Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

 

Provinsial MSF Rayakan HUT Kongregasi ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-129 pada sebuah perayaan khusus yang diselenggarakan di Paroki rawamangun, Rawamangun, Jakarta. Perayaan ini dipimpin oleh Provinsial MSF Provinsi Jawa, Romo Simon Petrus Sumargo dan dihadiri oleh para umat paroki yang datang untuk merasakan kehangatan kebersamaan dan semangat pelayanan yang menjadi ciri khas kongregasi ini; tak hanya provinsial, Asisten II MSF Provinsi Jawa, Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan MSF; dan Asisten IV MSF Provinsi Jawa, Romo Martinus Mariosa Kleruk MSF turut hadir.

Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 ini dimulai dengan Misa yang dipimpin langsung oleh Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dengan konselebran Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan, MSF, Romo Yasintus Liberatus Suyono Lein, MSF, Romo Martinus Mariosa Kleruk, MSF, Romo Stevanus Ruswan Budi Sunaryo, MSF, Romo Petrus Bimo Handoko, MSF dan Romo Albertus Fery Asmarajati, MSF.

Dalam misa syukur tersebut, umat bersama-sama berdoa untuk keberlanjutan karya pelayanan MSF yang selama hampir satu setengah abad telah berkomitmen untuk melayani keluarga-keluarga di Indonesia dan dunia. Perayaan ulang tahun ini juga menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang kongregasi yang telah berdiri sejak 1895, dan telah tersebar luas di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Sejarah Singkat Kongregasi MSF

Kongregasi MSF didirikan oleh Pastor Jean Baptiste Berthier, seorang imam dari Prancis, yang berfokus pada misi keluarga kudus. Misi mereka berpusat pada nilai-nilai kekeluargaan, di mana setiap keluarga diharapkan menjadi perwujudan dari keluarga kudus di Nazaret. Di Indonesia sendiri, kongregasi MSF aktif dalam berbagai pelayanan pastoral, pendidikan, dan sosial, menjangkau komunitas-komunitas yang memerlukan dukungan rohani dan material.

Selama 129 tahun terakhir, kongregasi ini terus berkembang dengan menghadirkan para misionaris yang terlibat langsung di tengah umat. Dalam perayaan ini, Provinsial MSF menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai kekeluargaan dalam misi pelayanan mereka. Ia juga berterima kasih atas dukungan umat yang setia mendukung berbagai program pelayanan yang diadakan.

Kebersamaan Umat Paroki dalam Perayaan

Perayaan HUT ke-129 ini tidak hanya menjadi ajang peringatan bagi kongregasi MSF, tetapi juga momen untuk memperkuat ikatan antara umat dan para misionaris. Misa syukur yang diadakan di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun ini dihadiri oleh ratusan umat yang dengan antusias datang untuk merayakan bersama.

Selama acara, umat paroki turut serta dalam berbagai aktivitas, mulai dari doa bersama, penyampaian refleksi tentang makna pelayanan, hingga pengumpulan donasi untuk membantu proyek-proyek sosial yang dikelola oleh kongregasi MSF. Kebersamaan ini menjadi simbol nyata dari komitmen umat dan kongregasi dalam mewujudkan misi pelayanan kasih di tengah masyarakat.

Makna Perayaan Bagi Kongregasi MSF

Perayaan HUT ke-129 ini bukan hanya menjadi momen untuk merayakan usia kongregasi, tetapi juga sebagai ajang refleksi atas apa yang telah dicapai dan apa yang masih perlu dilakukan. Bagi para misionaris MSF, setiap tahun menjadi kesempatan untuk melihat kembali perjalanan spiritual mereka dan bagaimana mereka dapat terus memperbaiki serta meningkatkan pelayanan kepada keluarga-keluarga.

Provinsial MSF; Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dalam sambutannya menegaskan bahwa misi mereka tidak akan berhenti pada perayaan ini saja. Mereka akan terus mengembangkan berbagai program pelayanan, termasuk memperkuat pendidikan rohani bagi keluarga-keluarga, terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Misi keluarga kudus ini diharapkan dapat membawa nilai-nilai kekudusan dan cinta kasih ke dalam kehidupan sehari-hari umat.

Komitmen di Masa Depan

Dengan usia yang semakin matang, kongregasi MSF terus berkomitmen untuk menjaga dan melanjutkan karya-karya mereka di berbagai bidang. Tidak hanya fokus pada penguatan kehidupan keluarga, MSF juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan, dan pendidikan bagi masyarakat miskin.

Provinsial MSF berharap bahwa di tahun-tahun mendatang, kongregasi ini akan semakin berkembang dan semakin banyak keluarga yang merasakan dampak positif dari pelayanan mereka. Dengan semangat kebersamaan dan cinta kasih, kongregasi MSF berkomitmen untuk terus menyebarkan kebaikan dan kasih Tuhan di tengah umat. (By Sie Komsos)

 

Berita dan foto dari : Paroki Rawamangun

Tahbisan 3 Imam MSF, 16 Juli 2024

 

Tahun 2024 ini, tepatnya pada Selasa 16 Juli 2024 akan ada tiga Diakon MSF menerima tahbisan imamat. Tiga imam baru itu adalah Rm. Brian Johnathan Laluyan, MSF; Rm. Yohanes Febbry Bagas Pamungkas, MSF; dan Rm. Stefanus Krisna Bayu Sulistiyo, MSF. Ketiganya menerima sakramen tahbisan imamat di Gereja Keluarga Kudus Banteng.

Oleh karena itu sekitar 31 orang dari Kerabat MSF Paroki Rawamangun, akan mewakili Paroki Rawamangun untuk datang menyaksikan Pentahbisan Imamat ketiga imam baru tersebut. Keberangkatan tanggal 14 Juli 2024 sehabis Misa pagi di Rawamangun, dimana perjalanan ini sekaligus menjadi perjalanan ziarah dan rekoleksi, mengunjungi beberapa Goa Maria, antara lain: Goa Maria Pereng, Goa Maria Kerep, Taman Doa Maria Ratuning Katentreman Lan Karaharjan, Gantang; dll. Perjalanan ziarek sebelum pentahbisan ini untuk mendoakan ketiga imam baru yang akan ditahbiskan agar mampu dan setia dalam mengikuti Yesus.

 

Perayaan ekaristi tahbisan imamat ini sangat spesial. Selain didampingi oleh Propinsial Romo Sumargo MSF dan Rektor Skolastikat Romo Yuli MSF, Mgr. Robertus Rubiyatmoko sebagai selebran utama dan penahbis didampingi pula oleh Romo Jendral MSF yaitu Romo Agustinus Purnama MSF. Perayaan tahbisan imamat ini juga dihadiri kurang lebih 1500 Umat dan disiarkan langsung lewat kanal YouTube Komsos Paroki Banteng.

Homili yang disampaikan oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko menekankan bahwa tema yang dipilih ‘Tinggallah dalam kasih-Ku itu’ (Yoh 15:9) merupakan dasar untuk menjalani panggilan imamat. Kasih Tuhan yang unlimited selalu bisa dirasakan secara konkret oleh manusia yang limited. Menjadi imam perlu selalu tinggal dalam kasih Tuhan dalam hidup sehari-hari agar bisa mewartakan kasih-Nya kepada Umat.

Setelah menerima tahbisan imamat, Romo Brian mendapat perutusan sebagai vikaris parokial di paroki Kristus Raja Semesta Alam Tegalrejo. Romo Bagas mendapat perutusan di paroki St. Yusup Pati. Romo Krisna akan menjalani perutusan di paroki St. Petrus Purwosari.

 

Setelah acara Pentahbisan 31 rombongan kembali ke Paroki Rawamangun dengan membawa kegembiraan dan suka-cita, semoga 3 imam baru yang ditahbiskan dapat setia dalam tugas perutusan dalam mengikuti Yesus. (By Sie Komsos).

Disadur dari : https://misafajava.org/2024/07/17/kasih-nya-unlimited-bagi-kami-yang-limited/
Misa online : https://www.youtube.com/live/DF6XA3u-HOM

Pertemuan Kerabat MSF Setelah Pandemi 4 September 2022

 

Pada 4 September 2022 diadakan kembali Pertemuan Rutin Kerabat MSF. Para anggota Kerabat MSF bertemu kangen setelah sekian lama negara Indonesia dilanda pandemi. Acara ini direncanakan dilanjutkan rutin setiap bulannya.

Acara dibuka dengan ramah tamah di ruang Martinus dengan makan siang bersama, lalu dilanjutkan dengan Ibadat yang dipimpin oleh Romo Yohanes Rohmadi Mulyono, MSF. Ibadat berlangsung dengan khidmat, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan sharing iman. (By Sie Komsos).

Tahbisan Imamat 17 Juli 2018

 

Bulan Juli 2018 menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh Romo Stephanus Nyaris Prasetyo, MSF dan Romo Antonius Setya Herawan, MSF, dimana pada tanggal 17 Juli 2018 mereka resmi menerima Sakramen Imamat. Bertempat di Gereja Keluarga Kudus, Banteng, Yogjakarta. Mereka ditahbiskan untuk menjadi seorang Imam. Proficiat untuk Romo Stephanus Nyaris Prasetyo, MSF dan Romo Antonius Setya Herawan, MSF. Tuhan Yesus menyertai dan memimpin langkah Romo. By Sie. Komsos.

Kunjungan Rm. Edmund Jan Michalski, MSF di Paroki Rawamangun

 

Jumat, 6 April 2018, Rm.  Edmund Jan Michalski, MSF (romo jenderal MSF) mengadakan visitasi / kunjungan ke Paroki Rawamangun. Dalam Kunjungan ini, beliau didampingi oleh Rm. Agustinus Purnomo, MSF yang saat ini menjabat sebagai asisten 1 jenderalat. Kami, para romo merasa bahagia karena mendapatkan kunjungan kehormatan dari pimpinan tertinggi MSF.  Senyum simpul dari romo jenderal menyiratkan pribadinya yang ramah, menyapa para para romo MSF yang berkarya di Jakarta. Kami merasa didukung dalam karya dan pelayanan yang saat ini dijalani bersama. Dalam kunjungan ini, kami berwawan hati secara pribadi dengan romo jenderal. Wawan hati menjadi sarana untuk mengkomunikasikan perjalanan pastoral yang saat ini kami laksanakan bersama. Beliau juga memberikan apresiasi dan sekaligus dukungan atas pelaksanaan pastoral keluarga, pastoral panggilan dan pastoral misi yang menjadi kharisma MSF. Beliau selalu mengajak supaya ketiga pastoral itu terus dikembangkan oleh para romo di manapun berkarya. Setelah berwawan hati secara pribadi dengan romo jenderal, kami menutupnya dengan jamuan makan siang bersama. Kekeluargaan yang menjadi kekhasan MSF begitu terasa dalam jamuan makan siang dengan saling berbagi pengalaman sehingga satu dengan yang lain merasa diteguhkan dalam panggilan dan dalam karya.

Selain kunjungan ke Rawamangun, romo jenderal juga berwawan hati dengan para romo komunitas Biara Berhier Sunter, Paroki Jagakarsa, Paroki Kelapa Gading dan Rm. Ruswan Budi Sunarjo, MSF yang saat ini berkarya di Keuskupan Tanjung Karang. Sore hari, jam 17.00 dilanjutkan dengan pertemuan Rukun Jakarta di Gereja Kim Taegon Kelapa Gading. Dalam pertemuan ini, romo jenderal juga memberikan pesan pastoral dan pesan rohani bagi para romo MSF yang berkarya di Keuskupan Agung Jakarta. Pertemuan Rukun Jakarta ditutup dengan misa konselebrasi dengan selebran utama Rm. FX. Sutarno, MSF sebagai ketua Rukun Jakarta yang dihadiri umat Paroki Kelapa Gading dan Mitra MSF.

FGD (Focus Group Discussion) MSF 2018

 

Pada hari Minggu 11 Maret 2018 diadakan FGD (Focus Group Discussion) MSF 2018, di Aula SMP Tarakanita IV, dimana Seksi Panggilan Paroki Keluarga Kudus bersama Konggregasi MSF se Jakarta, akan mengadakan kegiatan lanjutan dari Live In MSF tahun 2017, sehingga dapat diketahui bagaimana ketertarikan Anak Muda terhadap panggilan hidup Bhakti dan kelanjutannya dalam diri masing-masing peserta di tahun 2018 ini. Sasaran kegiatan ini adalah Sejumlah Anak Muda yang sudah pernah ikut live in dan beberapa anak muda dari 2 Paroki MSF di Jakarta bersama para Orangtuanya kurang lebih 50 orang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memelihara dan menguatkan terus panggilan yang sudah muncul dan sedang tumbuh dalam diri peserta live in. Harapannya semoga masing masing anak tetap memelihara panggilan itu di dalam dirinya dan mengenal lebih jauh tentang panggilan hidup bhakti. Kegiatan ini dimentor oleh Romo Erwin Santoso, MSF; Romo Thomas Budi Riyanto, MSF dan Romo Yohanes Sutrisno, MSF. Semoga Panggilan yang telah bertumbuh dalam hati Anak Muda, dapat kiranya digunakan dalam lebih untuk melayani Tuhan dalam Tarekat MSF. Tuhan Yesus memberkati pelayanan mereka. Damai Sejahtera untuk kita semua. By Sie. Komsos.

Tahbisan Imam MSF 2017

 

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Itulah motto yang diambil oleh 3 diakon MSF yang Selasa, 18 Juli 2017 ditahbisan menjadi imam oleh Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF, Uskup Keuskupan Agung Samarinda. Ketiga imam baru MSF itu adalah Rm. Anastasius Agung Setiawan, MSF; Rm. Paulus Subani, MSF; dan Rm. David Ravaoavy Samianagnadaza, MSF.

Tahbisan imam MSF di Gereja Keluarga Kudus – Skolastikat MSF Yogyakarta ini terasa istimewa, menurut Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang, yang hadir bersama Bapak Kardinal Yulius Darmaadmadja, SJ, karena dua alasan. Pertama, tahbisan ini bersifat internasional, karena bersama dua imam baru MSF dari Propinsi Jawa ditahbiskan juga Rm David yang berasal dari MSF Propinsi Madagaskar. Kedua, tahbisan ini istimewa karena yang ditahbiskan adalah “imam-imam panggilan terlambat” yakni Rm. Agung atau Rm. Tiyok yang sudah berusia 40 tahun, Rm. Subani yang berusia 37 tahun dan Rm. David yang berusia 33 tahun.

Pada sambutannya, Romo Propinsial MSF Jawa, Rm. Wahyu Harjanto MSF, menyampaikan kabar gembira tentang tempat tugas imam baru tersebut. Rm. Tiyok diutus menjadi pastor pembantu (vikaris) di Paroki Keluarga Kudus Parakan, Jawa Tengah. Rm. Bani diutus menjadi pastor pembantu (vikaris) Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani Yogyakarta. Sedangkan Rm. David melanjutkan tugas dari Propinsial MSF Madagaskar untuk mendalami pastoral keluarga di Pusat Pendampingan Keluarga di Semarang.

In Memoriam Romo Wim van der Weiden, MSF

 

ROMO Wim van der Weiden MSF lahir di Waalwijk, Belanda, 5 April 1936. Ia masuk Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus (MSF, Missionarii a Sacra Familia) pada tanggal 8 September 1955 di Nieuwkerk.

Setelah menjalani studi dan formasi sebagai seorang religius, pada 8 September 1958, ia mengikrarkan Kaul Kekal sebagai seorang religius MSF di Oudenbosch.

Rahmat tahbisan imamat ia terima pada 23 Juli 1961 di Oudenbosch.

Romo Wim, demikian ia akrab dipanggil, mendedikasikan hidupnya untuk mendalami Kitab Suci sedari usia muda.

Ia menyelesaikan studi teologi di Universitas Kepausan Gregoriana Roma, pada tahun 1963.

Dari tahun 1963 hingga tahun 1966, ia mendalami studi Kitab Suci di Institut Kepausan Biblicum – Roma sampai menyelesaikan program licenciat. Ia terus menjalankan studi doktoral di institut yang sama. Dari tahun 1966 sampai 1967, Rm. Wim mengadakan pendalam Kitab Suci ke Yerusalem (PIB) dan Paris (Institut Catholique). Pada akhir tahun 1968, ia menyelesaikan studi doktoral untuk Kitab Suci di Institut Biblicum – Roma.

Beberapa saat sebelum menyelesaikan program doktoralnya, ia menerima tawaran untuk mengajar di sebuah universitas ternama di Eropa. Ia menjawab bahwa di sana, mencari banyak pengajar andal Kitab Suci tidak sulit; tetapi untuk mendapat seorang pengajar Kitab Suci di Indonesia, siapa mau pergi?

Ia memilih Indonesia sampai akhir hayatnya.

 

Hadiah dari Kardinal Justinus Darmojuwono

Tepat sebulan sebelum ia mempertahankan disertasinya, Romo Wim mendapatkan hadiah pada malam pesta Santo Nikolaus.

Hadiah itu berasal dari Bapak Kardinal Justinus Darmojuwono yakni  sebuah permintaan untuk mengajar Kitab Suci di IFT (Institut Filsafat Teologi yang sekarang sudah menjadi Fakultas Teologi Wedabakti – Universitas Sanata Dharma) di Kentungan, Yogyakarta.

Ini kerap ia sebut sebagai salah satu hadiah terindah dalam hidupnya. Dengan benuman ke Yogyakarta ini, ia sudah akan tiba di “Tanah Misiku” yang telah dia impikan sejak masa kecilnya.

Pada bulan Oktober 1969, Romo Wim van der Weiden MSF  tiba di Indonesia. Sejak dari awal kehadirannya di Indonesia, ia segera mulai mengajar Kitab Suci di Institut Filsafat dan Teologi (IFT), Kentungan, Yogyakarta.

Ia menekuni tugasnya mengajar di Kentungan  sampai 2015. Ia demikian bahagia menjalankan tugas sebagai dosen Kitab Suci di situ dan di berbagai pulau di Indonesia. Sedemikian besarnya suka cita sebagai pengajar, ia menuturkan dalam buku Rekam Jejak Kawula Werda MSF (2004):

“Tidak satu hari pun saya menyesal bahwa saya telah datang ke sini. Tidak selalu enak, tidak selalu mudah, tetapi tahun-tahun di sini merupakan tahun yang paling bahagia dari hidupku. Memberi kuliah merupakan suatu kesenangan, setiap hari kembali”.

Jalan hidupnya, Tuhanlah yang memilih.

Awalnya, Romo Wim ingin menjadi seorang Pater di tanah misi; tapi Tuhan menghendaki dia menekuni Kitab Suci dan membantu ribuan orang menekuni Kitab Suci. Tuhanlah yang memilih Romo  Wim untuk Indonesia.

Benar sekali motto tahbisannya “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap” (Yoh 15:16).

Di tahun ia merayakan Pesta Emas Imamatnya, ia melihat bahwa buah melimpah itu nyata. Saat itu, ia menceritakan bahwa sampai tahun itu ia sudah mengajar sekitar dua ribu calon imam, tiga puluh calon uskup, dan satu calon Kardinal.

Begitu besar suka citanya untuk mengajar dan ini dia imbangi dengan sikap belajarnya. Romo Wim ingat betul kata-kata Paus Yohanes XXIII yang pernah berkata kepadanya agar ia terus menerus belajar, sebab seorang dosen pengajar Perjanjian Lama nanti ia akan cepat menjadi tua kalau tidak terus belajar.

Selain bertugas sebagai pengajar Kitab Suci di Yogyakarta, ia telah dipercaya untuk menjalankan berbagai tugas seperti:

  • Superior Propinsial MSF Jawa dari tahun 1974 hingga 1976.
  • Wakil Ketua MASI (1975).
  • Wakil Ketua Dewan Penyantun IFT (1977)
  • Dekan Teologi IFT (1979)
  • Anggota Badan Pengurus LBI (1982)
  • Superior Jenderal Kongregasi MSF selama dua periode (1995–2007).

Sejak beberapa tahun terakhir ini, kesehatan Rm. Wim menurun  dan ia banyak mengurangi aktifitasnya, termasuk kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda. Pada tahun ini kesehatannya sangat menurun. Beberapa waktu yang lalu ia mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Elisabeth Semarang.

Setelah membaik, ia minta kembali ke Yogyakarta.

Kurang dari sepekan di Yogyakarta, tepatnya pada Hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam, tanggal 26 November 2017, pukul 07.50, Romo Wim van der Weiden MSF dipanggil Tuhan pada usia 81 tahun di Yogyakarta.

Sekarang Romo Wim van der Weiden MSF disemayamkan di Kapel RS Panti Rapih Yogyakarta.

  • Jenazahnya akan tiba di Biara Nazareth, Jl. Kaliurang KM 7,5 – Yogyakarta pada pukul 18.00.
  • Misa Tirakatan akan diselenggarakan pada hari Minggu, 26 November 2017, pukul 19.00 di tempat yang sama.
  • Misa Pemberkatan Jenazah akan diselenggarakan sehari kemudian di Biara Nazareth, Jl. Kaliurang KM 7,5, Senin, 27 November 2017, pukul 11.00 dan dilanjutkan dengan pemakaman di  Sasana Golgota di kompleks yang sama.

Satu dalam doa untuk  Roo Wim van der Weiden MSF. (Sumber : sesawi.net)

Romo Yohanes Hardiwiratno MSF in Memoriam

 

Rm. Yohanes Hardiwiratno MSF lahir di Magelang, 7 November 1950. Ia mengikrarkan Kaul religius Pertama sebagai MSF pada 31 Januari 1978. Setelah menjalani studi dan formasi, pada 22 Juli 1983, ia mengikrarkan Kaul Kekal. Tahbisan imamat ia terima pada 25 Juli 1985 di Yogyakarta.

Rm. Hardiwiratno membaktikan dirinya di beberapa tempat tugas: Pastor Rekan di Salatiga (1985), Studi tentang Keluarga dan Perkawinan di Roma – Italia (1986), Komisi Keluarga Keuskupan Agung Semarang (1990), Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI (1995), Asisten III Propinsial MSF (1998), Superior Propinsial MSF Jawa (2001), Asisten I Propinsial MSF (2004), Purna karya dan tinggal di Rumah Purna Karya MSF, Jl. Guntur 20, Semarang (2005).

Rm. Hardiwiratno tersentuh oleh undangan dialog Yesus yang mengajukan sebuah pertanyaan: “Siapakah Aku ini?” (Markus 8:27). Pertanyaan ini Rm. Hardi hayati sepanjang hidupnya. Ia berupaya menjawabnya sejak usia mudanya sebagai MSF. Sabda ini menerangi panggilan hidupnya sebagai biarawan dan imam MSF. Ia menjalin relasi dengan Kristus secara pribadi. Ia menghayati Yesus yang adalah Mesias, taat kepada Bapa di surga. Dalam salah satu tulisannya, ia menegaskan “Meskipun Yesus harus menderita dan mati, Dia tidak gagal. Yesus menang karena Allah mengamini Yesus dengan memuliakanNya dalam kebangitanNya”. Relasi pribadi dengan Yesus ini ia bawa dalam pelayanannya kepada keluarga-keluarga yang penuh tantangan tiada berkesudahan.

Bertahun-tahun ia membaktikan hidupnya kepada Pastoral Keluarga. Di Keuskupan Agung Semarang dan KWI ia membaktikan dirinya untuk keluarga-keluarga. Ia menjumpai keluarga-keluarga secara langsung. Di lain kesempatan, ia juga memberi perhatian kepada mereka lewat tulisan. Dalam salah satu bukunya “Gonajang-Ganjing Keluarga Katolik 2”, ia mengajak para calon pengantin yang akan menikah agar mengenal calonnya masing-masing: kelebihan dan kekurangannya. Ia menyemangati keluarga-keluarga agar berhasil baik dalam pekerjaan dan rumah tangga yang di dalamnya ada orang-orang yang dikasihi: istri dan anak-anak. Ia mendorong mereka agar tidak sekedar kaya dalam harta tetapi kaya juga dalam cinta kasih.

Sejak 2005, kesehatan Rm. Hardi menurun dan ia banyak mengurangi kegiatannya. Pada tahun ini kesehatannya melemah dan di bulan-bulan terakhir ia dirawat di Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Beberapa waktu yang lalu ia mendapatkan Sakramen Perminyakan. Pagi ini, Sabtu, 11 November 2017, pukul 09.45, Rm. Yohanes Hardiwiratno dipanggil Tuhan pada usia 67 tahun, di Rumah Sakit Elisabeth – Semarang.

Sekarang Rm. Yohanes Hardiwiratno MSF disemayamkan di Rumah Duka RS Elisabeth – Semarang. Misa Pemberkatan akan diselenggarakan pada hari Sabtu ini, tanggal 11 November 2017, pukul 19.00 di tempat yang sama. Keesokan harinya, Minggu, 12 November, pukul 07.00, Rm. Hardiwiratno akan dibawa ke Biara Nazareth, Yogyakarta. Beliau akan disemayamkan di sana beberapa saat. Misa Requiem akan diselenggarakan di Biara Nazareth, Jl. Kaliurang KM 7,5, hari Minggu, 12 November 2017, pukul 12.00 dan dilanjutkan dengan pemakaman di Sasana Golgota di kompleks yang sama.

Satu dalam doa untuk Rm. Yohanes Hardiwiratno MSF

Sumber: sesawi.net