Misa akbar Paus Fransiskus di GBK tidak menggunakan area rumput untuk menjaga persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026

 

Pada 5 September 2024, misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno (GBK) menjadi peristiwa penting bagi umat Katolik Indonesia. Salah satu keunikan dari acara ini adalah kebijakan yang diambil oleh pihak pengelola stadion GBK, yaitu tidak menutup atau menggunakan area rumput stadion selama misa berlangsung. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas rumput untuk persiapan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Area lapangan tidak akan digunakan oleh peserta misa untuk menghindari kerusakan rumput yang baru diperbaiki sebagai persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pihak GBK menegaskan bahwa rumput tetap terbuka dan aman untuk pertandingan berikutnya, dengan peserta misa ditempatkan di tribun stadion, bukan di atas lapangan, untuk menjaga kondisi rumput yang baru diperbaiki. Keputusan ini melibatkan kerjasama antara penyelenggara misa dan Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK), yang berkomitmen agar acara keagamaan tidak mengganggu persiapan stadion untuk ajang sepak bola internasional.

Selain itu, sterilisasi dilakukan dengan ketat, memastikan misa berjalan dengan lancar tanpa mengorbankan fasilitas stadion. Tribun GBK dirancang untuk menampung ribuan peserta yang hadir. Meskipun acara bersifat terbuka, hanya umat dengan tiket yang bisa mengakses stadion. Hal ini dilakukan demi keamanan dan kenyamanan semua pihak.

Rumput stadion juga tetap terjaga melalui pengaturan yang matang, seperti penempatan alat-alat teknologi yang memungkinkan pemantauan dan perawatan rumput secara optimal setelah acara misa berlangsung. Setelah acara keagamaan ini selesai, rumput akan segera dirapikan untuk memastikan tidak ada dampak negatif pada lapangan sebelum digunakan dalam pertandingan sepak bola.

Dimana, Misa Agung di Stadion Gelora Bung Karno akan menjadi puncak dari rangkaian kunjungan Paus di Indonesia. Ribuan umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia menghadiri Misa tersebut, yang berlangsung dengan penuh khidmat. Misa yang akan dihadiri ribuan umat Katolik dari seluruh Indonesia, menjadi momen yang sangat emosional dan spiritual.

Foto dari : Kompas.id

Katedral Pecah oleh Histeria dan Sukacita: Sambutan Meriah untuk Paus Fransiskus

 

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024 membawa kegembiraan besar bagi umat Katolik Indonesia. Peristiwa ini menjadi momen bersejarah, terutama ketika Bapa Suci mengunjungi Katedral Jakarta. Katedral yang megah dan penuh khidmat berubah menjadi lautan manusia yang dipenuhi sorak sorai dan sukacita saat menyambut pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia ini.

Sejak Paus Fransiskus tiba di Bandara Soekarno-Hatta, antusiasme umat sudah terlihat jelas. Meskipun dalam perjalanan menuju Katedral, Paus selalu berusaha berinteraksi dengan umat, membuka jendela mobilnya, dan melambaikan tangan kepada mereka yang bersorak di pinggir jalan. Teriakan “Viva il Papa” atau “Papa Francesco” menggema sepanjang perjalanan, menambah semarak suasana.

Kehadiran Paus di Katedral Jakarta

Ketika Paus Fransiskus tiba di Katedral Jakarta, ribuan umat, termasuk imam, biarawan-biarawati, serta anak-anak sekolah Katolik, telah menunggu dengan penuh antusiasme sejak pagi hari. Momen kedatangan Paus disambut dengan riuh rendah oleh umat yang berdiri di luar gedung Katedral. Anak-anak yang memegang bendera kecil Indonesia dan Vatikan turut serta menyambut dengan yel-yel, “Papa Francesco,” sambil memainkan alat musik angklung.

Suasana di Katedral semakin memanas saat barisan para uskup, termasuk Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Kepala Paroki Katedral Pastor Albertus Hadi Rudi SJ dan dua remaja yang memberikan buket dan tanda mata khas Betawi, menyambut kehadiran Paus. Kehadiran Paus Fransiskus diiringi dengan sorak sorai dari umat yang sangat mendambakan momen ini. Bahkan, beberapa umat tak kuasa menahan air mata haru saat melihat pemimpin mereka dari dekat.

Audiensi dan Doa Bersama

Sebelum Paus Fransiskus tiba, audiensi yang dipandu oleh para pemimpin gereja berlangsung dengan doa dan puji-pujian. Ibadat sore yang diperdengarkan melalui pengeras suara terdengar di luar, membuat umat yang menunggu di luar Katedral turut mengikutinya dalam keheningan.

Saat iring-iringan Paus mendekati Katedral, suasana semakin riuh. Ketika mobil putih sederhana yang membawa Paus muncul di depan Katedral, kegembiraan umat pecah. Paus Fransiskus menyapa mereka dengan senyuman hangat, melambaikan tangan, dan beberapa kali menghampiri umat yang berada di barisan depan.

Momen Berharga di Dalam Katedral

Setelah disambut oleh para uskup, Paus Fransiskus masuk ke dalam Katedral. Di dalam Katedral, suasana juga tak kalah penuh haru. Umat yang berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Paus berlomba-lomba untuk meraih tangan Bapa Suci atau sekadar menyentuh jubahnya. Paus bergerak dengan tenang di tengah kerumunan umat, yang seolah tak percaya mereka berada begitu dekat dengan pemimpin Gereja Katolik.

Beberapa biarawati, seminaris, imam dan umat yang berbeda agama bahkan meneteskan air mata saat mereka bisa menyentuh tangan Paus atau mencium cincin yang dikenakannya, simbol dari kedudukan Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Momen ini adalah bukti nyata dari kedekatan emosional dan spiritual umat dengan Bapa Suci.

Paus Meninggalkan Katedral dengan Penuh Sukacita

Setelah audiensi dan pertemuan dengan beberapa perwakilan umat, Paus Fransiskus meninggalkan Katedral. Namun, antusiasme umat tidak surut. Mereka tetap berkerumun di luar, menunggu Bapa Suci lewat sekali lagi. Pihak keamanan yang berjaga tetap sigap menjaga agar umat tidak terlalu mendekati Paus dan mengganggu perjalanannya.

Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, Paus sekali lagi memberikan senyuman hangatnya dan melambaikan tangan kepada umat yang masih menunggu di luar. Momen ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi umat Katolik Indonesia, tetapi juga mempererat hubungan spiritual mereka dengan Vatikan.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, khususnya ke Katedral Jakarta, meninggalkan jejak yang mendalam dalam hati umat. Histeria dan sukacita yang dirasakan umat pada hari itu akan menjadi kenangan tak terlupakan dalam sejarah perjalanan iman Katolik di Indonesia.

Foto dokumentasi : https://www.hidupkatolik.com/