Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal dengan kesederhanaannya, wafat pada 21 April 2025 dalam usia 88 tahun. Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik menjalankan tradisi Novemdiales, yaitu sembilan hari masa berkabung yang diisi dengan Misa Requiem untuk mendoakan arwah Paus yang telah berpulang. Misa Novemdiales pertama dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re di Lapangan Santo Petrus. Selama sembilan hari berturut-turut, yang diadakan di Basilika Santo Petrus dan tempat-tempat lain di seluruh dunia. Misa-misa ini dipimpin oleh para kardinal dan uskup, serta dihadiri oleh umat Katolik dari berbagai negara.
Di Indonesia, Keuskupan Agung Jakarta mengadakan Misa Novemdiales di Katedral Jakarta setiap malam selama sembilan hari tersebut. Umat Katolik di Jakarta dan sekitarnya turut serta dalam Misa ini sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi Paus Fransiskus.
Misa Requiem utama diadakan di Katedral Jakarta pada Kamis, 24 April 2025 pukul 18.00 WIB. Misa ini dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, dan dihadiri oleh Duta Besar Vatikan, para imam, serta umat Katolik dari berbagai paroki. Suasana khidmat dan penuh doa menyelimuti seluruh rangkaian misa. Misa Requiem memiliki makna mendalam dalam tradisi Katolik. Selain sebagai bentuk penghormatan terakhir, misa ini juga menjadi sarana bagi umat untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal, agar mereka mendapatkan kedamaian abadi di sisi Tuhan.
Tradisi Novemdiales merupakan bagian dari Ordo Exsequiarum Romani Pontificis, yaitu tata cara liturgi pemakaman Paus yang telah disederhanakan oleh Paus Fransiskus sendiri sebelum wafatnya. Beliau memilih pemakaman yang sederhana dan pribadi, menolak tradisi peti mati tiga lapis dan memilih dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di Basilika Santo Petrus seperti para pendahulunya.
Misa Novemdiales tidak hanya menjadi momen untuk mendoakan arwah Paus Fransiskus, tetapi juga sebagai refleksi atas warisan dan ajaran yang beliau tinggalkan. Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, peduli terhadap kaum marginal, dan mendorong dialog antaragama. Misa-misa ini menjadi kesempatan bagi umat untuk mengenang dan melanjutkan semangat pelayanan yang telah diteladankan oleh Paus Fransiskus.
Dengan berakhirnya Misa Novemdiales, Gereja Katolik memasuki masa sede vacante, yaitu masa kekosongan takhta kepausan, hingga terpilihnya Paus baru melalui konklaf yang dijadwalkan setelah 10 Mei 2025.
Pemakamannya pada 26 April 2025 menjadi momen bersejarah yang mencerminkan nilai-nilai yang selalu ia junjung tinggi.
Upacara Pemakaman yang Sederhana
Berbeda dengan tradisi sebelumnya, Paus Fransiskus memilih upacara pemakaman yang sederhana. Ia dimakamkan dalam satu peti kayu berlapis seng, menggantikan tradisi tiga peti yang digunakan untuk paus sebelumnya. Jenazahnya tidak dipajang di atas panggung tinggi (catafalque) di Basilika Santo Petrus, melainkan ditempatkan dalam peti terbuka untuk penghormatan terakhir umat.
Pemakaman di Basilika Santa Maria Maggiore
Paus Fransiskus memilih Basilika Santa Maria Maggiore di Roma sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, bukan di Basilika Santo Petrus seperti pendahulunya. Keputusan ini mencerminkan kedekatannya dengan basilika tersebut, di mana ia sering berdoa sebelum dan sesudah perjalanan apostoliknya .
Kehadiran Para Pemimpin Dunia
Lebih dari 250.000 pelayat menghadiri misa pemakaman di Lapangan Santo Petrus, termasuk Presiden AS Donald Trump, mantan Presiden Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Pangeran William. Dari Indonesia, Presiden ke-7 Joko Widodo bersama utusan Presiden Prabowo Subianto turut hadir dan memberikan penghormatan di depan peti jenazah Paus Fransiskus. Setelah misa, peti jenazah Paus Fransiskus diarak melalui jalanan Roma menuju Basilika Santa Maria Maggiore untuk dimakamkan .
Makam yang Sederhana
Makam Paus Fransiskus ditandai dengan tulisan “Franciscus” dan dihiasi satu mawar putih, sesuai dengan keinginannya untuk kesederhanaan. Ia menjadi paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar Vatikan. Sebuah salib diterangi oleh lampu sorot di atas makam tersebut. Para pelayat mengantre di luar gereja untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus.
Warisan Kesederhanaan
Paus Fransiskus dikenal dengan gaya hidup sederhana dan perhatian terhadap kaum marginal. Pemakamannya yang sederhana mencerminkan nilai-nilai yang ia anut selama hidupnya. Ia meninggalkan warisan kepemimpinan yang berfokus pada kasih, kesederhanaan, dan pelayanan kepada sesama. (By Sie Komsos)