– Terang Sejati –
Inilah misteri Allah yang harus kita maknai:
Belajar menerangi tanpa menyakiti, tegar menghangatkan tapi tidak menyilaukan.
Sebab Kristus datang sebagai “Lux Aeterna” = Terang Sejati: “Aku datang sebagai terang supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.”
Sesungguhnya, saat ini kita hidup di tengah tengah dunia yang gemerlap tetapi ‘gelap’ dengan: “hedonis, egois dan materialis”, dimana segala sesuatu kini menjadi sangat komersial sekaligus dangkal:
# Uang menjadi seakan ”hosti”;
# Mall menjadi seakan “gereja”;
# Komputer menjadi seakan “tabernakel”.
Di sinilah kita diminta tetap waspada agar tidak ikut larut dalam pusaran dan lingkaran kegelapan yang membuat kita tidak bisa lagi keluar dari lingkaran itu sendiri.
Sebab dunia yang kita tinggali adalah dunia yang instan; yang membuat banyak orang beriman mengalami ‘malam gelap’:
# kaya harta tapi miskin cinta;
# cantik tapi kadang terjerat narkotik;
# sibuk “di luar”, tapi hampa “di dalam”;
# terkenal tapi sebenarnya kesepian.
Jadi banyak pelbagai topeng kepalsuan yang dialami oleh banyak pribadi dari pinggir desa sampai tengah kota.
Di sinilah sesungguhnya kita membutuhkan tata nilai dasar agar kita mampu menjadi serupa dengan Kristus, yakni menjadi “terang sejati” bagi sesama yang ada disekitar kita.
Adapun tata nilai dasar tersebut :
1. Kesendirian
Yesus mempunyai kebiasaan untuk pergi dan sendirian bersama Allah di tempat yang sunyi. Setiap kali kembali dari KESENDIRIAN-Nya”, wajah-Nya menjadi bercahaya.
Di sinilah kita diajak memiliki pula kebiasaan dengan memberi waktu untuk diri sendiri, karena kita memerlukan pula “alone with GOD” ~ kesendirian hanya bersama Allah, supaya wajah kita juga bisa memancarkan terang Allah yang mendamaikan.
2. Keheningan
Dalam KEHENINGAN batin, wajah semakin nampak berseri, nuansa kehadiran-Nya ‘harum’ seperti bunga, pamor dan ‘greget’nya menjadi semakin nampak tajam.
Di sinilah buah-buah itu semakin nampak bila kita memiliki batin dalam keheningan.
3. Ketenangan
Kesadaran diri dan keyakinan teguh bahwa kita berharga di mata-Nya (Yer 29:11-14) akan membuat kita tetap TENANG, walaupun ada kalanya ‘terang’ kita diperdaya oleh iri hati dan dengki oleh sesama.
Di sinilah kita diajak untuk berani terus menerus berdaya cahaya dengan tenang. Siapa yang tenang tentu dialah yang siap ‘menang’ mengalahkan kegelapan. Jadilah seperti ‘lilin’ yang siap berkorban dan setia menanggalkan “gelap” dan menjadikan “terang” disekitarnya.
4. Kesederhanaan
Setiap orang tentu pernah mengalami ‘malam gelap’ tanpa cahaya dalam perjalanan hidupnya. Satu sikap yang paling utama agar bisa mengatasi situasi ini adalah KESEDERHANAAN.
Kesederhanaan dekat-lekat dengan ‘kerendahan hati’, karena membiarkan Allah yang benar-benar menyelenggarakannya.
Di sinilah kita berharap: In nomine Dei feliciter, – dalam nama Allah semoga semakin berbuah -.
Saudaraku, marilah menjadi terang yang memantulkan ‘cahaya’ dalam kesederhanaan hidup kita sehari- hari.
Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus bersama Bunda Maria senantiasa menyertai kita sekeluarga. Amin.