Tobat Nasional: Seruan Kardinal Suharyo untuk Introspeksi

 

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mendesak seluruh elemen bangsa—eksekutif, legislatif, dan yudikatif— untuk melakukan introspeksi dengan mengakui kesalahan mereka. Seruan “tobat nasional” itu disampaikan dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa (GNB) pada Rabu, 3 September 2025. Ia menekankan, “dibuka kartunya, diakui kesalahannya dan marilah kita melakukan tobat nasional,” sebagai langkah pertama menuju perbaikan bangsa.

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo (tengah) dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa di Jakarta, Rabu (3/9/2025).

(Sumber : KOMPAS.com)

Menurut Kardinal Suharyo, penolakan terhadap kesalahan hanya akan menjebak bangsa dalam kebuntuan. Jika tidak ada pengakuan atas kelemahan dan kekeliruan, maka arah bangsa menjadi tak jelas. Ia juga mempertanyakan apakah kritik dan masukan dari akademisi dan kalangan yang tak memiliki kepentingan politik benar-benar didengar oleh pengambil kebijakan. Bahkan, ia mengaku bertanya-tanya apakah aspirasi mahasiswa dan akademisi turut dilibatkan, karena selama ini yang disaring hanya yang “baik-baik saja”.

GNB, yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas agama seperti Sinta Nuriyah, Franz Magnis-Suseno, Alissa Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Laode M. Syarif, dan Gomar Gultom, menyampaikan lima pesan kebangsaan sebagai respons terhadap ketegangan yang muncul akibat aksi unjuk rasa dan kericuhan di berbagai daerah. Pesan itu mencakup dorongan kepada Presiden Prabowo Subianto dan semua jajaran negara untuk memperbaiki sistem tata kelola, menjaga nilai etika, serta mendengarkan aspirasi rakyat dengan lebih sungguh-sungguh.

Seruan tobat nasional ini juga menjadi panggilan agar elite pemerintahan dan lembaga penegak hukum mengevaluasi diri, menyingkirkan ketidakpekaan, serta memperbaiki hubungan dengan masyarakat. Dengan begitu, diharapkan bisa terwujud perbaikan yang nyata dan menyentuh seluruh sendi kehidupan berbangsa.