekerasan, kini mendapat perhatian global. Paus Fransiskus meninggalkan pesan bahwa setiap orang harus berperan aktif dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi Papua Nugini. (By Sie Komsos)

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/

Komunitas Laudato Si’ Bersihkan GBK Usai Misa Bersama Paus Fransiskus

 

Komunitas Laudato Si’ Bersihkan GBK Usai Misa Bersama Paus Fransiskus

Pada Misa Akbar yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, komunitas Laudato Si’ mengambil peran penting dalam menjaga kebersihan. Dengan semangat cinta lingkungan, para relawan dari berbagai latar belakang, termasuk umat paroki dan sekolah Katolik, secara aktif mengumpulkan sampah yang ditinggalkan oleh puluhan ribu umat. Aksi ini merupakan bagian dari gerakan global yang terinspirasi oleh ensiklik Paus, Laudato Si’, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama kita.

Tidak hanya fokus pada kebersihan, tetapi kegiatan ini juga bertujuan untuk menyebarkan pesan kepedulian lingkungan di tengah perayaan rohani besar. Para relawan menggunakan peralatan kebersihan lengkap, mengumpulkan sampah dari tribun penonton dan area lain di GBK, memastikan bahwa acara yang dihadiri oleh sekitar 86.000 orang berjalan dengan tertib dan ramah lingkungan. Total lebih dari 19 ton sampah berhasil dikelola, menunjukkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan komunitas setempat

Komunitas Laudato Si adalah gerakan global yang terinspirasi oleh ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si’, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama kita. Ensiklik ini diterbitkan pada 2015, dan sejak itu telah mengilhami jutaan orang di seluruh dunia untuk bertindak lebih baik dalam melindungi lingkungan serta menegakkan keadilan sosial.

Komunitas ini berkembang pesat di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan banyak anggota berasal dari kalangan rohaniwan, umat gereja, dan masyarakat umum yang peduli terhadap isu-isu lingkungan. Di Indonesia, gerakan ini telah menjadi platform penting bagi berbagai aksi nyata yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan, salah satunya adalah partisipasi mereka dalam acara-acara besar yang dihadiri oleh Paus Fransiskus, seperti Misa Akbar di Gelora Bung Karno (GBK).

Fokus Utama Komunitas Laudato Si

Laudato Si menekankan enam aspek penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan:

  1. Cinta Kasih terhadap Penciptaan: Gerakan ini mengajak setiap orang untuk merawat bumi sebagai bentuk penghormatan terhadap Sang Pencipta.
  2. Keberlanjutan: Anggota komunitas ini berusaha memastikan bahwa segala aktivitas yang mereka lakukan mendukung keberlanjutan ekosistem.
  3. Keberpihakan pada yang Lemah: Komunitas Laudato Si juga mengadvokasi keadilan sosial, terutama bagi masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
  4. Pengurangan Sampah dan Polusi: Salah satu tindakan nyata komunitas ini adalah mengurangi sampah dan polusi dengan cara-cara praktis seperti daur ulang dan pengurangan penggunaan plastik.
  5. Penggunaan Energi Terbarukan: Mereka mendorong penggunaan energi bersih sebagai alternatif dari bahan bakar fosil.
  6. Perubahan Gaya Hidup: Komunitas ini mengajak setiap orang untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sederhana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Kegiatan Komunitas Laudato Si di Indonesia

Di Indonesia, gerakan Laudato Si semakin berkembang dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan nyata dalam menjaga lingkungan. Salah satu kegiatan yang mendapat perhatian besar adalah aksi pengumpulan sampah selama Misa Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno pada 5 September 2024. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 300 relawan dari berbagai komunitas, termasuk sekolah-sekolah Katolik dan organisasi keagamaan lainnya. Para relawan ini dengan semangat membersihkan sisa-sisa sampah yang ditinggalkan oleh para peserta misa, memastikan bahwa acara tersebut tidak hanya suci secara spiritual tetapi juga ramah lingkungan.

Selain itu, Komunitas Laudato Si di Indonesia juga aktif mengadakan webinar dan diskusi terkait isu-isu lingkungan. Sebagai bagian dari perayaan Musim Penciptaan, mereka menyelenggarakan berbagai kegiatan edukasi untuk menanamkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga bumi kepada umat dan masyarakat luas. Salah satu webinar terbaru mereka mengangkat topik tentang peran pendidikan dalam memperkuat hubungan antara manusia dan alam, yang diadakan pada Agustus 2024.

Pengaruh Global Komunitas Laudato Si

Selain di Indonesia, gerakan Laudato Si juga telah menyebar ke lebih dari 160 negara. Banyak komunitas lokal yang terbentuk dengan misi yang sama, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terdampak oleh perubahan iklim. Salah satu inisiatif terbesar dari gerakan ini adalah pengurangan emisi karbon dan upaya untuk membuat setiap kegiatan gereja lebih ramah lingkungan.

Paus Fransiskus, melalui ensiklik Laudato Si’, tidak hanya berbicara tentang lingkungan sebagai masalah ekologi, tetapi juga sebagai isu moral. Dengan merusak bumi, manusia juga merusak relasi dengan sesama, terutama dengan mereka yang paling menderita akibat eksploitasi alam, yaitu masyarakat miskin dan terpinggirkan. Oleh karena itu, komunitas Laudato Si sangat fokus pada pentingnya menghubungkan isu-isu lingkungan dengan isu keadilan sosial.

Kolaborasi dengan Pihak Lain

Komunitas Laudato Si di Indonesia tidak bekerja sendirian. Mereka sering berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan komunitas agama lainnya. Melalui kolaborasi ini, mereka berharap dapat memperluas jangkauan pengaruhnya dan melibatkan lebih banyak orang dalam menjaga lingkungan.

Salah satu bentuk kolaborasi yang menonjol adalah kampanye bersama dengan pemerintah lokal untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di berbagai acara besar. Dengan pendekatan yang inklusif dan melibatkan berbagai kalangan, komunitas ini berharap dapat mengubah kebiasaan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

Kesimpulan

Komunitas Laudato Si adalah gerakan global yang telah memberikan dampak signifikan dalam menjaga lingkungan dan menegakkan keadilan sosial. Di Indonesia, gerakan ini aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari aksi pengumpulan sampah hingga penyelenggaraan webinar edukatif. Dengan semangat cinta lingkungan dan kepedulian terhadap sesama, komunitas ini terus berupaya untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Paus Fransiskus, melalui ensiklik Laudato Si’, mengajarkan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban ilmiah, tetapi juga moral yang harus dipegang teguh oleh seluruh umat manusia. (By Sie Komsos).

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/
Keterangan Foto : Komunitas Laudato Si’ dari Tarakanita

Paus Fransiskus Mengunjungi Terowongan Silaturahmi: Misi Perdamaian dan Kerukunan Antarumat

 

Paus Fransiskus dan Terowongan Silaturahmi: Simbol Perdamaian Baru di Indonesia

Pada kunjungan bersejarahnya ke Indonesia, Paus Fransiskus melakukan kunjungan yang luar biasa dengan mengunjungi Terowongan Silaturahmi, sebuah ikon baru yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Terowongan ini dibangun sebagai simbol toleransi, persatuan, dan dialog antaragama di Indonesia. Terowongan ini berada didepan pintu Al Fattah dimana dibangun pada 20 Januari 2021 silam, yang difungsikan sarana penghubung kedua rumah ibadah. Ide ini dinisiasi oleh Presiden Jokowi saat peninjauan proses renovasi Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020. Paus Fransiskus, sebagai pemimpin spiritual lebih dari 1,2 miliar umat Katolik di dunia, dikenal dengan upayanya dalam mempromosikan perdamaian dan kerukunan antarumat beragama, dan kunjungannya ke terowongan ini menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan dialog lintas agama.

Makna Simbolik Terowongan Silaturahmi

Terowongan Silaturahmi menjadi tempat istimewa dalam sejarah Indonesia karena menyatukan dua tempat ibadah terbesar di Jakarta, yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Terowongan ini mencerminkan komitmen bangsa Indonesia untuk memelihara persatuan di tengah keberagaman agama. Kunjungan Paus Fransiskus yang didampingi langsung oleh Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar ke terowongan ini menambah makna penting bagi simbol perdamaian ini. Paus Fransiskus tidak hanya mengunjugi tetapi juga meresmikan Terowongan Silaturahmi, Paus mengucapkan mereka yang melewati terowongan ini dalam semangat persahabatan, kerukunan, dan persaudaraan,”.

Paus Fransiskus: Pemimpin Global untuk Dialog Antaragama

Paus Fransiskus telah dikenal luas sebagai figur yang mempromosikan dialog antarumat beragama. Di berbagai kesempatan, ia menyuarakan pentingnya hubungan harmonis antara umat beragama yang berbeda, khususnya dalam menghadapi tantangan global saat ini seperti konflik antaragama, ekstremisme, dan radikalisme. Dengan kunjungannya ke Terowongan Silaturahmi, Paus Fransiskus memberikan pesan kuat bahwa perdamaian dunia tidak dapat dicapai tanpa adanya saling pengertian dan kerjasama antara agama-agama yang berbeda.

Dalam kunjungannya ini, Paus juga mengapresiasi usaha Indonesia dalam menciptakan perdamaian dan kebersamaan di tengah keragaman agama yang ada. Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, telah menjadi contoh bagaimana sebuah negara dengan latar belakang agama yang beragam dapat hidup berdampingan dengan damai. Terowongan Silaturahmi, sebagai simbol nyata dari toleransi, juga memberikan pesan kuat kepada dunia bahwa perdamaian bisa diwujudkan jika ada kemauan untuk bekerjasama.

Dampak Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia

Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan hubungan antarumat beragama di negara ini. Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan antara Katolik dan Islam, tetapi juga mendorong seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menjaga semangat Bhinneka Tunggal Ika. Terowongan Silaturahmi, yang dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi dialog antarumat beragama, akan semakin dikenal di dunia internasional sebagai simbol perdamaian dan toleransi antaragama.

Paus juga berharap bahwa terowongan ini bisa menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang masih mengalami konflik dan perpecahan antarumat beragama. Indonesia telah memberikan contoh yang baik bagaimana perbedaan agama tidak harus menjadi sumber konflik, melainkan dapat menjadi kekuatan dalam membangun perdamaian dan persatuan.

Harapan untuk Masa Depan

Kunjungan Paus Fransiskus ke Terowongan Silaturahmi memberikan harapan baru bagi masa depan perdamaian dunia. Di tengah konflik agama yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, simbol seperti terowongan ini memberikan inspirasi tentang bagaimana dunia bisa lebih baik dengan adanya dialog, toleransi, dan kerjasama antarumat beragama. Paus mengajak semua pemimpin agama di seluruh dunia untuk mengikuti jejak Indonesia dalam mempromosikan dialog lintas agama demi terciptanya perdamaian yang abadi.

Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman agama yang luar biasa, terus berkomitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, khususnya ke Terowongan Silaturahmi, menjadi pengingat pentingnya mempertahankan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan cinta kasih dalam kehidupan beragama.

Kesimpulan

Kunjungan Paus Fransiskus ke Terowongan Silaturahmi di Jakarta merupakan momen penting yang memperkuat simbol persatuan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Terowongan ini tidak hanya menyatukan dua tempat ibadah yang besar, tetapi juga menjadi lambang komitmen bersama untuk menjaga perdamaian dunia. Paus Fransiskus, melalui kunjungannya, memberikan pesan yang sangat relevan di tengah dinamika dunia saat ini: bahwa dialog dan kerjasama lintas agama adalah kunci untuk mencapai kedamaian yang abadi. (By Sie Komsos).

Foto : https://www.hidupkatolik.com/

Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia menuju Papua Nugini untuk melanjutkan kunjungan apostolik, membawa pesan perdamaian dan harapan

 

Pada tanggal 6 September 2024, Paus Fransiskus secara resmi meninggalkan Indonesia setelah menyelesaikan kunjungan apostoliknya selama beberapa hari. Kunjungan ini adalah bagian dari perjalanan lebih luas di Asia-Pasifik yang melibatkan negara-negara seperti Indonesia, Timor Leste, dan Singapura.

Setelah menyelesaikan sejumlah agenda penting di Indonesia, termasuk memimpin misa besar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan bertemu dengan pemimpin agama setempat, Paus Fransiskus melanjutkan perjalanannya. Kunjungan Paus ke Indonesia telah membawa pesan persatuan, perdamaian, dan penghargaan terhadap keragaman agama dan budaya yang dimiliki Indonesia.

Keberangkatan Paus Fransiskus ke Papua Nugini dilakukan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, dengan penerbangan Garuda Indonesia. Sebelum berangkat, Paus memberikan pesan perpisahan di Kedutaan Besar Vatikan di Indonesia, berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas sambutan hangat yang diterima.

Selama di Indonesia, Paus tidak hanya menyampaikan pesan-pesan kedamaian dan persatuan, tetapi juga memperkuat hubungan antara umat Katolik dan masyarakat Indonesia yang multikultural. Momen perpisahan diwarnai dengan pengamanan ketat di Bandara Soekarno-Hatta, dengan ratusan personel TNI-Polri dikerahkan untuk memastikan kelancaran perjalanan Paus.

Keberangkatan menuju Port Moresby, Papua Nugini, merupakan bagian dari tur panjang Paus di kawasan Asia-Pasifik. Selama di Papua Nugini, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan komunitas Katolik dan membahas isu-isu penting seperti perdamaian, lingkungan hidup, dan perlindungan hak asasi manusia. Papua Nugini, dengan populasi Katolik yang cukup signifikan, menjadi salah satu tujuan utama dalam perjalanan apostolik ini. Paus diharapkan dapat membawa pesan harapan dan semangat kepada umat di sana.

Perjalanan Paus Fransiskus di kawasan Asia-Pasifik menjadi momen penting, bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi dunia secara umum. Setiap langkah Paus selalu ditandai dengan komitmen kuat untuk membawa pesan kedamaian dan dialog lintas agama.

Setelah Papua Nugini, Paus Fransiskus dijadwalkan melanjutkan kunjungannya ke Timor Leste dan Singapura sebelum kembali ke Roma. Kunjungan ini mempertegas komitmen Tahta Suci untuk terus berperan dalam isu-isu global dan memperkuat hubungan diplomatik dengan berbagai negara. (By Sie Komsos)

Foto : hidup katolik

Misa akbar bersama Paus Fransiskus di GBK dihadiri 86.000 umat Katolik

 

Misa Suci Paus Fransiskus di Indonesia: Sebuah Pesan Kasih dan Perdamaian

Pada 5 September 2024, Paus Fransiskus memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Acara ini dihadiri lebih dari 86.000 umat Katolik dari berbagai daerah di Indonesia. Kunjungan ini merupakan bagian dari perjalanan apostolik Paus ke Asia, termasuk Indonesia. Paus mengajak seluruh umat untuk mengedepankan perdamaian dan persatuan, sejalan dengan pesan kasih yang dibawanya selama kunjungannya di Indonesia. Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan bagian dari rangkaian perjalanan apostoliknya di Asia dan menjadi simbol penting persatuan dan perdamaian bagi bangsa Indonesia.

Paus Fransiskus tiba di GBK pada sore hari, disambut sorak sorai “Viva Il Papa” dari puluhan ribu umat. Ungkapan tersebut, yang berarti “Panjang Umur Paus,” menggema di seluruh stadion sebagai bentuk penghormatan dan kegembiraan atas kunjungannya. Bagi mereka yang tidak bisa hadir di dalam stadion, pihak panitia telah menyediakan layar besar di Plaza Timur GBK, memungkinkan lebih banyak umat untuk mengikuti misa secara langsung dari luar.

Salah satu momen yang paling mengesankan adalah ketika Paus menyapa umat dengan menggunakan mobil Maung buatan PT Pindad saat mengelilingi Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Momen ini tidak hanya menjadi simbol kehadiran Paus di tengah umat Katolik Indonesia, tetapi juga memperlihatkan dukungannya terhadap produk lokal.

Paus Fransiskus berkeliling stadion sambil melambai dan tersenyum kepada para jemaat yang datang dari seluruh penjuru Indonesia. Beberapa kali, mobil Maung yang dinaiki Paus berhenti untuk memberikan berkat kepada anak-anak yang berada di jalur kunjungannya. Hal ini menjadi momen emosional yang sangat dirasakan oleh umat, terutama mereka yang mendapat kesempatan langsung untuk diberkati.

Presiden Joko Widodo juga turut hadir dalam memberikan pidato singkat sebelum acara dimulai. Jokowi mengapresiasi peran aktif umat Katolik dalam menjaga kerukunan dan memperkuat nilai-nilai Pancasila di Indonesia. Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia, menurut Jokowi, merupakan berkah besar dan menjadi momentum penting dalam sejarah umat Katolik di Indonesia.

 

Makna Misa Suci di GBK

Misa Suci yang diadakan di GBK berlangsung dengan khidmat, penuh semangat spiritual, dan diiringi oleh pujian serta doa bersama. Paus Fransiskus mengajak seluruh umat yang hadir untuk merenungkan makna kasih dan perdamaian, serta pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman.

Misa ini bukan hanya momen spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga simbol penting kerukunan dan persatuan di Indonesia, negara dengan beragam keyakinan. Pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus mencerminkan semangat untuk terus membangun dunia yang lebih baik melalui nilai-nilai kemanusiaan dan cinta kasih.

Misa di GBK ini berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat religius. Panggung misa didesain sederhana dengan dominasi warna putih, tanpa hiasan bunga berlebihan, mencerminkan kerendahan hati dan kesederhanaan. Patung Bunda Maria yang berdiri di atas panggung menjadi simbol kekudusan dan ketenangan dalam perayaan tersebut. Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengajak seluruh umat untuk tetap menjaga semangat kasih antar sesama manusia serta berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, sesuatu yang selalu ditekankan dalam ajaran Katolik. Paus menekankan pentingnya perdamaian, solidaritas, dan cinta kasih di antara umat beragama di Indonesia.

 

Dampak Spiritual dan Sosial

Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia memiliki dampak besar, bukan hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi momen spiritual yang mendalam bagi peserta misa, tetapi juga simbol penting bagi kerukunan dan toleransi antaragama di Indonesia. Pesan perdamaian yang dibawa oleh Paus Fransiskus diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh umat manusia untuk terus hidup dalam kasih dan kedamaian.

Acara misa ini juga menunjukkan bagaimana sebuah perayaan keagamaan dapat diselenggarakan dengan tertib dan penuh rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Meskipun stadion GBK penuh dengan ribuan umat, pihak penyelenggara bekerja sama dengan pengelola stadion untuk memastikan bahwa kondisi rumput di lapangan utama tetap terjaga, mengingat stadion ini akan segera digunakan untuk pertandingan Kualifikasi Piala Dunia.

Kunjungan Paus ke Indonesia juga diwarnai oleh interaksi hangat dengan berbagai pemimpin agama di Indonesia, termasuk pertemuannya dengan ulama Muslim di Masjid Istiqlal pada pagi harinya. Kunjungan ini memperkuat pesan toleransi antaragama yang selalu dijunjung tinggi di Indonesia. Paus menyampaikan rasa kagumnya terhadap kerukunan umat beragama di Indonesia dan mengajak semua pihak untuk terus menjaga perdamaian dan persaudaraan.

 

Keterlibatan Umat dan Pengamanan

Umat Katolik dari seluruh Indonesia berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mengikuti Misa Suci ini. Banyak yang telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk bisa hadir dalam momen bersejarah ini. Beberapa dari mereka bahkan datang dari luar pulau dan menginap di sekitar stadion demi mendapatkan tempat di acara ini. Panitia acara telah mempersiapkan segala kebutuhan untuk kenyamanan dan keamanan umat yang hadir. Area stadion dipenuhi dengan tenda-tenda yang menyediakan makanan, minuman, dan layanan kesehatan bagi para peserta.

Selain itu, pihak keamanan dari TNI dan Polri bekerja sama dengan baik untuk memastikan acara berlangsung dengan tertib dan aman. Meskipun acara ini dihadiri oleh puluhan ribu orang, tidak ada insiden berarti yang terjadi, berkat koordinasi yang matang antara pihak penyelenggara dan aparat keamanan. Para peserta misa juga mengikuti protokol yang telah ditentukan, sehingga acara berlangsung dengan damai dan khidmat, diiringi doa, nyanyian pujian, dan harapan untuk perdamaian dunia. Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia juga menjadi bagian dari rangkaian kunjungan apostoliknya di Asia Tenggara, menandai hubungan yang kuat antara Vatikan dan Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia namun tetap menjaga kebebasan beragama. (By Sie Komsos).

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/ – Kompas.id

 

Misa akbar Paus Fransiskus di GBK tidak menggunakan area rumput untuk menjaga persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026

 

Pada 5 September 2024, misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno (GBK) menjadi peristiwa penting bagi umat Katolik Indonesia. Salah satu keunikan dari acara ini adalah kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola stadion GBK, yaitu tidak menutup atau menggunakan area rumput stadion selama misa berlangsung. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas rumput untuk persiapan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Area lapangan tidak akan digunakan oleh peserta misa untuk menghindari kerusakan rumput yang baru diperbaiki sebagai persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pihak GBK menegaskan bahwa rumput tetap terbuka dan aman untuk pertandingan berikutnya, dengan peserta misa ditempatkan di tribun stadion, bukan di atas lapangan, untuk menjaga kondisi rumput yang baru diperbaiki. Keputusan ini melibatkan kerjasama antara penyelenggara misa dan Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK), yang berkomitmen agar acara keagamaan tidak mengganggu persiapan stadion untuk ajang sepak bola internasional.

Selain itu, sterilisasi dilakukan dengan ketat, memastikan misa berjalan dengan lancar tanpa mengorbankan fasilitas stadion. Tribun GBK dirancang untuk menampung ribuan peserta yang hadir. Meskipun acara bersifat terbuka, hanya umat dengan tiket yang bisa mengakses stadion. Hal ini dilakukan demi keamanan dan kenyamanan semua pihak.

Rumput stadion juga tetap terjaga melalui pengaturan yang matang, seperti penempatan alat-alat teknologi yang memungkinkan pemantauan dan perawatan rumput secara optimal setelah acara misa berlangsung. Setelah acara keagamaan ini selesai, rumput akan segera dirapikan untuk memastikan tidak ada dampak negatif pada lapangan sebelum digunakan dalam pertandingan sepak bola.

Dimana, Misa Agung di Stadion Gelora Bung Karno akan menjadi puncak dari rangkaian kunjungan Paus di Indonesia. Ribuan umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia menghadiri Misa tersebut, yang berlangsung dengan penuh khidmat. Misa yang akan dihadiri ribuan umat Katolik dari seluruh Indonesia, menjadi momen yang sangat emosional dan spiritual.

Foto dari : Kompas.id

Kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal pada 5 September 2024 menegaskan pentingnya dialog antaragama dan persatuan

 

Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin Gereja Katolik yang penuh kerendahan hati dan kesederhanaan. Kunjungan bersejarahnya ke Indonesia menjadi bukti nyata dari kepribadiannya yang rendah hati. Selama kunjungan tersebut, Paus tidak hanya menyampaikan pesan-pesan spiritual tetapi juga memberikan contoh nyata bagaimana hidup dalam kesederhanaan dan kedamaian.

Kunjungan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal pada 5 September 2024

Pada kunjungan pertama ke Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap simbol keagamaan Islam di Indonesia. Sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, Istiqlal adalah lambang persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Ini merupakan salah satu kunjungan penting dalam rangkaian lawatannya ke Indonesia. Kunjungan ini menekankan pentingnya dialog antaragama dan menunjukkan sikap toleransi serta saling menghormati antarumat beragama di negara dengan mayoritas Muslim ini.

Sebelum memasuki masjid, Paus Fransiskus sempat melewati terowongan penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dikenal sebagai “Lorong Toleransi.” Terowongan ini dibangun sebagai simbol persatuan antara dua agama terbesar di Indonesia, yaitu Islam dan Katolik. Dalam kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa lorong ini adalah simbol penting yang menggambarkan kerukunan dan persaudaraan antaragama yang harus terus dijaga dan diperkuat.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal memiliki arti yang sangat dalam bagi Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama yang sangat kaya. Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, namun juga memiliki komunitas Katolik yang cukup besar. Kehadiran Paus di Masjid Istiqlal merupakan wujud nyata dari komitmennya terhadap dialog antaragama dan upaya memperkuat perdamaian global.

Dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus disambut oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, beserta tokoh-tokoh lintas agama. Acara ini dihadiri sekitar 500 undangan yang terdiri dari pemuka agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu​.

Selama di dalam Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus berkesempatan berdoa bersama dengan para pemimpin lintas agama. Aksi ini menunjukkan sikap inklusif dan keterbukaan yang menjadi ciri khas dari kepemimpinannya. Beliau mengajak semua pihak untuk terus menjalin dialog yang konstruktif dan mengedepankan sikap saling menghormati dalam menghadapi perbedaan keyakinan

Paus Fransiskus memilih Masjid Istiqlal sebagai salah satu tempat penting untuk menyampaikan pesan persatuan dan perdamaian. Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama antaragama untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan damai.

Pesan Perdamaian dan Solidaritas

Setelah kunjungan ke Istiqlal, Paus Fransiskus melanjutkan perjalanannya ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), di mana ia disambut oleh para pemimpin Gereja Katolik Indonesia. Paus menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya persaudaraan dan solidaritas di tengah masyarakat yang semakin pluralis. Menurut Mgr. Antonius Bunjamin Subianto, Ketua KWI, kunjungan Paus ini lebih dari sekadar acara seremonial, tetapi sebuah misi untuk menyebarkan ajaran tentang cinta kasih dan perdamaian di dunia yang penuh konflik​

Dalam pertemuan tersebut, Paus Fransiskus memberikan pidato yang menyentuh, menekankan pentingnya persatuan dan perdamaian di tengah keberagaman. Beliau mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh KWI dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program sosial dan kemanusiaan. Paus juga menyampaikan bahwa peran Gereja Katolik dalam membantu masyarakat yang membutuhkan sangat penting, terutama di negara dengan populasi besar seperti Indonesia.

Pesan ini menjadi relevan mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, namun memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai agama, termasuk Katolik. Kehadiran Paus di Indonesia membawa pesan penting tentang perlunya menjaga dialog antaragama dan terus berkolaborasi dalam menghadapi tantangan sosial global.

Pertemuan dengan Organisasi Amal

Setelah pidato, Paus Fransiskus mengadakan sesi khusus dengan penerima manfaat dari berbagai organisasi amal yang bekerja di bawah naungan KWI. Organisasi-organisasi ini memiliki fokus pada berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. Dalam kesempatan tersebut, Paus mendengarkan cerita-cerita inspiratif dari para penerima manfaat dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan.

Sesi ini juga menjadi kesempatan bagi Paus untuk berdiskusi langsung dengan para relawan dan pekerja sosial yang telah berperan penting dalam program-program kemanusiaan tersebut. Paus menegaskan kembali komitmennya untuk terus mendukung misi sosial gereja dalam memberikan harapan dan kesempatan bagi mereka yang membutuhkan.

Dukungan untuk Gereja Katolik di Indonesia

Kunjungan Paus Fransiskus ke KWI juga merupakan bentuk dukungan bagi Gereja Katolik Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, Gereja Katolik di Indonesia terus berkembang dan berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat. Paus Fransiskus memberikan apresiasi atas peran ini dan mendorong para pemimpin gereja untuk terus bekerja keras dalam menjaga nilai-nilai kekristenan sekaligus membangun harmoni dengan agama lain.

Selama kunjungan ini, Paus juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi oleh umat Katolik di Indonesia, termasuk dalam hal kebebasan beragama dan perlindungan hak-hak minoritas. Beliau mendorong para pemimpin gereja untuk tetap teguh dalam memperjuangkan keadilan dan kedamaian bagi semua umat manusia.

Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia selama beberapa hari ini menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik dan masyarakat Indonesia secara umum. Pesan-pesan kedamaian dan persatuannya diharapkan dapat terus diingat dan dijadikan inspirasi bagi semua kalangan.

Pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus selama kunjungannya sangat relevan dengan situasi dunia saat ini. Konflik, ketidakadilan, dan ketidakpedulian terhadap sesama sering kali menjadi penghalang bagi perdamaian global. Paus menekankan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai melalui dialog, cinta kasih, dan kesederhanaan. Sikap Paus Fransiskus yang rendah hati menjadi teladan bagi banyak orang di seluruh dunia

Puncak Kunjungan Paus di Indonesia adalah Misa Agung di Gelora Bung Karno

Setelah kunjungan ke KWI, Paus Fransiskus melanjutkan jadwalnya dengan memimpin Misa Agung di Stadion Gelora Bung Karno. Acara ini menjadi puncak dari rangkaian kunjungan Paus di Indonesia. Ribuan umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia menghadiri Misa tersebut, yang berlangsung dengan penuh khidmat. Paus Fransiskus memberikan homili yang menginspirasi umat untuk terus menebarkan kasih, perdamaian, dan persatuan. Misa yang akan dihadiri ribuan umat Katolik dari seluruh Indonesia, akan menjadi momen yang sangat emosional dan spiritual.

Kesederhanaan Paus Fransiskus tampak dalam semua aspek kunjungannya. Dari cara berpakaian yang tidak mencolok hingga sikapnya yang penuh kehangatan terhadap semua kalangan. Beliau mengajak umat beragama di Indonesia untuk hidup sederhana dan saling menghormati, seperti yang diajarkan oleh nilai-nilai agama masing-masing. (By Sie Komsos)

Foto dari : detik.com, CNN dan Kompas

Katedral Pecah oleh Histeria dan Sukacita: Sambutan Meriah untuk Paus Fransiskus

 

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024 membawa kegembiraan besar bagi umat Katolik Indonesia. Peristiwa ini menjadi momen bersejarah, terutama ketika Bapa Suci mengunjungi Katedral Jakarta. Katedral yang megah dan penuh khidmat berubah menjadi lautan manusia yang dipenuhi sorak sorai dan sukacita saat menyambut pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia ini.

Sejak Paus Fransiskus tiba di Bandara Soekarno-Hatta, antusiasme umat sudah terlihat jelas. Meskipun dalam perjalanan menuju Katedral, Paus selalu berusaha berinteraksi dengan umat, membuka jendela mobilnya, dan melambaikan tangan kepada mereka yang bersorak di pinggir jalan. Teriakan “Viva il Papa” atau “Papa Francesco” menggema sepanjang perjalanan, menambah semarak suasana.

Kehadiran Paus di Katedral Jakarta

Ketika Paus Fransiskus tiba di Katedral Jakarta, ribuan umat, termasuk imam, biarawan-biarawati, serta anak-anak sekolah Katolik, telah menunggu dengan penuh antusiasme sejak pagi hari. Momen kedatangan Paus disambut dengan riuh rendah oleh umat yang berdiri di luar gedung Katedral. Anak-anak yang memegang bendera kecil Indonesia dan Vatikan turut serta menyambut dengan yel-yel, “Papa Francesco,” sambil memainkan alat musik angklung.

Suasana di Katedral semakin memanas saat barisan para uskup, termasuk Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Kepala Paroki Katedral Pastor Albertus Hadi Rudi SJ dan dua remaja yang memberikan buket dan tanda mata khas Betawi, menyambut kehadiran Paus. Kehadiran Paus Fransiskus diiringi dengan sorak sorai dari umat yang sangat mendambakan momen ini. Bahkan, beberapa umat tak kuasa menahan air mata haru saat melihat pemimpin mereka dari dekat.

Audiensi dan Doa Bersama

Sebelum Paus Fransiskus tiba, audiensi yang dipandu oleh para pemimpin gereja berlangsung dengan doa dan puji-pujian. Ibadat sore yang diperdengarkan melalui pengeras suara terdengar di luar, membuat umat yang menunggu di luar Katedral turut mengikutinya dalam keheningan.

Saat iring-iringan Paus mendekati Katedral, suasana semakin riuh. Ketika mobil putih sederhana yang membawa Paus muncul di depan Katedral, kegembiraan umat pecah. Paus Fransiskus menyapa mereka dengan senyuman hangat, melambaikan tangan, dan beberapa kali menghampiri umat yang berada di barisan depan.

Momen Berharga di Dalam Katedral

Setelah disambut oleh para uskup, Paus Fransiskus masuk ke dalam Katedral. Di dalam Katedral, suasana juga tak kalah penuh haru. Umat yang berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Paus berlomba-lomba untuk meraih tangan Bapa Suci atau sekadar menyentuh jubahnya. Paus bergerak dengan tenang di tengah kerumunan umat, yang seolah tak percaya mereka berada begitu dekat dengan pemimpin Gereja Katolik.

Beberapa biarawati, seminaris, imam dan umat yang berbeda agama bahkan meneteskan air mata saat mereka bisa menyentuh tangan Paus atau mencium cincin yang dikenakannya, simbol dari kedudukan Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Momen ini adalah bukti nyata dari kedekatan emosional dan spiritual umat dengan Bapa Suci.

Paus Meninggalkan Katedral dengan Penuh Sukacita

Setelah audiensi dan pertemuan dengan beberapa perwakilan umat, Paus Fransiskus meninggalkan Katedral. Namun, antusiasme umat tidak surut. Mereka tetap berkerumun di luar, menunggu Bapa Suci lewat sekali lagi. Pihak keamanan yang berjaga tetap sigap menjaga agar umat tidak terlalu mendekati Paus dan mengganggu perjalanannya.

Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, Paus sekali lagi memberikan senyuman hangatnya dan melambaikan tangan kepada umat yang masih menunggu di luar. Momen ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi umat Katolik Indonesia, tetapi juga mempererat hubungan spiritual mereka dengan Vatikan.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, khususnya ke Katedral Jakarta, meninggalkan jejak yang mendalam dalam hati umat. Histeria dan sukacita yang dirasakan umat pada hari itu akan menjadi kenangan tak terlupakan dalam sejarah perjalanan iman Katolik di Indonesia.

Foto dokumentasi : https://www.hidupkatolik.com/

Kesederhanaan Paus Fransiskus sebuah simbol bahwa kekuasaan dan jabatan harus digunakan untuk melayani

 

Kesederhanaan Paus Fransiskus dalam Kunjungan ke Indonesia

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada tahun 2024 menjadi sorotan tidak hanya karena pesan perdamaian yang dibawanya, tetapi juga karena gaya hidup sederhana yang selalu ia tunjukkan. Dalam setiap kunjungannya, termasuk ke negara dengan mayoritas Muslim ini, Paus Fransiskus konsisten menunjukkan kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kemewahan.

Paus Fransiskus memilih menggunakan pesawat komersial daripada jet pribadi saat perjalanan ke Indonesia, sebuah langkah yang memukau banyak orang. Pilihan ini mencerminkan pesan kesederhanaan dan kesetaraan yang selalu ia suarakan. Tak hanya itu, selama di Jakarta, Paus Fransiskus menginap di Kedutaan Besar Vatikan, menghindari hotel-hotel mewah, sebagai bentuk kesederhanaan yang sejati.

Paus juga memilih untuk menggunakan Toyota Innova sebagai kendaraan selama berada di Indonesia, mobil yang jauh dari kesan glamor. Ia bahkan lebih memilih duduk di kursi depan bersama pengemudi, daripada duduk di bagian belakang mobil, sebuah simbol yang kuat bahwa ia tidak ingin diperlakukan istimewa. Sikap ini berbanding terbalik dengan banyak pejabat publik yang sering terlihat memamerkan kemewahan mereka di media sosial, sebuah ironi yang menyentuh masyarakat Indonesia.

Kesederhanaan Paus Fransiskus bukan hanya sebuah simbol, tetapi sebuah pesan moral yang mengingatkan para pemimpin di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, bahwa kekuasaan dan jabatan harus digunakan untuk melayani, bukan untuk menikmati kemewahan. Ia menunjukkan bahwa kebesaran seorang pemimpin tidak datang dari harta benda atau status, melainkan dari kerendahan hati dan dedikasi untuk melayani sesama​. (By Sie Komsos)

Permainan Angklung dan Lagu Arbab Meriahkan Kedatangan Paus Fransiskus di Gereja Katedral

 

Pada tanggal 4 September 2024, Gereja Katedral di Jakarta menjadi saksi momen bersejarah dengan kedatangan Paus Fransiskus. Kehadirannya yang dinantikan oleh ribuan umat Katolik disambut dengan upacara penuh khidmat, yang memadukan unsur budaya lokal dan religiusitas yang mendalam. Acara ini tidak hanya menjadi peristiwa keagamaan, tetapi juga perayaan keragaman budaya Indonesia yang kaya.

Paus Fransiskus menerima sambutan hangat dengan keunikan budaya Indonesia di Gereja Katedral. Kehadirannya diiringi oleh penampilan permainan angklung dan lagu tradisional Arbab yang memukau seluruh hadirin. Angklung, alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, dimainkan dengan penuh harmoni, mengiringi lantunan lagu Arbab, sebuah nyanyian tradisional yang sarat akan makna, menyatukan nuansa tradisi dan spiritualitas dalam satu harmoni yang indah.

Sambutan ini bukan hanya sekadar penghormatan, tetapi juga menandai persatuan dan keberagaman yang menjadi ciri khas Indonesia. Dengan latar belakang megah Gereja Katedral, perpaduan antara musik tradisional dan kehadiran Paus Fransiskus menciptakan suasana yang penuh dengan rasa syukur dan kebersamaan.

Acara ini juga menjadi simbol dari keberagaman Indonesia yang mampu menyatukan berbagai budaya dan kepercayaan. Penggunaan angklung dan lagu Arbab menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan budaya Indonesia. Kehadiran Paus Fransiskus dalam acara ini menambah nilai spiritual dan menjadikan momen tersebut tak terlupakan bagi umat Katolik di Indonesia.

Selain disambut dengan musik dan lagu, Paus Fransiskus juga disambut dengan berbagai tarian tradisional yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Tarian-tarian ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada tamu agung yang datang dari Vatikan. Paus Fransiskus tampak tersenyum dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pertunjukan tersebut, menunjukkan rasa hormatnya terhadap budaya lokal.

Momen ini menjadi salah satu contoh nyata dari bagaimana Gereja Katolik di Indonesia menghargai dan menggabungkan tradisi lokal dalam perayaan agama. Ini juga menunjukkan bahwa agama dan budaya dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni dan memperkuat rasa persaudaraan di antara umat.

Selain di Gereja Katedral, Paus Fransiskus mengunjungi Gedung Grha Pemuda yang jaraknya tak jauh dari Gedung Gereja Katedral Jakarta. (By Sie Komsos)

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/

Bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana, Paus Fransiskus: Perdamaian Adalah Karya dari Keadilan

 

Pada pertemuan bersejarah di Istana Negara, Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membahas berbagai isu penting, termasuk perdamaian dan keadilan sosial. Dalam pertemuan tersebut, Paus menekankan bahwa perdamaian sejati hanya dapat tercapai melalui keadilan.

Paus Fransiskus, yang terkenal dengan pendekatannya yang inklusif dan penuh kasih, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan agama dalam mempromosikan perdamaian. Pertemuan ini juga membahas isu-isu global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan perlindungan terhadap kaum minoritas.

Presiden Jokowi  menyambut hangat kunjungan Paus Fransiskus dan menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, sangat menghargai upaya Paus dalam mempromosikan dialog antaragama.

Presiden Jokowi menyebut kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai peristiwa yang sangat bersejarah. Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan, tetapi juga membawa pesan perdamaian dan dialog lintas agama yang sangat relevan bagi dunia saat ini. Presiden Jokowi menekankan bahwa Indonesia, dengan keragaman agama dan budayanya, menyambut baik kunjungan ini sebagai momen penting untuk mempromosikan persatuan dan harmoni di tengah perbedaan. Pertemuan ini dianggap sebagai langkah penting dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Vatikan.

Selain isu-isu global, keduanya juga berbicara tentang perlunya menjaga perdamaian dalam negeri melalui keadilan sosial. Paus Fransiskus menekankan bahwa keadilan adalah dasar dari perdamaian, dan bahwa upaya untuk menciptakan dunia yang lebih adil harus melibatkan semua lapisan masyarakat.

Pertemuan ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral tetapi juga memberikan contoh bagi dunia bahwa kerja sama lintas agama dan negara adalah kunci untuk mencapai perdamaian global. Paus Fransiskus dan Presiden Jokowi sepakat bahwa perdamaian adalah tanggung jawab bersama dan harus diwujudkan melalui keadilan sosial dan dialog yang inklusif dan berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam upaya ini, dengan harapan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

Foto : https://www.hidupkatolik.com/

Paus Fransiskus Bertemu dengan Komunitas Sant’Egidio Indonesia: Sebuah Momen Bersejarah

 

Pada 3 September 2024, Bapa Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia. Salah satu agenda pentingnya adalah bertemu dengan Komunitas Sant’Egidio Indonesia, sebuah komunitas internasional yang berfokus pada pelayanan bagi kaum miskin, lansia, anak-anak, dan pengungsi. Pertemuan ini berlangsung di Nunsiatura Apostolik (Kedutaan Besar Vatikan) di Jakarta, dan dihadiri oleh berbagai anggota komunitas termasuk pengungsi dari Somalia dan Sri Lanka, penghuni panti werdha, serta orang jalanan.

Komunitas Sant’Egidio, yang dikenal sebagai gerakan internasional yang mengedepankan dialog dan perdamaian, kembali menunjukkan komitmen mereka dalam melayani kaum marginal, termasuk pengungsi. Dalam pesta tersebut, para anggota komunitas menyediakan makanan, hiburan, dan kegiatan sosial yang melibatkan semua peserta, termasuk anak-anak dan lansia.

Paus Fransiskus dikenal dengan pendekatannya yang penuh kasih dan perhatian kepada mereka yang terpinggirkan. Dalam pertemuan tersebut, beliau memberikan berkat dan dukungan moral kepada para pengungsi dan anggota komunitas lainnya. Salah satu pengungsi asal Sri Lanka, James Suthaharan, menyatakan rasa syukur yang mendalam setelah menerima berkat langsung dari Paus, menganggapnya sebagai mukjizat bagi dirinya yang telah berjuang melawan kanker selama bertahun-tahun.

Komunitas Sant’Egidio telah lama aktif dalam upaya membantu para pengungsi dan orang miskin di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam kesempatan ini, Paus Fransiskus mengapresiasi upaya komunitas dalam mempromosikan perdamaian dan solidaritas. Dia menekankan pentingnya keberlanjutan misi komunitas dalam menciptakan jembatan antara berbagai kelompok masyarakat yang terpinggirkan.

Momen pertemuan ini juga menggambarkan semangat inklusivitas dalam agama, di mana seorang pemulung Muslim, Samsu Hadi Marse, merasakan kebahagiaan yang mendalam setelah bertemu dengan Paus Fransiskus. Hal ini menunjukkan bagaimana sosok Paus Fransiskus mampu menjangkau hati banyak orang, tanpa memandang latar belakang agama atau status sosial mereka.

Pertemuan ini tidak hanya memperkuat hubungan antara Vatikan dan Indonesia, tetapi juga menegaskan kembali komitmen Gereja Katolik untuk terus mendampingi mereka yang paling membutuhkan. Dengan adanya dukungan dari tokoh agama sebesar Paus Fransiskus, diharapkan akan ada lebih banyak inisiatif dan bantuan yang diberikan kepada komunitas marginal di Indonesia. (By Sie Komsos).

Foto dari : https://www.santegidio.org/

Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia: Momen Bersejarah bagi Umat Katolik

 

Pada hari ini tanggal 3 September 2024, Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus dalam kunjungan apostolik bersejarah, dimana Paus Fransiskus akan berada di Indonesia hingga 6 September 2024. Kedatangan ini tidak hanya menjadi momen penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Kunjungan Paus ini membawa pesan kuat tentang perdamaian, kerukunan antaragama, dan persaudaraan global.

Pentingnya Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, namun negara ini juga dikenal karena keragaman agama yang diakui dan dihormati. Kunjungan Paus Fransiskus menegaskan peran penting Indonesia dalam memperkuat hubungan antara umat Katolik dan umat Islam serta agama-agama lainnya di dunia. Paus Fransiskus, sebagai pemimpin Gereja Katolik yang memiliki pandangan progresif terhadap isu-isu global, memilih Indonesia sebagai tujuan pertama dalam rangkaian perjalanannya ke Asia Pasifik, yang menggarisbawahi komitmen Takhta Suci terhadap dialog antaragama.

Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang sederhana dan rendah hati, yang senantiasa menyuarakan pentingnya perdamaian dan keadilan sosial. Kunjungan ini juga diharapkan dapat memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan, serta membuka peluang untuk kerjasama di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.

Kesederhanaan Paus Fransiskus: Sebuah Teladan Global

Paus Fransiskus dikenal luas sebagai seorang pemimpin agama yang mengutamakan kesederhanaan. Sikapnya yang rendah hati terlihat jelas selama kunjungannya ke Indonesia, di mana ia menolak segala bentuk kemewahan yang biasanya menyertai kunjungan resmi seorang kepala negara atau pemimpin agama besar. Paus memilih untuk menggunakan kendaraan sederhana selama di Indonesia, menunjukkan bahwa pesan spiritual jauh lebih penting daripada simbol-simbol kemewahan material.

Kesederhanaan ini bukan hanya sebuah tindakan simbolis, tetapi juga mencerminkan komitmen Paus Fransiskus terhadap ajaran Injil yang menekankan pada kehidupan yang bersahaja dan berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan. Dalam konteks kunjungan ini, kesederhanaan Paus Fransiskus membawa pesan kuat kepada dunia tentang pentingnya hidup dalam kebersahajaan dan keprihatinan terhadap sesama.

Makna Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus

Kunjungan apostolik adalah salah satu bentuk pelayanan pastoral Paus yang bertujuan untuk memperkuat iman umat Katolik di seluruh dunia. Bagi Paus Fransiskus, kunjungan ke Indonesia ini menjadi kesempatan emas untuk menjangkau umat Katolik di salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Melalui kunjungan ini, Paus ingin menegaskan komitmen Gereja terhadap dialog antaragama, serta pentingnya kerukunan dan toleransi dalam kehidupan beragama.

Dalam kunjungannya, Paus Fransiskus juga akan memberikan dorongan spiritual kepada umat Katolik Indonesia, yang meskipun menjadi minoritas, tetap memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian di tanah air. Kehadiran Paus di Indonesia juga menjadi pengingat bahwa Gereja Katolik terus mendukung upaya perdamaian dan keadilan sosial di seluruh dunia.

Sambutan Hangat dari Berbagai Kalangan

Kunjungan ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan yang menilai kunjungan ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam mempromosikan kerukunan antarumat beragama. Animo masyarakat yang tinggi juga terlihat dari persiapan spiritual yang dilakukan oleh umat Katolik di seluruh Indonesia, yang telah lama menantikan momen bersejarah ini.

Dengan berbagai pesan positif yang dibawa, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024 ini diharapkan akan meninggalkan jejak mendalam dalam upaya memperkuat persaudaraan dan perdamaian di tingkat global.

Harapan dari Kunjungan Apostolik Ini

Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan dapat memperkuat iman umat Katolik dan memperdalam dialog antaragama di tanah air. Pesan-pesan Paus tentang perdamaian, kerukunan, dan keadilan sosial diharapkan dapat menginspirasi umat untuk terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan damai.

Selain itu, kunjungan ini juga menjadi pengingat bagi dunia internasional bahwa Indonesia, dengan segala keberagamannya, dapat menjadi contoh bagaimana masyarakat yang berbeda agama dapat hidup berdampingan secara harmonis. Dengan demikian, kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya menjadi momen spiritual yang penting, tetapi juga memiliki dampak positif bagi perdamaian dunia. (By Sie Komsos)

Perayaan Dirgahayu ke-79 Gereja Keluarga Kudus Rawamangun penuh sukacita dan kemeriahan

 

Sukacita dan Kemeriahan dalam Perayaan Dirgahayu ke-79 di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun

Perayaan Dirgahayu ke-79 di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun berlangsung dengan penuh sukacita dan kemeriahan. Acara yang diadakan untuk memperingati momen bersejarah ini berhasil mengumpulkan seluruh umat dalam semangat persatuan dan kebersamaan. Perayaan ini tidak hanya menjadi tanda syukur atas perjalanan panjang Gereja Keluarga Kudus, tetapi juga menjadi ajang refleksi dan perenungan atas segala berkat yang telah diberikan Tuhan kepada komunitas ini selama 79 tahun.

Sejak pagi, suasana di sekitar Gereja Keluarga Kudus Rawamangun sudah dipenuhi dengan kegembiraan. Umat dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda, datang untuk berpartisipasi dalam serangkaian acara yang telah disusun dengan rapi oleh panitia. Perayaan dimulai dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Pastor Paroki, di mana doa-doa khusus dipanjatkan sebagai ungkapan terima kasih atas perlindungan dan rahmat yang melimpah dari Tuhan. Suasana khidmat terasa saat seluruh umat bersatu dalam doa, memohon bimbingan dan berkat untuk tahun-tahun yang akan datang.

Setelah Misa, dilanjutkan dengan Upacara Bendera untuk memperingati para pahlawan yang gugur demi mempertahakan Negara Kesaturan Republik Indonesia. Dimana petugas upacara dari Legio Maria Yunior, Legioner Muda, BIA, anak ASAK, dan KEP. Umat yang hadir berbaris dengan tertib, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama, menciptakan suasana yang khidmat dan penuh rasa cinta akan Indonesia.

Tidak ketinggalan, berbagai lomba dan permainan tradisional juga turut memeriahkan perayaan ini; di antaranya makan kerupuk, balap kelerang, tiup bola ping pong, memasukkan pensil ke dalam botol yang diikuti oleh anak-anak, dan estafet balap karung, balon kanan kiri ok yang diikuti oleh grup dewasa. Kegembiraan dan tawa riang terdengar di mana-mana, menunjukkan bahwa perayaan ini bukan hanya tentang merayakan masa lalu, tetapi juga tentang menciptakan kenangan indah yang akan dikenang di masa depan.

Perayaan Dirgahayu ke-79 ini menjadi momen yang sangat berarti bagi seluruh umat Gereja Keluarga Kudus Rawamangun. Sukacita dan kemeriahan yang dirasakan oleh seluruh umat tidak hanya mencerminkan rasa syukur, tetapi juga menunjukkan betapa kuatnya ikatan kekeluargaan di antara mereka. Melalui perayaan ini, Gereja Keluarga Kudus Rawamangun sekali lagi menegaskan komitmennya untuk terus bertumbuh sebagai komunitas yang penuh kasih dan kepedulian, serta berperan aktif dalam membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Berita dari : Gereja Keluarga Kudus Paroki Rawamangun.
dokumentasi foto : Hariyanto, AX Doddy Novianto, Valentinus Sulistiyo, Nikolas Pradipto, dr Albertus Sutadi, Mang Koko.