Manusia adalah serigala bagi sesamanya

 

– Manusia adalah serigala bagi sesamanya –

Mengacu pada bacaan Injil hari ini, Kristus mengajak kita untuk bersikap jujur melihat dan menelanjangi seperti apa ‘kualitas iman’ kita sebagai orang beragama selama ini, jangan-jangan agama hanya menjadi kosmetik belaka, karena kita sibuk dengan tampilan lahiriah dan permukaan saja.
Adapun tiga syarat mendasar yang diajukan Kristus supaya kita memiliki ‘kualitas iman’ agar mampu menyadari penyelenggaraan ilahi, antara lain:

1. Keutuhan ~ Integritas
Yesus berkata: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga!”
Ahli Taurat dan orang-orang Farisi ~ yang terkenal sebagai orang yang taat dan tertib dalam hukum Taurat ~, cenderung merasa diri paling benar dan paling suci sehingga mudah merendahkan dan memandang buruk orang lain, bahkan selalu mencari-cari kesalahan orang lain.

Di sinilah kita diajak untuk beriman secara PENUH UTUH dan menyeluruh, menyeimbangkan hidup doa dan karya secara integral, dimana hidup doa menjadi dasar dalam semua hidup karya, dan hidup karya menjadi buah-buah nyata dari hidup doa.

2. Kesucian ~ Sanctitas
Yesus yang mengajak kita untuk selalu HIDUP SUCI dan berdamai dengan sesama sebelum berdoa kepada Allah.

Di sinilah kita dipanggil untuk hidup suci dengan melakukan pertobatan secara radikal agar hidup kita sungguh berkualitas. Karena bisa saja kita hanya sibuk berkata-kata baik tapi lupa untuk menjadi orang yang benar-benar baik.
Kualitas hidup kita hanya sebatas pada perkataan, tapi tidak nyata menjadi garam dan terang bagi orang lain dalam hidup sehari-hari.

3. Kebenaran ~ Veritas
KEBENARAN yang dipraktekkan ahli Taurat dan orang Farisi hanya bersifat lahiriah dengan mentaati banyak aturan, tapi tidak punya kasih yang berpola salib ~ vertikal kepada Allah dan hortisontal pada sesama ~.
Mereka tampaknya memuliakan Allah dengan bibir, sedangkan hati mereka jauh daripadaNya; dari luar tampaknya benar, tetapi hatinya sama sekali tidak mengasihi Allah.
Motivasi mereka untuk menaati Allah tidak bersumber dari iman yang ‘asli’ yang hidup dan tulus, tapi iman yang ‘palsu’ yang mati dan penuh akal bulus.

Di sinilah kita diajarkan bahwa kebenaran yang dikehendakiNya adalah kebenaran yang bukan sekedar tindakan lahiriah atau formalitas belaka, tapi kebenaran yang harus selaras dengan hidup yang berkualitas, dimana doa-ucapan dan karya-nyata kita didasari oleh keutuhan iman, harapan dan kasih terhadap sesama.

Saudaraku, kita semua diajak untuk menghidupi hukum, dimana harapan keselamatan itu terpadu antara iman dan perbuatan kasih kepada sesama; dan dimana perbuatan kasih itu menjadi wujud syukur dan kesaksian sebagai orang beriman.

Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus senantiasa menyertai kita sekeluarga yang berupaya memiliki kualitas iman yang sejati. Amin.

(Visited 71 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *