Dalam homili yang disampaikan oleh Romo Edy, MSF, bacaan Injil Matius 22:1-14 ditekankan pada Banyak yang Dipanggil tetapi Sedikit yang Dipilih. Di mana menggambarkan Raja sebagai Allah dan perjamuan sebagai Kerajaan Allah. Orang yang menolak untuk hadir dalam perjamuan ialah kaum farisi dan ahli hukum taurat, sehingga perjamuan diumpakan bagaimana kabar Kerajaan Allah disampaikan kepada semua orang. Terdapat dua poin yang dijelaskan lagi oleh Romo Edy, MSF yaitu
1) Kerajaan Allah seperti perjamuan pernikahan dengan suasana kedamaian, kebahagiaan, persaudaraan dan menyatukan semua orang yang datang dalam menjawab panggilan Allah. Allah pun memanggil semua orang dan merindukan seluruh umat berkumpul sebagai umat-Nya. Seperti Allah menjanjikan suasana yang bahagia dan hidup di tanah terjanji dalam naungan Allah, yang menghapus semua air mata orang Israel. Undangan untuk hadir dalam perjamuan, Kerajaan Allah ditujukan pada kita semua.
2) Raja menegur orang yang hadir dengan busana kurang pantas, menggambarkan para umat Yesus yang masih terikat pada manusia lama. Apakah hidup kita sungguh sesuai dengan orang yang hadir ke dalam Kerajaan Allah dan mencerminkan orang yang percaya pada Allah? Kita sungguh hidup sesuai martabat sebagai Umat Allah, di tengah kenyataan konkrit terutama dalam pandemi. Di balik ketakutan dan kekhawatiran, selalu ada harapan akan kebahagiaan dan keamanan jika kita semua hidup sesuai dengan kehadiran dalam pesta perjamuan, yaitu Kerajaan Allah. Tindakan konkret sebagai lambang berpakaian pantas dengan tetap melakukan prokes, menjaga kebersihan diri dan lingkungan hingga berbela rasa bagi orang sekitar dalam situasi yang dihadapi sekarang ini. Agar kita pantas utk hadir dan mau menghadap Allah, perlu menjaga dan menyadari setiap hal melalui sikap, tindakan dan peran kita. Sehingga kita bisa merasakan kebahagiaan, kedamaian dan keselamatan dari Allah sendiri.