Setelah menantikan Kedatangan Tuhan, segenap Umat Katolik menyambut Kelahiran-Nya pada hari Jumat, 25 Desember 2020. Selain misa Perayaan Malam Natal diadakan dua kali, Misa Natal 2020 juga dilaksanakan dua kali secara offline di Gereja Keluarga Kudus, Rawamangun. Perayaan Misa Natal tanggal 25 Desember 2020 terlaksana pada pk. 10.00 dan 17.00 WIB. Di mana perayaan Misa Natal pagi hari, juga dilaksanakan dengan pengambilan Sakramen Maha Kudus oleh Pelayan Pembawa Komuni secara online. Pengambilan SMK oleh PPK Online dimulai pk. 07.00 sampai dengan 08.30 WIB. Namun pelaksanaan PPK Online pada perayaan Misa Natal terlihat lebih sepi atau sedikit jumlah yang mengambil Sakramen Mahakudus dibandingkan pelaksanaan misa minggu biasa dan misa Malam Natal.
Begitu juga dengan Perayaan Ekaristi Natal tahun 2020 ini, di mana umat yang menghadiri misa secara offline pada pk. 10.00 WIB. Jumlah umat yang menghadiri perayaan ekaristi hanya kurang dari 50 orang, di luar petugas Prodiakon, ATK serta petugas lainnya. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Ignatius Fadjar Himawan, MSF dan didampingi oleh Romo Yulius Edyanto, MSF. Homili misa ini disampaikan oleh Romo Edy dengan menjelaskan tentang makna palungan atau tempat kelahiran Yesus Kristus. Yusuf dan Maria telah menerima dan menyambut Yesus sejak awal, terutama Bunda Maria yang menyatakan menerima setelah menerima kabar sukacita dari Malaikat. Maria telah menyambut Yesus secara rohani di dalam dirinya, serta Yusuf yang mau diutus sebagai bapak Yesus. Begitu juga dengan para gembala yang mengetahui kelahiran Yesus, mereka rela menuju ke tempat yang dikabarkan oleh Malaikat dengan segera untuk menemui Yesus Kristus. Di situlah mereka merayakan kelahiran Yesus karena mereka telah menjadi palungan, Yusuf dan Maria Menjadi palungan hidup Yesus serta tempat bersemayam Tuhan. Sebab mereka percaya bahwa Allah beserta mereka sehingga semakin mewartakan kehadiran Tuhan. Tahun ini Natal dirayakan dalam keprihatinan, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang luar biasa. Biasa kita akan berkumpul serta dirayakan meriah bersama keluarga, kerabat dan teman, baik di rumah maupun tempat publik. Pertanyaannya adalah apakah kita siap menjadi palungan Kristus, yaitu siap menyambut dalam hati kita? Apakah Natal hanya menjadi tradisi bagi kita untuk perayaan?
Hendaklah kita sungguh-sungguh menjadi palungan hidup di mana Yesus di situ bersemayam. Jika kita sungguh menyambut dan menanggapi utusan Tuhan sebagai palungan, pasti kita merasakan semangat iman, kasih dan pelayanan berkobar dari dalam diri kita. Terutama dalam pandemi ini, contoh nyata saat kita menjadi palungan Tuhan ialah menaati protokol kesehatan sebagai kasih bagi sesama kita. Marilah kita rayakan Natal bukan sekedar hanya liturgis dan sosial, melainkan marilah kita rayakan sebagai peristiwa iman dalam melayakkan kita menjadi palungan bagi Tuhan. Semakin mengasihi, mampu melayani dan menaati protokol kesehatan. Rahmat dan kebahagiaan selalu tercurah bagi kita semua. Tuhan memberkati. (By Sie Komsos).
(Visited 153 times, 1 visits today)