Tag: katolik
Pesan Natal KWI-PGI 2024
Saudara-saudari yang terkasih
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuhan di kota Daud” (Luk 2:11). Kabar sukacita ini disampaikan oleh para malaikat kepada para gembala. Begitu mendengar kabar gembira itu, para gembala segera bangkit, meninggalkan ternaknya dan berseru ”Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem….”, serta bersama berjalan mencari tempat kelahiran Yesus. Mereka pun menemukan bayi Yesus yang terbaring dalam palungan.
Para gembala adalah gambaran orang-orang miskin dan sederhana yang menaruh pengharapan akan keselamatan pada Allah. Mereka sering dipandang sebagai orang pinggiran dan kurang diperhitungkan dalam kehidupan sosial. Namun merekalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira keselamatan. Kesigapan serta kesediaan total untuk menanggapi berita keselamatan itu menjadi contoh bagi kita agar kitapun bergegas berjalan bersama menjumpai Yesus.
Setelah berjumpa dengan Yesus, para gembala mengalami pembaruan hidup dan sikap mereka. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang optimis dan dengan sukacita “memuji dan memuliakan Allah” (Luk 2:20). Rahmat Tuhan dalam perjumpaan itu telah mengubah mereka. Betapa dahsyat kekuatan kasih Tuhan yang memperhatikan dan mendorong mereka untuk melakukan misi baru.
Saudara-saudari yang terkasih.
Seperti para gembala itu, kita sebagai satu kawanan umat Allah dipanggil untuk bersama-sama menjumpai Yesus, yang mengampuni, menyembuhkan, peduli pada orang yang dikucilkan, dan terpinggirkan. Perjumpaan yang sejati dan tulus membuat kita menerima kekuatan dari Yesus untuk memberikan kesaksian dalam bentuk “memuji dan memuliakan Allah”. Kemuliaan Allah itu dilaksanakan dalam tindakan- tindakan yang menghadirkan kasihNya, di tengah keluarga, komunitas, Gereja, masyarakat dan bangsa. Kasih kepada sesama manusia itu menjadi konkret dalam tindakan saling menghormati, menghargai, menguatkan,
dan membangun persahabatan antar manusia tanpa memandang perbedaan suku, agama, kepercayaan, golongan, warna kulit, dan status sosial. Maka, perayaan Natal sungguh mendorong kita untuk berjalan bersama dalam iman, persaudaraan dan belarasa.
Pewartaan kasih Allah terasa semakin mendesak mengingat sebagian masyarakat kita masih mudah diadu domba oleh berita-berita yang menyesatkan dan hasutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Akibatnya mudah terjadi konflik, perpecahan, dan tindak kekerasan. Di samping itu, persoalan ketidakadilan, kemiskinan, intoleransi, perdagangan orang, praktik-praktik perjudian dan pinjaman (online), dan perusakan lingkungan hidup juga masih marak terjadi. Kita yang merayakan kelahiran Sang Pembawa Damai mesti memiliki keteguhan iman, ikatan persaudaraan, dan kehendak untuk berbelarasa. Dengan dasar keutamaan-keutamaan spiritual itu, kita semakin terlibat dalam menghadirkan kasih Allah demi membangun kehidupan bersama yang penuh damai sejahtera.
Keterlibatan dalam mewujudkan kehidupan penuh damai sejahtera menjadi panggilan semua orang berkehendak baik. Oleh karena itu, kerja bersama umat lintas agama dan budaya perlu dikembangkan. Kita bergerak bersama untuk menjadi sahabat bagi saudara-saudari yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel; untuk menjadi saudara bagi sahabat- sahabat kita yang berjuang mencari keadilan; untuk membela para korban ketidakadilan yang tidak berani menyuarakan haknya. Kita mesti menjadi rekan kerja yang setia bagi penggiat lingkungan yang dengan tulus hati mengupayakan kelestarian alam ciptaan. Dengan demikian, kita bersama Yesus Pembawa Damai melaksanakan misi-Nya untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, dan pembebasan bagi orang-orang tertindas (bdk. Luk 4:19).
Saudara-saudari yang terkasih
Kita merayakan Natal 2024 ketika bangsa Indonesia menyambut pemerintahan baru. Kita bersyukur bahwa pesta demokrasi telah usai. Kini saatnya kita bergandengan tangan, mempererat persaudaraan dan berjalan bersama memajukan negeri tercinta ini. Semoga negara Indonesia dapat menjadi “Betlehem” baru, tempat lahir dan bertumbuhnya para pemimpin yang berjiwa pelayan, ugahari, hidup sederhana, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Sebagai warga negara, kita mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap program-program pemerintah, yang hendak mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa dan amanat UUD’45, yakni kesejahteraan hidup bersama yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam peristiwa yang penuh rahmat ini, marilah kita selalu bersyukur kepada Allah yang karena kasih-Nya kepada dunia berkenan merendahkan diri-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus Putra Tunggal-Nya dan tinggal bersama kita. Kita percaya bahwa dengan kasih-Nya yang begitu agung, Allah akan selalu membimbing, menjaga, dan mengarahkan, sehingga persekutuan kita dengan sesama semakin harmonis dan relasi dengan alam semesta semakin baik. Kita yakin bahwa Allah Putera, Sang Imanuel, selalu menyertai kita di sepanjang zaman (bdk. Mat 28:20). Semoga kehadiran penyertaan-Nya memperteguh tekad kita untuk terus berjalan bersama menghadirkan dan mewujudkan kasih Allah yang menyelamatkan.
Atas nama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), kami mengucapkan selamat Hari Raya Natal 2024 dan selamat Tahun Baru 2025.
PDF File : PESAN NATAL KWI-PGI 2024 (FINAL)
Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia menuju Papua Nugini untuk melanjutkan kunjungan apostolik, membawa pesan perdamaian dan harapan
Pada tanggal 6 September 2024, Paus Fransiskus secara resmi meninggalkan Indonesia setelah menyelesaikan kunjungan apostoliknya selama beberapa hari. Kunjungan ini adalah bagian dari perjalanan lebih luas di Asia-Pasifik yang melibatkan negara-negara seperti Indonesia, Timor Leste, dan Singapura.
Setelah menyelesaikan sejumlah agenda penting di Indonesia, termasuk memimpin misa besar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan bertemu dengan pemimpin agama setempat, Paus Fransiskus melanjutkan perjalanannya. Kunjungan Paus ke Indonesia telah membawa pesan persatuan, perdamaian, dan penghargaan terhadap keragaman agama dan budaya yang dimiliki Indonesia.
Keberangkatan Paus Fransiskus ke Papua Nugini dilakukan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, dengan penerbangan Garuda Indonesia. Sebelum berangkat, Paus memberikan pesan perpisahan di Kedutaan Besar Vatikan di Indonesia, berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas sambutan hangat yang diterima.
Selama di Indonesia, Paus tidak hanya menyampaikan pesan-pesan kedamaian dan persatuan, tetapi juga memperkuat hubungan antara umat Katolik dan masyarakat Indonesia yang multikultural. Momen perpisahan diwarnai dengan pengamanan ketat di Bandara Soekarno-Hatta, dengan ratusan personel TNI-Polri dikerahkan untuk memastikan kelancaran perjalanan Paus.
Keberangkatan menuju Port Moresby, Papua Nugini, merupakan bagian dari tur panjang Paus di kawasan Asia-Pasifik. Selama di Papua Nugini, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan komunitas Katolik dan membahas isu-isu penting seperti perdamaian, lingkungan hidup, dan perlindungan hak asasi manusia. Papua Nugini, dengan populasi Katolik yang cukup signifikan, menjadi salah satu tujuan utama dalam perjalanan apostolik ini. Paus diharapkan dapat membawa pesan harapan dan semangat kepada umat di sana.
Perjalanan Paus Fransiskus di kawasan Asia-Pasifik menjadi momen penting, bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi dunia secara umum. Setiap langkah Paus selalu ditandai dengan komitmen kuat untuk membawa pesan kedamaian dan dialog lintas agama.
Setelah Papua Nugini, Paus Fransiskus dijadwalkan melanjutkan kunjungannya ke Timor Leste dan Singapura sebelum kembali ke Roma. Kunjungan ini mempertegas komitmen Tahta Suci untuk terus berperan dalam isu-isu global dan memperkuat hubungan diplomatik dengan berbagai negara. (By Sie Komsos)
Foto : hidup katolik