Warta Paroki 16-17 November 2024

 

Seksi Liturgi Sub Sie Pasdior mengajak serta Ibu/Bapak, Saudara/i Pemazmur dan Organis wakil Lingkungan/Wilayah/Komunitas atau perorangan dari Paroki Rawamangun yang berminat untuk hadir dalam acara Pelatihan Pemazmur dan Organis pada hari Sabtu, 30 November 2024 pk. 09.00-15.00 WIB di GKP lantai 2 Ruang Maria Yoseph & Ruang Elisabeth. Informasi Lebih Lanjut dapat menghubungi Susi (0852-1535-7567) dan Melia (0813-9887-7199).

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Warta Paroki 09-10 November 2024

 

1)Kami mengundang Suster, Bapak/Ibu, Orang Muda dan adik adik semua pada Misa di Taman DOA Pieta Senin, 11 November 2024 pk. 19.00 WIB. Diawali dengan Doa Rosario pk. 18.30 WIB. Acara akan disertai dengan pembakaran ujud doa.

2)Pendaftaran baptis bayi bulan November 2024 dibuka hingga Rabu, 20 November 2024 pk. 21.00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Seksi Kateketik GKK Evelyne (0812-8040-5141) dan Ibu Eka (0812-9733-024).

3)Tim Sinergi Bidang Prioritas 2 Keuskupan Agung Jakarta mengundang Pastor, Suster, Frater serta seluruh umat untuk berpartisipasi dalam kegiatan KAJ Fair 2024 pada hari Sabtu, 16 November pk. 08.00 – 21.00 WIB di SD Tarakanita 5/SMP Tarakanita 4. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Fransisca Ressa (0819-3261-5526) atau Albertus Michael (0857-1169-1215).

4)Kami mengajak Bapak/Ibu, Saudara/i untuk menggalang dana yang akan disalurkan kepada para korban erupsi Lewotobi dengan cara Transfer hingga hari Minggu, 17 November 2024. Donasi juga dapat disampaikan melalui kantong kolekte kedua pada Misa Sabtu & Minggu, 16-17 November 2024. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Paroki (0852-1123-9533).

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

 

Warta Paroki 02-03 November 2024

 

1)Sosialisasi Bulan Keluarga 2024 akan dilaksanakan pada hari Minggu, 10 November 2024 pk. 10.00-13.00 WIB di GKP lantai 2 Ruang Maria Yosep (diawali registrasi mulai pk. 09.30 WIB). Pendaftaran via GF melalui Ketua Lingkungan masing-masing. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ibu Gloria (+62 812-1037-172) atau Ibu Yeni Erra (+62 815 167 1653). Pendaftaran ditutup pada hari Rabu, 6 November 2024 pk. 13.00 WIB.

2)Misa Triduum Krisma Rabu s/d Jumat, 6-8 November pk. 18.30 WIB di GKKR.

3)Sabtu, 9 November pk. 17.00 WIB di GKKR akan ada pelaksanaan Sakramen Krisma bersama dengan seluruh umat.

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Seminar Kesehatan untuk Lansia: Cara Mengatasi Sarkopenia

 

Pada Hari Minggu, 20 Oktober 2024, Seminar Kesehatan dengan tema “Mengenal apa itu Sarkopenia dan Terapinya“  dapat terselenggara, dimana Seksi Kesehatan Paroki Rawamangun bekerjasama dengan Komunitas Adiyuswo

Acara ini diadakan di Ruang Sang Timur, Gedung Karya Pastoral Lantai 1, Paroki Rawamangun. Dengan mengangkat topik Sarkopenia, dimana Sarkopenia adalah kondisi penurunan massa dan kekuatan otot yang umumnya terjadi pada usia lanjut, terutama lansia. Penyebab utama sarkopenia adalah faktor penuaan alami, tetapi gaya hidup tidak aktif dan kekurangan nutrisi juga menjadi faktor risiko. Ketika sarkopenia tidak diatasi, lansia dapat menghadapi berbagai masalah kesehatan, seperti mudah lelah, kesulitan bergerak, bahkan risiko cedera lebih tinggi karena kehilangan keseimbangan.

Pembicara kali ini yaitu dr Timoteus Richard Sp PD dan MC sekaligus Moderator adalah Dr dr Tena Djuartina, M. Biomed. PA; dimana mereka merupakan dokter yang aktif pelayanan dan tergabung di Seksi Kesehatan Paroki Rawamangun.

Pada Seminar Kesehatan kali ini di sampaikan bahwa, penanganan sarkopenia membutuhkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari nutrisi yang cukup hingga aktivitas fisik yang sesuai. Sumber protein tinggi seperti kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan susu tinggi protein sangat dianjurkan untuk menjaga kekuatan otot. Pola makan bergizi ini sangat penting karena protein berperan besar dalam pembentukan otot dan daya tahan tubuh. Lansia yang terjaga asupan proteinnya cenderung memiliki energi yang cukup untuk menjalani kegiatan sehari-hari dan terhindar dari penurunan kekuatan otot yang drastis.

Selain pola makan, olahraga juga memainkan peran krusial. Jenis aktivitas fisik yang disarankan bagi lansia antara lain berjalan santai, yoga, atau latihan ringan lainnya yang mendukung kekuatan otot. Dengan olahraga teratur, lansia dapat mencegah penurunan massa otot dan menjaga stabilitas tubuh mereka, sehingga kualitas hidup mereka tetap terjaga di usia senja.

Beberapa rumah sakit, menganjurkan agar lansia melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi untuk menentukan aktivitas dan asupan nutrisi yang cocok bagi kondisi mereka. Pendeteksian dini terhadap gejala sarkopenia dapat membantu dokter memberikan rekomendasi penanganan yang optimal bagi lansia.

Tujuan seminar Kesehatan Sarkopenia ini adalah agar para lansia mengetahui apa itu Sarkopenia dan sejalan dengan Program Karya (Prokar) dari Komisi Kesehatan KAJ yang akan mengadakan Skrining Sarkopenia untuk para lansia, dengan harapan para lansia dapat terlibat aktif saat nantinya diminta untuk mengisi formulir Skrining Sarkopenia untuk para lansia. Dengan mengikuti Seminar Kesehatan Sarkopenia ini diharapkan para peserta mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang Sarkopenia. (By Sie Komsos).

Dokumentasi Foto : Paroki Rawamangun.

Warta Paroki 12-13 Oktober 2024

 

1)Dalam rangka penggalangan dana Relokasi Gedung Gereja Ratu Rosari Paroki Jagakarsa pada hari Sabtu dan Minggu, 19-20 Oktober 2024, mohon partisipasi umat untuk mengisi amplop persembahan yang akan dibagikan di pintu masuk Gereja.

2)Festival Lingkungan Hidup yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 19 Oktober 2024 pk. 06.15 WIB di Halaman GKP. Untuk informasi dan pendaftaran dapat menghubungi Ibu Yuliana (0812-8679-5694) dan Ibu Mona (0877-6603-2774).

3)Seksi Kesehatan Paroki Rawamangun bekerjasama dengan Komunitas Adiyuswo akan mengadakan seminar Kesehatan yang dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Oktober 2024 pk. 09.50 WIB di GKP Lt. 1 Ruang Sang Timur. GRATIS. KUOTA TERBATAS. Terbuka untuk umum. Registrasi dan Informasi hubungi Ibu Yuliana (0812-8679-5694) atau Ibu Anna Lidwina (0853-5555-8883).

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Perayaan Meriah Hari Anak KAJ 2024 di Ciputra Artpreneur Bersama Kardinal Suharyo

 

Acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta di Ciputra Artpreneur, 5 Oktober 2024

Pada Sabtu, 5 Oktober 2024, Ciputra Artpreneur di Jakarta menjadi saksi dari keceriaan ribuan anak-anak yang hadir dalam acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta. Acara ini diadakan sebagai bagian dari peringatan World Children’s Day atau Hari Anak Sedunia, yang menjadi momen istimewa bagi anak-anak Katolik untuk berkumpul, berdoa, dan merayakan kebersamaan dalam iman. Acara ini dihadiri lebih dari 1200 anak yang didampingi oleh ratusan pendamping dan panitia. Perayaan ini menjadi momen istimewa bagi anak-anak dari 68 paroki, sekolah, anak berkebutuhan khusus, panti asuhan, dan perkumpulan sekolah Strada. Keuskupan Agung Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperhatikan kebutuhan rohani dan emosional anak-anak, sebagai generasi penerus Gereja.

Momen Bahagia di Ciputra Artpreneur

Kegiatan yang berlangsung di Ciputra Artpreneur ini dipenuhi dengan beragam acara yang menyenangkan dan edukatif. Anak-anak dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta mengikuti acara ini dengan penuh antusiasme, penuh keceriaan, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan permainan edukatif berbasis nilai-nilai Kristiani. Acara ini tidak hanya menjadi perayaan kebahagiaan, tetapi juga menjadi wujud kepedulian KAJ terhadap generasi muda. Di tengah sukacita tersebut, perayaan ini bertepatan dengan syukuran lima tahun pelantikan Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Kardinal. Acara dimulai dengan misa anak-anak yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo; yang menyampaikan pesan penting tentang kasih Tuhan dan betapa berharganya anak-anak di mata Tuhan dan gereja.

Hari Anak KAJ juga menampilkan simbol penting berupa Salib Belarasa, yang diisi dengan gambar-gambar bermakna seperti mercusuar dan jembatan. Mercusuar melambangkan kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan hidup, sementara jembatan menggambarkan persahabatan dan kasih sayang kepada sesama. Pada kesempatan ini, Salib Belarasa besar diberkati, dan diiringi oleh deklarasi anak-anak untuk Indonesia yang diwakili oleh tujuh anak terpilih. Deklarasi tersebut menjadi simbol harapan bagi masa depan bangsa yang lebih baik, penuh kasih, dan inklusif.

Selain itu, acara ini juga bekerjasama dengan beberapa mitra, seperti 5P Global Movement dan PPADR KAJ, untuk memastikan terlaksananya program-program yang mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Hari Anak KAJ 2024 menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk memperhatikan kesejahteraan anak-anak Indonesia di masa mendatang.

Pesan Uskup Agung Jakarta untuk Generasi Muda

Dalam sambutannya, Uskup Agung Jakarta menekankan pentingnya mendidik anak-anak dengan cinta dan kasih sayang. “Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan. Kita harus membimbing mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih, peduli terhadap sesama, dan memiliki iman yang kuat,” ujarnya. Beliau juga mengingatkan orang tua untuk selalu mendukung anak-anak dalam proses perkembangan mereka, baik secara mental, emosional, maupun spiritual.

Acara Hari Anak ini diharapkan menjadi pengingat bagi semua pihak, termasuk gereja dan masyarakat, bahwa anak-anak memerlukan perhatian khusus. Mereka adalah masa depan, dan peringatan Hari Anak Sedunia yang digelar oleh Keuskupan Agung Jakarta di Ciputra Artpreneur ini menjadi momentum penting untuk terus memperjuangkan hak-hak dan kebahagiaan anak.

Penutupan yang Berkesan

Acara Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta 2024 di Ciputra Artpreneur menciptakan suasana yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan. Uskup Agung Jakarta, bersama para pastor dan biarawati, mendoakan agar anak-anak ini senantiasa dilindungi dan diberkati dalam perjalanan hidup mereka.

Keberhasilan acara ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk para orang tua, relawan, dan tim penyelenggara dari Keuskupan Agung Jakarta. Dengan diadakannya acara ini, diharapkan anak-anak dapat terus bertumbuh dalam iman dan membawa semangat cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari mereka. (By Sie Komsos).

Foto dari : Komsos KAJ

Refleksi 5 Tahun Ignatius Kardinal Suharyo: Peran Kardinal untuk Gereja dan Bangsa

 

Perjalanan lima tahun Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Kardinal dengan dedikasi penuh terhadap gereja dan umat Katolik Indonesia.

 

Pada 5 Oktober 2024, Ignatius Kardinal Suharyo merayakan ulang tahun kelimanya sebagai Kardinal. Terpilih menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2019, Kardinal Suharyo telah memberikan kontribusi signifikan bagi gereja Katolik di Indonesia dan dunia. Perjalanan lima tahun ini dipenuhi dengan berbagai capaian yang menggambarkan dedikasi beliau terhadap misi gereja dan umat. Pengangkatan beliau sebagai Kardinal ini merupakan penghargaan besar tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi Gereja Katolik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Paus Fransiskus memberikan gelar kehormatan ini kepada Kardinal Suharyo sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya dalam pelayanan dan kontribusi bagi gereja serta masyarakat.

Awal Pengangkatan

Ignatius Kardinal Suharyo diangkat menjadi Kardinal pada Konsistori Kardinal yang diselenggarakan di Vatikan pada Oktober 2019. Pengangkatan ini menjadi tonggak bersejarah bagi gereja Katolik di Indonesia, karena Kardinal Suharyo merupakan Kardinal ketiga dari Indonesia setelah Kardinal Julius Darmaatmadja. Kabar pengangkatan ini disambut gembira oleh umat Katolik Indonesia, yang melihatnya sebagai pengakuan atas kontribusi dan kiprah gereja Indonesia di kancah global.

Peran dan Tanggung Jawab sebagai Kardinal

Sebagai Kardinal, Ignatius Suharyo memegang peran penting dalam berbagai aspek kehidupan gereja, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Salah satu tanggung jawab utamanya adalah berpartisipasi dalam pemilihan Paus yang baru, jika suatu saat diperlukan. Selain itu, Kardinal Suharyo juga berperan aktif dalam memberikan nasihat kepada Paus dan berkontribusi dalam perumusan kebijakan gereja yang berdampak global.

Selama lima tahun menjabat, Kardinal Suharyo terus mengedepankan misi pelayanan, perdamaian, dan keadilan sosial. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang berkomitmen terhadap upaya dialog lintas agama dan memperkuat harmoni antara berbagai komunitas keagamaan di Indonesia. Langkah ini menjadi penting di tengah keberagaman masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya.

Kiprah di Indonesia

Selama masa jabatannya sebagai Kardinal, Ignatius Suharyo tidak hanya berperan dalam urusan internasional gereja, tetapi juga fokus pada pengembangan gereja di Indonesia. Beliau seringkali terlibat dalam kegiatan pastoral di berbagai daerah, memberikan inspirasi kepada para imam, biarawan, dan umat Katolik di seluruh Indonesia.

Salah satu inisiatif penting yang digagas oleh Kardinal Suharyo adalah memperkuat peran gereja dalam bidang pendidikan dan sosial. Beliau meyakini bahwa gereja harus menjadi agen perubahan positif bagi masyarakat, dengan berperan aktif dalam membantu mereka yang membutuhkan, baik melalui pendidikan, layanan kesehatan, maupun kegiatan sosial lainnya.

Keterlibatan dalam Gereja Universal

Selain kiprahnya di Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo juga terlibat aktif dalam berbagai pertemuan dan konferensi gereja di tingkat internasional. Salah satu momen penting adalah partisipasinya dalam Sinode Para Uskup yang membahas isu-isu penting bagi gereja Katolik di seluruh dunia. Dalam pertemuan tersebut, Kardinal Suharyo dikenal sebagai pembicara yang vokal dalam memperjuangkan keadilan sosial dan perdamaian.

Peran internasional ini menunjukkan bahwa Kardinal Suharyo tidak hanya fokus pada isu-isu lokal, tetapi juga turut serta dalam menyuarakan tantangan global yang dihadapi gereja. Kiprah beliau dalam mengadvokasi dialog antarumat beragama juga diakui di tingkat global, sejalan dengan visi Paus Fransiskus untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan penuh kasih.

Refleksi 5 Tahun Pelayanan

Setelah lima tahun mengemban tugas sebagai Kardinal, Ignatius Suharyo telah menunjukkan bahwa jabatan ini bukan sekadar gelar, tetapi tanggung jawab besar yang diemban dengan sepenuh hati. Perjalanan beliau selama lima tahun ini dipenuhi dengan berbagai tantangan, namun juga banyak capaian yang patut diapresiasi.

Peringatan 5 tahun ini juga menjadi momen refleksi atas perjalanan pelayanan Kardinal Suharyo di tengah dinamika Gereja Katolik dan tantangan sosial di Indonesia. Sebagai pemimpin Gereja di Keuskupan Agung Jakarta dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), beliau telah menunjukkan komitmen kuat terhadap persatuan bangsa, dialog antar-agama, dan pembelaan terhadap kaum marginal. Pengangkatan beliau sebagai Kardinal juga memberikan pengaruh positif dalam memperkuat hubungan antara Gereja Katolik Indonesia dan Vatikan.

Beliau terus menekankan pentingnya peran gereja dalam mengatasi isu-isu kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan lingkungan. Kardinal Suharyo juga menegaskan pentingnya gereja untuk selalu hadir di tengah masyarakat sebagai simbol harapan dan kasih, terutama di masa-masa sulit.

Warisan yang Ditinggalkan

Sebagai sosok pemimpin yang rendah hati, Ignatius Kardinal Suharyo meninggalkan jejak yang kuat dalam kehidupan gereja di Indonesia dan dunia. Beliau berhasil memperkuat peran gereja dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga perdamaian dunia.

Lima tahun pertama Ignatius Suharyo sebagai Kardinal memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Katolik. Kiprah beliau tidak hanya memberi inspirasi kepada umat di Indonesia, tetapi juga mengingatkan kita semua akan pentingnya hidup dalam harmoni, keadilan, dan kasih. Semoga perjalanan pelayanan Kardinal Suharyo terus menjadi berkat bagi gereja dan dunia.

Kesimpulan

Lima tahun Ignatius Kardinal Suharyo sebagai Kardinal telah mengukir banyak prestasi dan dedikasi terhadap gereja dan umat Katolik. Perannya sebagai pemimpin gereja di Indonesia dan keterlibatannya dalam isu-isu global menjadikannya salah satu tokoh penting dalam gereja Katolik saat ini. Melalui refleksi perjalanan lima tahunnya, umat Katolik di Indonesia diundang untuk terus mendukung dan mendoakan kiprah Kardinal Suharyo dalam tugas dan pelayanannya. (By Sie Komsos).

Foto dari: komkk.kaj

 

Warta Paroki 5-6 Oktober 2024

 

1)Sabtu dan Minggu, 12-13 Oktober akan diadakan kegiatan Promosi oleh Majalah HIDUP pada saat Misa di GKKR. Mohon partisipasi umat.

2)Komunitas Doa dengan Nyanyian dari Taize Paroki Rawamangun mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i dalam Ibadat Malam yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Oktober pk. 19.00 WIB di GKP lantai 2 Ruang Maria Yosep. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Vandy (0812-1999-5559).

3)Pendaftaran baptis bayi bulan Oktober 2024 dibuka hingga Rabu, 16 Oktober 2024 pk. 21.00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Seksi Kateketik GKK Evelyne (0812-8040-5141) dan Ibu Eka (0812-9733-024).

4)Beata Familia Choir mengajak teman-teman OMK berusia 13 s/d 35 tahun yang suka bernyanyi untuk berlatih bersama setiap Jumat pk. 19.30 WIB di GKP Lt. 2 Ruang Matheus. Info lebih lanjut dapat menghubungi Echa (0812-9820-1148) atau Yeni (0878-8169-0742) atau dm IG @kkryouthchoir.

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

 

Provinsial MSF Rayakan HUT Kongregasi ke-129 Bersama Umat Paroki Rawamangun

Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-129 pada sebuah perayaan khusus yang diselenggarakan di Paroki rawamangun, Rawamangun, Jakarta. Perayaan ini dipimpin oleh Provinsial MSF Provinsi Jawa, Romo Simon Petrus Sumargo dan dihadiri oleh para umat paroki yang datang untuk merasakan kehangatan kebersamaan dan semangat pelayanan yang menjadi ciri khas kongregasi ini; tak hanya provinsial, Asisten II MSF Provinsi Jawa, Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan MSF; dan Asisten IV MSF Provinsi Jawa, Romo Martinus Mariosa Kleruk MSF turut hadir.

Perayaan HUT Kongregasi MSF ke-129 ini dimulai dengan Misa yang dipimpin langsung oleh Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dengan konselebran Romo Yohanes Asistanto Hari Setiawan, MSF, Romo Yasintus Liberatus Suyono Lein, MSF, Romo Martinus Mariosa Kleruk, MSF, Romo Stevanus Ruswan Budi Sunaryo, MSF, Romo Petrus Bimo Handoko, MSF dan Romo Albertus Fery Asmarajati, MSF.

Dalam misa syukur tersebut, umat bersama-sama berdoa untuk keberlanjutan karya pelayanan MSF yang selama hampir satu setengah abad telah berkomitmen untuk melayani keluarga-keluarga di Indonesia dan dunia. Perayaan ulang tahun ini juga menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang kongregasi yang telah berdiri sejak 1895, dan telah tersebar luas di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Sejarah Singkat Kongregasi MSF

Kongregasi MSF didirikan oleh Pastor Jean Baptiste Berthier, seorang imam dari Prancis, yang berfokus pada misi keluarga kudus. Misi mereka berpusat pada nilai-nilai kekeluargaan, di mana setiap keluarga diharapkan menjadi perwujudan dari keluarga kudus di Nazaret. Di Indonesia sendiri, kongregasi MSF aktif dalam berbagai pelayanan pastoral, pendidikan, dan sosial, menjangkau komunitas-komunitas yang memerlukan dukungan rohani dan material.

Selama 129 tahun terakhir, kongregasi ini terus berkembang dengan menghadirkan para misionaris yang terlibat langsung di tengah umat. Dalam perayaan ini, Provinsial MSF menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai kekeluargaan dalam misi pelayanan mereka. Ia juga berterima kasih atas dukungan umat yang setia mendukung berbagai program pelayanan yang diadakan.

Kebersamaan Umat Paroki dalam Perayaan

Perayaan HUT ke-129 ini tidak hanya menjadi ajang peringatan bagi kongregasi MSF, tetapi juga momen untuk memperkuat ikatan antara umat dan para misionaris. Misa syukur yang diadakan di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun ini dihadiri oleh ratusan umat yang dengan antusias datang untuk merayakan bersama.

Selama acara, umat paroki turut serta dalam berbagai aktivitas, mulai dari doa bersama, penyampaian refleksi tentang makna pelayanan, hingga pengumpulan donasi untuk membantu proyek-proyek sosial yang dikelola oleh kongregasi MSF. Kebersamaan ini menjadi simbol nyata dari komitmen umat dan kongregasi dalam mewujudkan misi pelayanan kasih di tengah masyarakat.

Makna Perayaan Bagi Kongregasi MSF

Perayaan HUT ke-129 ini bukan hanya menjadi momen untuk merayakan usia kongregasi, tetapi juga sebagai ajang refleksi atas apa yang telah dicapai dan apa yang masih perlu dilakukan. Bagi para misionaris MSF, setiap tahun menjadi kesempatan untuk melihat kembali perjalanan spiritual mereka dan bagaimana mereka dapat terus memperbaiki serta meningkatkan pelayanan kepada keluarga-keluarga.

Provinsial MSF; Romo Simon Petrus Sumargo, MSF dalam sambutannya menegaskan bahwa misi mereka tidak akan berhenti pada perayaan ini saja. Mereka akan terus mengembangkan berbagai program pelayanan, termasuk memperkuat pendidikan rohani bagi keluarga-keluarga, terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Misi keluarga kudus ini diharapkan dapat membawa nilai-nilai kekudusan dan cinta kasih ke dalam kehidupan sehari-hari umat.

Komitmen di Masa Depan

Dengan usia yang semakin matang, kongregasi MSF terus berkomitmen untuk menjaga dan melanjutkan karya-karya mereka di berbagai bidang. Tidak hanya fokus pada penguatan kehidupan keluarga, MSF juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan, dan pendidikan bagi masyarakat miskin.

Provinsial MSF berharap bahwa di tahun-tahun mendatang, kongregasi ini akan semakin berkembang dan semakin banyak keluarga yang merasakan dampak positif dari pelayanan mereka. Dengan semangat kebersamaan dan cinta kasih, kongregasi MSF berkomitmen untuk terus menyebarkan kebaikan dan kasih Tuhan di tengah umat. (By Sie Komsos)

 

Berita dan foto dari : Paroki Rawamangun

Warta Paroki 28-29 September 2023

 

1)Kami mengundang Suster, Bapak/ibu, Orang Muda dan adik adik semua pada Misa Pembukaan Bulan Rosario Selasa, 01 Oktober 2024 pk. 18.30 WIB di GKK. Diawali dengan Doa Rosario Hidup pk. 18.00 WIB. Acara akan disertai dengan pembakaran ujud doa.

2)Pembagian Karitatif Minggu, 06 Oktober 2024 pk. 08.00 s/d 11.00 WIB di GKP lantai 1 Ruang Kana.

3)Dalam memasuki bulan Lingkungan Hidup dan penghormatan kepada Santo Fransiskus Asisi, Sub Seksi Lingkungan Hidup, Seksi Liturgi dan Seksi Komsos akan menyelenggarakan acara Animal Blessings pada hari Sabtu, 5 Oktober 2024 pk. 07.30 WIB di Halaman Gereja Keluarga Kudus Rawamangun. Untuk informasi lengkap dapat menghubungi Ibu Mona (0877-6603-2774) dan Ibu Martha (0856-8476-862).

4)Festival Lingkungan Hidup yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 19 Oktober 2024 pk. 06.15 WIB di Halaman GKP. Untuk informasi dan pendaftaran dapat menghubungi Ibu Yuliana (0812-8679-5694) dan Ibu Mona (0877-6603-2774).

5)Seksi Kerasulan Keluarga Paroki Rawamangun kembali melaksanakan program persiapan Perkawinan “Membangun Rumah Tangga” (MRT) selama 2 hari full, Sabtu dan Minggu, 23-24 November 2024. KUOTA TERBATAS. Informasi dan pendaftaran lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Paroki dan PANITIA MRT.

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Warta Paroki 21-22 September 2024

 

1) BIR Rawamangun mengundang remaja Katolik untuk datang pada pertemuan BIR hari Sabtu, 28 September 2024 pk. 10.00 WIB di GKP lantai 2 Ruang Elisabeth.

2) Perayaan Ekaristi HUT Kongregasi MSF yang ke-129 pada Sabtu, 28 September pk. 17.00 WIB di GKKR.
Sabtu, 28 September 2024 Misa di Kapel Materdei ditiadakan.

3) Mensyukuri ulangtahun Tarekat MSF yang ke-129, maka sebagai wujud dukungan bagi Pendidikan Calon Imam MSF, sebelum Misa Sabtu & Minggu, 28-29 September 2024 akan diedarkan amplop Persembahan Kasih oleh Petugas dari Kerabat MSF di pintu masuk Gereja. Persembahan Kasih bisa juga ditransfer melalui: BCA rek. 094-3065-877 a. n. PGDP Gereja Keluarga Kudus. Terimakasih atas dukungan dan partisipasi umat.

4) Beata Familia Choir mengajak teman-teman OMK berusia 13 s/d 35 tahun yang suka bernyanyi untuk berlatih bersama setiap Jumat pk. 19.30 WIB di GKP Lt. 2 Ruang Matheus. Info lebih lanjut dapat menghubungi Echa (0812-9820-1148) atau Yeni (0878-8169-0742) atau dm IG @kkryouthchoir.

5) Bagi umat yang membawa kendaraan roda dua, mohon untuk tidak parkir di Kanopi Pojok UMKM depan GKP pada hari sabtu dan minggu. Tempat tersebut dipakai untuk kegiatan usaha Umat Paroki Rawamangun setiap hari sabtu dan minggu.

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Pater Markus Solo, Imam NTT di Balik Penerjemahan Paus Fransiskus

 

Pater Markus Solo Kewuta adalah salah satu tokoh Katolik yang patut dibanggakan oleh Indonesia, terutama oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia lahir dan dibesarkan di daerah Flores, NTT, sebelum melanjutkan pendidikannya di Eropa dan akhirnya mendapatkan posisi penting di Vatikan.  Tidak hanya sebagai imam Katolik, Pater Markus juga menjadi sosok yang dipercaya oleh Tahta Suci, sejak 2015, ia menjadi bagian dari Kuria Tahta Suci Vatikan, sebuah posisi yang sangat bergengsi bagi umat Katolik Indonesia, Ia juga dipercaya Vatikan dalam mengelola hubungan lintas agama, khususnya antara Katolik dan Islam.

 

Perjalanan Karir Pater Markus Solo

Pater Markus memulai pendidikan teologinya dengan menempuh jalur akademis yang panjang dan cemerlang. Setelah menyelesaikan studi di Indonesia, ia melanjutkan pendidikan ke Austria, di mana ia mendapatkan gelar doktor teologi fundamental dari Universitas Leopold Franzens di Innsbruck pada tahun 2002 dengan predikat Summa Cum Laude. Selain itu, Pater Markus juga memperdalam ilmunya dengan mempelajari Bahasa Arab Klasik di Mesir, yang membuatnya semakin kompeten dalam dialog antaragama.

Setelah menyelesaikan studinya, Pater Markus melanjutkan pengabdian sebagai Pastor di Austria dan kemudian dipanggil untuk bergabung dengan Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama di Vatikan pada tahun 2007. Di sini, ia diberi tanggung jawab untuk memimpin dialog antara Katolik dan Islam di wilayah Asia dan Pasifik. Ini adalah salah satu tugas yang sangat penting dalam menjaga hubungan harmonis antara umat beragama di dunia yang sering kali diwarnai ketegangan.

 

Penerjemah Resmi Paus Fransiskus di Indonesia

Salah satu momen paling penting dalam karier Pater Markus adalah ketika ia ditunjuk sebagai penerjemah bahasa resmi untuk Paus Fransiskus saat kunjungan apostolik Paus ke Indonesia pada September 2024. Tugas ini bukan hanya sebuah tanggung jawab besar, tetapi juga simbol kepercayaan yang diberikan Vatikan kepada Pater Markus. Kemampuannya dalam berbahasa dan pemahamannya tentang konteks budaya Indonesia membuatnya sangat cocok untuk peran ini.

Saat mendampingi Paus di Indonesia, Pater Markus berperan penting dalam memastikan pesan Paus dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, baik umat Katolik maupun non-Katolik. Hal ini semakin memperkokoh posisinya sebagai jembatan antara Vatikan dan Indonesia, serta antara Katolik dan Islam.

 

Kontribusi pada Dialog Antaragama

Sebagai orang Indonesia pertama yang bekerja di Kuria Tahta Suci Vatikan, Pater Markus memiliki peran penting dalam memperkuat dialog antaragama. Ia tidak hanya terlibat dalam diskusi akademis, tetapi juga dalam inisiatif-inisiatif konkret yang mempromosikan perdamaian antaragama. Sejak tahun 2015, ia juga menjadi Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate, sebuah lembaga yang bertujuan untuk memajukan pendidikan perdamaian dan membentuk duta-duta perdamaian dari berbagai agama.

Keberhasilan Pater Markus dalam membangun dialog lintas agama diakui secara internasional. Peran pentingnya di Vatikan menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya dari Indonesia, untuk berkontribusi dalam menciptakan perdamaian global melalui dialog yang konstruktif.

 

Sosok yang Rendah Hati dan Berdedikasi

Di luar kesibukan sebagai pemimpin dialog antaragama dan penerjemah Paus, Pater Markus tetap menjaga kesederhanaannya. Ia dikenal sebagai sosok yang rendah hati, ramah, dan memiliki kegemaran di bidang musik dan olahraga. Bagi Pater Markus, kegiatan-kegiatan ini adalah cara untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupannya yang penuh dengan tanggung jawab besar.

Keberhasilan Pater Markus Solo bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi Indonesia, khususnya NTT. Ia telah menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan ketekunan, seseorang dapat berkontribusi secara signifikan di panggung internasional, membawa nama baik bangsa dan mempromosikan perdamaian dunia.

 

Penutup

Pater Markus Solo adalah contoh nyata dari bagaimana seorang imam asal Indonesia dapat memberikan kontribusi besar di kancah internasional, baik dalam bidang teologi maupun diplomasi antaragama. Dedikasinya sebagai penerjemah bahasa Paus Fransiskus di Indonesia, serta perannya dalam dialog antaragama, membuatnya menjadi tokoh yang patut diapresiasi. Pater Markus tidak hanya membawa nama Indonesia di Vatikan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan perdamaian antarumat beragama di seluruh dunia. (By Sie Komsos)

Arti SCV1 pada Kendaraan Paus Fransiskus dalam Perjalanan Apostolik

 

Paus Fransiskus, sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, memiliki banyak simbol dan atribut yang digunakan selama perjalanan resmi atau apostoliknya. Salah satu hal menarik yang selalu menjadi perhatian publik adalah kendaraan yang digunakan oleh Paus, khususnya pelat nomor SCV1. Setiap kali Paus melakukan perjalanan apostolik, kendaraan yang digunakan sering kali memiliki pelat nomor yang unik, dan SCV1 adalah salah satu yang paling ikonik. Namun, apa sebenarnya arti dari SCV1 tersebut?

Arti Pelat Nomor SCV1

Pelat nomor SCV1 adalah singkatan dari “Status Civitatis Vaticanae”, yang berasal dari bahasa Latin. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah “Negara Kota Vatikan”. Huruf SCV sendiri merujuk pada otoritas resmi Negara Kota Vatikan, sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa kendaraan tersebut digunakan oleh orang yang paling penting di Vatikan, yaitu Paus Fransiskus sendiri. Maka, pelat nomor SCV1 dapat diartikan sebagai simbol bahwa kendaraan ini digunakan oleh kepala negara Vatikan dan pemimpin Gereja Katolik

Kendaraan dengan pelat nomor ini sering kali digunakan oleh Paus dalam berbagai kegiatan penting, termasuk misa, audiensi umum, hingga saat bertemu dengan umat Katolik di berbagai negara selama perjalanan apostoliknya.

Kendaraan yang Digunakan Paus Fransiskus

Selama perjalanan apostoliknya, Paus Fransiskus tidak hanya menggunakan satu jenis kendaraan. Dalam kunjungannya ke berbagai negara, Paus sering kali menggunakan Popemobile, yaitu kendaraan yang dirancang khusus untuk memungkinkan Paus menyapa umatnya dengan lebih dekat dan aman. Salah satu kendaraan yang sering digunakan adalah Toyota Innova Zenix Hybrid, sebuah mobil ramah lingkungan yang digunakan selama kunjungannya di Indonesia

Selain itu, Paus juga menggunakan Pindad Maung MV3, kendaraan buatan Indonesia yang dimodifikasi khusus untuk keperluan Paus selama misa di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Kendaraan ini dirancang dengan atap terbuka, yang memungkinkan Paus berinteraksi langsung dengan umatnya dengan cara yang lebih intim dan aman

Sejarah Penggunaan Pelat SCV1

Penggunaan pelat nomor SCV1 tidak hanya terbatas pada Paus Fransiskus. Pelat nomor ini sudah menjadi tradisi lama di Vatikan, di mana kendaraan resmi yang digunakan oleh Paus selalu memiliki pelat nomor yang diawali dengan huruf SCV. Hal ini berlaku untuk setiap Paus yang menjabat. SCV1 adalah nomor yang secara eksklusif digunakan oleh kendaraan yang membawa Paus, sementara SCV lainnya dapat digunakan untuk kendaraan lain yang berada di bawah yurisdiksi Vatikan.

Sebagai contoh, pada masa Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI, pelat nomor SCV1 juga digunakan pada kendaraan yang mereka tumpangi selama perjalanan resmi mereka. Kendaraan dengan pelat nomor ini tidak hanya menjadi simbol otoritas, tetapi juga status kepemimpinan yang sangat dihormati oleh umat Katolik di seluruh dunia.

Simbolisme dan Makna SCV1

Selain menjadi penanda kendaraan resmi Vatikan, pelat nomor SCV1 juga memiliki makna simbolis yang dalam. Huruf SCV mengingatkan orang pada Negara Kota Vatikan, yang meskipun kecil dalam ukuran, memiliki pengaruh besar di dunia sebagai pusat spiritual bagi miliaran umat Katolik. Angka 1 menandakan status Paus sebagai pemimpin rohani tertinggi di Vatikan, sekaligus pemimpin umat Katolik global.

Simbolisme ini tercermin dalam setiap aspek kehidupan Paus, termasuk kendaraan yang digunakannya. Kendaraan dengan pelat nomor SCV1 selalu menjadi pusat perhatian, tidak hanya karena siapa yang menumpanginya, tetapi juga karena pesan yang disampaikannya—kedekatan dan perhatian seorang pemimpin spiritual kepada umatnya.

Kesimpulan

Pelat nomor SCV1 pada kendaraan Paus Fransiskus adalah simbol kuat yang mewakili otoritas Vatikan dan peran penting Paus sebagai pemimpin spiritual umat Katolik. Kendaraan yang digunakan oleh Paus, baik itu Toyota Innova Zenix Hybrid atau Pindad Maung MV3, bukan hanya alat transportasi, tetapi juga mencerminkan komitmen Paus terhadap umat dan lingkungannya. Dengan memahami arti dari pelat SCV1, kita dapat lebih mengapresiasi makna di balik setiap perjalanan apostolik yang dilakukan oleh Paus Fransiskus. (By Sie Komsos)

foto : Mirifica dan hidupkatolik

 

Paus Fransiskus Pulang ke Vatikan dengan Selamat Setelah Perjalanan Apostolik 2024

 

Setelah menyelesaikan perjalanan apostolik selama 12 hari ke Asia Tenggara dan Oseania, Paus Fransiskus kembali ke Vatikan dengan selamat pada 13 September 2024. Perjalanan yang mencakup Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura ini menyoroti dialog lintas agama, isu perubahan iklim, dan penguatan kehadiran Gereja Katolik di wilayah tersebut. Saat tiba di Roma, Paus Fransiskus berdoa di Basilika St. Maria Maggiore sebagai tanda syukur atas perlindungan Bunda Maria selama perjalanan panjang ini.

Di Indonesia, Paus disambut dengan antusias oleh ribuan umat Katolik dan pemerintah. Misa akbar diadakan di Jakarta, menekankan pentingnya perdamaian dan keadilan sosial. Setelah itu, Paus melanjutkan perjalanannya ke Papua Nugini, di mana dia berbicara tentang pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab moral. Di Timor Leste, Paus disambut dengan prosesi adat, menunjukkan kekayaan budaya Katolik yang berakar di negara tersebut.

Puncak dari perjalanan ini adalah misa di Singapura yang dihadiri oleh 50.000 umat Katolik di Stadion Nasional. Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya dengan pesan kuat tentang pentingnya persatuan dan solidaritas di tengah perbedaan budaya dan agama. Setelah itu, Paus kembali ke Roma dengan penerbangan komersial Singapore Airlines, menunjukkan kerendahan hatinya yang konsisten.

Setibanya di Roma, Paus Fransiskus mengunjungi Basilika St. Maria Maggiore untuk berdoa dan mengucapkan terima kasih atas keselamatan selama perjalanan. Dalam doanya, Paus mendedikasikan rasa syukur kepada ikon Maria Salus Populi Romani yang terhormat di Gereja tersebut. Paus kemudian kembali ke kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, menandai akhir dari salah satu perjalanan terpanjang dalam masa kepausannya.

Perjalanan ini dianggap sukses besar, mengukuhkan kembali posisi Gereja Katolik di kawasan Asia-Pasifik dan membawa pesan harapan serta persatuan kepada seluruh dunia. Kehadiran Paus di berbagai negara ini tidak hanya membawa inspirasi bagi umat Katolik, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik Vatikan dengan negara-negara tersebut. (By Sie Komsos)

Warta Paroki 14-15 September 2024

 

1) Misa Hari Raya Penampakan Maria di La Salette, pelindung Tarekat MSF pada hari Kamis, 19 September 2024 pk. 18.30 WIB di GKKR.

2) Pendaftaran baptis bayi bulan September 2024 dibuka hingga Rabu, 18 September 2024 pk. 21.00 WIB. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Seksi Kateketik GKK Evelyne (0812-8040-5141) dan Ibu Eka (0812-9733-024).

3) Misa syukur HUP bulan September dan Novena Keluarga Kudus ke-VI diadakan pada hari Sabtu, 21 September 2024 pk. 17.00 WIB di Gereja Keluarga Kudus Rawamangun. Gereja akan memberikan apresiasi berupa Sertifikat Sakramen Perkawinan khusus bagi yang hadir merayakan HUP ke 25, 40, 50 dan 60. Pasutri yang berulangtahun perkawinan bulan September diundang hadir.

4) Dalam memasuki bulan Lingkungan Hidup dan penghormatan kepada Santo Fransiskus Asisi, Sub Seksi Lingkungan Hidup, Seksi Liturgi dan Seksi Komsos akan menyelenggarakan acara Animal Blessings pada hari Sabtu, 5 Oktober 2024 pk. 07.30 WIB di Halaman GKP. Pendaftaran ditutup pada tanggal 30 September 2024. Untuk informasi dan pendaftaran dapat menghubungi Ibu Mona (0877-6603-2774) dan Ibu Martha (0856-8476-862).

5) Seksi Kerasulan Keluarga Paroki Rawamangun kembali melaksanakan program persiapan Perkawinan “Membangun Rumah Tangga” (MRT) selama 2 hari full, Sabtu dan Minggu, 23-24 November 2024. KUOTA TERBATAS. Informasi dan pendaftaran lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Paroki dan PANITIA MRT.

6) Bagi umat yang membawa kendaraan roda dua, mohon untuk tidak parkir di Kanopi Pojok UMKM depan GKP pada hari Sabtu dan Minggu. Tempat tersebut dipakai untuk kegiatan usaha Umat Paroki Rawamangun setiap hari sabtu dan minggu.

Demikian pengumuman Gereja Minggu ini, terima kasih atas perhatiannya.

Kegiatan Paus Fransiskus Selama Kunjungan di Singapura, Pesan Perdamaian

 

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia, mengunjungi Singapura dalam rangkaian kunjungan pastoral yang bertujuan mempererat hubungan antar agama serta menyampaikan pesan perdamaian dan harapan. Kunjungan Paus Fransiskus ini menjadi momen penting bagi umat Katolik di Singapura dan juga masyarakat umum yang sangat menghargai dialog lintas agama.

Hari Pertama: Sambutan Hangat di Singapura

Setibanya di Bandara Changi, Paus Fransiskus disambut hangat oleh pejabat negara dan pemimpin agama setempat. Kunjungan ini diawali dengan pertemuan resmi dengan Presiden Singapura, di mana keduanya membahas berbagai isu global termasuk perubahan iklim, kemiskinan, dan perdamaian dunia. Paus menekankan pentingnya persatuan global dalam menghadapi tantangan ini.

Pada hari pertama kunjungannya, Paus juga menghadiri upacara keagamaan di Katedral Santo Yosef. Di sana, ia memimpin misa yang dihadiri oleh ribuan umat Katolik, serta pemimpin agama lain sebagai simbol persatuan dan keharmonisan lintas agama yang menjadi ciri khas Singapura.

Hari Kedua: Dialog Antar Agama dan Pesan Perdamaian

Hari kedua kunjungan Paus Fransiskus di Singapura diisi dengan dialog antar agama. Acara ini dihadiri oleh pemimpin agama Buddha, Islam, Hindu, dan Kristen yang semuanya berdiskusi tentang pentingnya kerjasama dalam menciptakan dunia yang damai. Dalam sambutannya, Paus menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Selain dialog, Paus juga mengunjungi beberapa tempat ibadah di Singapura seperti Masjid Sultan dan Kuil Thian Hock Keng. Ini menjadi simbol keinginan Paus untuk membangun jembatan antar umat beragama, serta menciptakan pemahaman yang lebih mendalam antar komunitas keagamaan di negara ini.

Hari Ketiga: Kegiatan Sosial dan Kunjungan ke Rumah Sakit

Pada hari terakhir kunjungannya, Paus Fransiskus mengunjungi beberapa organisasi amal dan rumah sakit. Salah satu kunjungan paling emosional adalah ke Rumah Sakit Anak KK, di mana Paus bertemu dengan anak-anak yang sedang menjalani perawatan. Beliau memberikan berkat dan dukungan moral kepada pasien serta keluarganya, sebuah tindakan yang menunjukkan perhatian besar Paus terhadap kaum yang lemah dan menderita.

Kegiatan sosial Paus di Singapura tidak berhenti di situ. Paus juga bertemu dengan para relawan dari organisasi sosial lokal, memberikan motivasi kepada mereka untuk terus melakukan kerja baik bagi masyarakat. Dalam pesannya, Paus menekankan pentingnya berbagi cinta dan kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung.

Pesan Penutup Paus Fransiskus

Pada akhir kunjungannya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan penutup di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Marina Bay Sands. Ia menegaskan pentingnya perdamaian, cinta kasih, dan persatuan antar umat manusia. Singapura, dengan keragaman budayanya, dipandang Paus sebagai contoh nyata bagaimana perbedaan bisa menjadi kekuatan, bukan kelemahan. Paus Fransiskus berharap bahwa apa yang telah ia sampaikan selama kunjungannya akan meninggalkan jejak yang mendalam bagi warga Singapura dan menginspirasi dunia untuk mengikuti teladan tersebut.

Kunjungan Paus Fransiskus di Singapura diakhiri dengan harapan bahwa dialog antar agama dan kerjasama antar komunitas akan semakin kuat, membawa dunia menuju masa depan yang lebih damai dan harmonis. (By Sie Komsos).

Foto dari: Kompas.id

Misa Ekaristi Pembubaran Panitia Kunjungan Paus: Refleksi dan Syukur

 

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 telah menjadi momen bersejarah yang tak terlupakan bagi seluruh umat Katolik di tanah air. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut melibatkan ribuan umat, tokoh agama, serta masyarakat luas dari berbagai kalangan. Untuk mengakomodasi peristiwa penting ini, sebuah panitia khusus yang diketuai oleh Ignasius Jonan dibentuk. Setelah sukses menyelenggarakan rangkaian acara, panitia tersebut akhirnya dibubarkan dengan penuh apresiasi atas kerja kerasnya​.

Panitia Kunjungan Paus ini terdiri dari berbagai elemen, termasuk Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), pemerintah, aparat keamanan, serta sejumlah besar sukarelawan. Tugas mereka mencakup persiapan teknis dan logistik yang kompleks, mulai dari pengaturan keamanan, protokol diplomatik, hingga misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK), yang dihadiri ribuan umat​.

Proses Pembentukan dan Tugas Panitia

Panitia kunjungan Paus Fransiskus ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Tugas utama panitia adalah memastikan kelancaran berbagai kegiatan Paus di Indonesia, termasuk kunjungan ke beberapa tempat penting seperti Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta. Dalam kunjungan tersebut, Paus menyampaikan pesan perdamaian dan kerukunan antarumat beragama yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika​

Panitia juga bertanggung jawab mengoordinasikan berbagai aspek teknis, mulai dari protokol, pengamanan, hingga penyediaan tempat-tempat ibadah dan acara besar seperti misa akbar di Gelora Bung Karno. Ribuan umat hadir dalam misa tersebut, menjadikannya salah satu acara religius terbesar di Indonesia. Dukungan dari pemerintah, aparat keamanan, dan sukarelawan sangat berperan penting dalam suksesnya acara ini.

Misa Ekaristi Sebagai Simbol Syukur

Pada tanggal 12 September 2024, diadakan Misa Ekaristi sebagai penutupan resmi panitia kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga simbol syukur atas keberhasilan penyelenggaraan rangkaian kegiatan yang berlangsung dari 3 hingga 6 September 2024. Melalui Misa Ekaristi, seluruh panitia dan peserta yang terlibat mencurahkan rasa syukur mereka atas keberhasilan acara yang melibatkan ribuan umat dan banyak kalangan masyarakat.

Kunjungan Paus Fransiskus membawa pesan perdamaian, persatuan, dan dialog antarumat beragama, yang terasa mendalam bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Misa pembubaran ini menjadi momen penting untuk meresapi pesan-pesan tersebut dan melihat dampak nyata yang dihasilkan dari kehadiran Paus di Tanah Air.

Misa Ekaristi pembubaran panitia diadakan di Katedral Jakarta, di mana ribuan umat Katolik berkumpul bersama para tokoh gereja dan pejabat panitia nasional. Dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, misa ini diawali dengan doa syukur yang mendalam. Seluruh panitia, mulai dari anggota tim logistik hingga sukarelawan, diberikan penghargaan atas dedikasi dan kerja keras mereka selama persiapan hingga pelaksanaan kunjungan.

Melalui Misa Ekaristi pembubaran panitia ini, pesan-pesan Paus Fransiskus kembali digaungkan, dengan harapan bahwa semangat persatuan, dialog, dan kepedulian terhadap lingkungan terus hidup dalam keseharian umat Katolik di Indonesia.

Dalam homilinya, Uskup Suharyo menekankan bahwa acara ini lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga refleksi dari kasih Tuhan yang diwujudkan dalam kerja keras seluruh tim. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dan persatuan yang telah terjalin selama kunjungan Paus, agar terus hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

 Evaluasi dan Pembubaran Panitia

Setelah misa, acara dilanjutkan dengan pertemuan tertutup antara para pemimpin gereja dan panitia kunjungan Paus. Dalam pertemuan ini, dilakukan evaluasi terhadap seluruh rangkaian acara yang telah diselenggarakan. Panitia yang dibentuk jauh sebelum kedatangan Paus, kini resmi dibubarkan setelah semua tugas yang diemban selesai. Evaluasi menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa tantangan teknis, secara keseluruhan acara berjalan sukses.

Acara evaluasi ini berlangsung secara tertutup, dengan Ketua Panitia Nasional, Romo Yohanes Sugeng, memimpin jalannya rapat. Seluruh anggota menyampaikan laporan masing-masing mengenai kesuksesan acara dan berbagai tantangan yang dihadapi.

Romo Sugeng menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota yang telah bekerja tanpa lelah demi kelancaran acara. Ia juga menekankan bahwa meskipun tugas panitia telah selesai, semangat yang dihasilkan dari kunjungan ini harus terus berlanjut di masyarakat. Setelah evaluasi selesai, dilakukan pembacaan surat keputusan resmi yang menandai pembubaran panitia.

Misa Ekaristi ini juga menjadi refleksi bagi seluruh peserta tentang pesan-pesan penting yang disampaikan Paus Fransiskus selama kunjungannya. Salah satu pesan yang mendapat perhatian luas adalah tentang perlunya menjaga dialog antarumat beragama. Di Indonesia, yang kaya akan keberagaman agama, pesan ini sangat relevan.

Setelah seluruh rangkaian kunjungan berakhir, Ignasius Jonan dan pihak KWI mengumumkan pembubaran panitia. Jonan menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, mulai dari pemerintah, donatur, hingga sukarelawan. “Kami berterima kasih kepada setiap individu dan organisasi yang bekerja keras untuk menyukseskan kunjungan ini. Ini adalah wujud nyata gotong royong yang kita junjung tinggi,” ujar Jonan.

Selain apresiasi, panitia juga menyampaikan permintaan maaf jika ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat, terutama warga Jakarta yang aktivitasnya sedikit terganggu oleh pengaturan lalu lintas dan keamanan selama kunjungan Paus.

Panitia dan Kerja Sama yang Solid

Kesuksesan acara kunjungan Paus tidak lepas dari kerja keras panitia yang telah dibentuk jauh-jauh hari. Panitia terdiri dari berbagai elemen, mulai dari gereja, pemerintah, hingga sukarelawan yang berasal dari berbagai daerah. Koordinasi yang solid di antara anggota panitia memastikan bahwa acara dapat berlangsung dengan tertib dan lancar.

Selain itu, panitia juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, terutama dalam hal keamanan. Tidak hanya itu, sukarelawan yang terlibat juga memainkan peran penting dalam membantu mengatur arus peserta, terutama di acara besar seperti misa akbar di GBK.

Kerja keras seluruh panitia selama persiapan hingga pelaksanaan acara membuktikan bahwa Indonesia mampu menggelar acara internasional dengan sukses dan aman.

Dampak Kunjungan Paus Fransiskus

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tidak hanya menjadi momen spiritual yang besar bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi peristiwa nasional yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Acara puncak, yaitu misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK), berhasil dihadiri oleh lebih dari 80.000 orang. Dalam pidatonya, Paus Fransiskus menekankan pentingnya dialog antarumat beragama dan menyoroti perlunya menjaga perdamaian dan kerukunan di tengah keragaman Indonesia.

Kunjungan ini tidak hanya menorehkan sejarah bagi Gereja Katolik di Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan lintas agama. Kehadiran Paus di Masjid Istiqlal bersama para tokoh agama Islam menandai simbol kuat persatuan dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Semangat ini diharapkan terus hidup dalam masyarakat Indonesia yang pluralis.

Meski panitia kini resmi dibubarkan, dampak dari kunjungan ini diperkirakan akan bertahan lama. KWI mengungkapkan harapannya agar nilai-nilai yang dibawa oleh Paus Fransiskus terus menginspirasi umat Katolik dan seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga kedamaian, persaudaraan, dan toleransi.

 Kunjungan Paus tidak hanya berdampak pada umat Katolik, tetapi juga memberikan pengaruh yang luas terhadap masyarakat Indonesia secara umum. Salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Paus adalah tentang perlunya menjaga lingkungan. Ini tercermin dari kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas Laudato Si’, di mana mereka berpartisipasi dalam mengumpulkan sampah saat berlangsungnya misa akbar di GBK.

Semangat menjaga lingkungan ini juga terus berlanjut pasca kunjungan Paus, dengan berbagai komunitas di Indonesia memulai gerakan peduli lingkungan dan mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik.

Selain itu, pesan-pesan Paus tentang keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua golongan juga menjadi inspirasi bagi banyak kelompok masyarakat. Beberapa organisasi bahkan mulai mengadakan diskusi publik yang menyoroti isu-isu yang diangkat oleh Paus selama kunjungannya.

Penutup: Mengakhiri Tugas Besar

Dengan pembubaran panitia kunjungan Paus Fransiskus, Indonesia menutup salah satu bab penting dalam sejarah religiusnya. Acara ini akan selalu dikenang sebagai bukti nyata bahwa Indonesia, dengan segala keragamannya, mampu menyambut dan merayakan tokoh-tokoh besar dunia dengan penuh persaudaraan.

Dengan selesainya kunjungan ini, panitia yang dibentuk secara khusus untuk acara tersebut pun secara resmi dibubarkan. Meskipun demikian, dampak dari kunjungan Paus Fransiskus diperkirakan akan terus dirasakan, terutama dalam memperkuat persaudaraan antarumat beragama di Indonesia​.

Harapan Pasca Pembubaran

Meskipun panitia telah dibubarkan secara resmi, harapan besar tetap ada agar semangat persatuan dan dialog antarumat beragama yang diusung Paus Fransiskus dapat terus hidup di Indonesia. Kunjungan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga kerukunan dan kedamaian, meskipun acara telah selesai.

Beberapa kelompok masyarakat bahkan sudah merencanakan berbagai kegiatan lanjutan yang terinspirasi oleh pesan Paus, termasuk program-program sosial dan lingkungan yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan bersama. (By Sie Komsos)

Foto-foto : KomsosKAJ

Kunjungan Paus Fransiskus Membawa Pesan Damai di Timor-Leste 2024

 

Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik bersejarah ke Timor Leste pada 9 September 2024, menjadi Paus pertama yang mengunjungi negara tersebut sejak kemerdekaannya dari Indonesia pada tahun 2002. Kunjungan ini memiliki arti penting bagi negara yang 97% penduduknya beragama Katolik, menjadikan Timor Leste salah satu negara paling Katolik di dunia di luar Vatikan​. Selama kunjungannya, Paus Fransiskus disambut dengan antusias oleh sekitar 600.000 orang—jumlah yang hampir setara dengan separuh populasi negara tersebut​. Ribuan umat berbaris di jalan-jalan Dili, ibukota Timor Leste, untuk melihat Paus Fransiskus melintas dengan mobil terbuka. Di Tasitolu Park, tempat yang pernah menjadi lokasi doa oleh Santo Yohanes Paulus II pada tahun 1989, Paus memimpin misa besar yang dihadiri oleh umat yang datang dari berbagai penjuru negara​.

Dalam pidatonya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan damai dan ajakan untuk terus menjaga nilai-nilai kebebasan, persaudaraan, dan komitmen terhadap sesama. Dia juga menyoroti tantangan yang dihadapi Timor Leste, seperti kemiskinan, kekurangan gizi, dan masalah pengangguran​. Paus mengajak masyarakat Timor Leste untuk tetap mempertahankan iman mereka dalam menghadapi kesulitan serta berkolaborasi demi kebaikan bersama​. Selain itu, Paus menyinggung peran penting pendidikan dan dukungan bagi keluarga dalam membentuk generasi muda yang sehat dan damai. Hal ini sangat relevan mengingat lebih dari 65% populasi Timor Leste terdiri dari anak-anak dan remaja​. Kunjungan Paus Fransiskus ini diharapkan membawa angin segar bagi bangsa yang baru berkembang, memperkuat moral dan semangat kebersamaan di antara masyarakat Timor Leste.

Pada tanggal 10 September 2024, Paus Fransiskus memimpin misa besar di Tasi Tolu, Timor Leste. Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi negara tersebut, di mana hampir setengah dari populasi hadir untuk mengikuti misa. Sekitar 600.000 orang, mayoritas umat Katolik dari berbagai wilayah, berkumpul dengan penuh semangat untuk menerima berkat dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Lokasi misa ini, Tasi Tolu, juga memiliki nilai sejarah karena pernah menjadi tempat penting dalam perjuangan Timor Leste menuju kemerdekaan.

Paus Fransiskus, dalam khotbahnya, menekankan pentingnya persatuan, perdamaian, dan solidaritas, terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Timor Leste. Beliau juga mengajak umat untuk terus menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, meskipun negara ini masih menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk kemiskinan yang tinggi.

Misa ini tidak hanya menjadi simbol spiritual tetapi juga mengingatkan akan kunjungan bersejarah Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989, yang juga diadakan di tempat yang sama. Patung Paus Yohanes Paulus II yang berdiri di lokasi ini menjadi saksi bagaimana iman dan harapan masyarakat Timor Leste tetap kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan selama bertahun-tahun.

Bagi masyarakat Timor Leste, kunjungan Paus Fransiskus menjadi berkat yang sangat dinantikan. Dirce Maria Teresa Freitas, salah satu umat yang hadir, menyatakan bahwa kunjungan ini memberi harapan baru bagi rakyat dan tanah Timor Leste. Momen ini menciptakan ikatan emosional antara Paus dan umat di Timor Leste, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh agama Katolik di negara tersebut, dengan lebih dari 97% penduduknya yang menganut Katolik. Dengan suasana yang penuh suka cita, ribuan umat membawa payung kuning dan putih, melambangkan bendera Vatikan, untuk melindungi diri dari terik matahari. Para peziarah dari berbagai wilayah, bahkan dari Indonesia, turut hadir, membuat peristiwa ini menjadi salah satu misa terbesar dalam sejarah Timor Leste.

Pada tanggal 11 September 2024, Paus Fransiskus secara resmi meninggalkan Timor-Leste setelah kunjungan apostoliknya yang berlangsung selama tiga hari. Kunjungan ini diwarnai dengan berbagai acara, termasuk misa bersama umat Katolik Timor-Leste, pertemuan dengan kaum muda, dan dialog penting dengan para pemimpin negara. Paus bertolak dari Bandara Internasional Nicolau Lobato, Dili, menuju Singapura, melanjutkan perjalanan apostoliknya ke Asia Tenggara.

Kepulangan Paus disambut dengan upacara resmi yang melibatkan sejumlah tokoh penting, seperti Presiden Jose Ramos-Horta dan Perdana Menteri Kay Rala Xanana Gusmão. Dalam momen yang penuh emosional, Paus Fransiskus menyampaikan pesan perpisahannya kepada masyarakat Timor-Leste, mengingatkan mereka untuk tetap tersenyum dan menjaga semangat perdamaian serta kebersamaan yang telah menjadi bagian penting dalam sejarah panjang negara tersebut.

Selama kunjungannya, Paus juga memuji upaya rekonsiliasi antara Timor-Leste dan Indonesia, menyoroti bagaimana kedua negara telah berhasil mengatasi konflik masa lalu melalui dialog dan kerja sama. Paus berharap perdamaian dan rekonsiliasi yang terjadi di Timor-Leste dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang masih dilanda konflik​. (By Sie Komsos)

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/

 

Paus Fransiskus Mengunjungi Papua Nugini: Menghidupkan Solidaritas dan Harapan di Tengah Kesulitan

 

Paus Fransiskus Mengunjungi Papua Nugini: Menghidupkan Solidaritas dan Harapan di Tengah Kesulitan

Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Papua Nugini sebagai bagian dari tur Asia-Pasifiknya. Ia tiba di Port Moresby setelah mengunjungi Indonesia, dimana Papua Nugini, yang terdiri dari lebih dari 800 bahasa dan suku yang berbeda, mendapatkan perhatian khusus dari Paus terkait dengan tantangan sosial yang mereka hadapi, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan kesulitan akses layanan kesehatan. Di depan puluhan ribu umat, Paus Fransiskus mengajak masyarakat untuk terus menjaga kebersamaan dan tidak meninggalkan komunitas yang terisolasi.

Selain itu, Paus Fransiskus menyoroti pentingnya sumber daya alam Papua Nugini digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat, terutama kaum marginal. Kunjungannya mencerminkan komitmen untuk terus melayani meskipun usianya sudah menginjak 87 tahun, dan menandai langkah penting dalam hubungan antara Vatikan dan wilayah Asia-Oseania.

Pada kunjungan bersejarahnya ke Papua Nugini, Paus Fransiskus membawa pesan harapan, perdamaian, dan solidaritas. Dalam kunjungan yang berlangsung selama beberapa hari ini, Paus tidak hanya datang sebagai pemimpin spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga sebagai simbol perhatian global terhadap kondisi sosial dan kemanusiaan di Papua Nugini.

Misi Kemanusiaan dan Bantuan Medis

Selama kunjungannya, Paus Fransiskus mengunjungi daerah terpencil seperti Vanimo, sebuah kota kecil yang terletak di barat laut Papua Nugini. Kota ini memiliki keterbatasan infrastruktur, seperti akses air bersih dan listrik. Paus Fransiskus, yang kini berusia 87 tahun, menunjukkan kepeduliannya terhadap kebutuhan dasar masyarakat dengan membawa bantuan medis dan pasokan lain yang sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat. Beberapa barang yang disumbangkan termasuk obat-obatan, pakaian, serta mainan dan alat musik untuk anak-anak di sekolah-sekolah.

Aksi solidaritas ini mencerminkan semangat Paus yang tak lekang oleh usia. Dengan menggunakan pesawat kargo militer, Paus mengangkut ratusan kilogram bantuan, menunjukkan betapa seriusnya ia dalam misinya membantu masyarakat di daerah-daerah terpencil. Langkah ini diterima dengan sukacita oleh warga setempat, yang menyebut bahwa kunjungan Paus memberikan semangat baru bagi mereka yang merasa dilupakan oleh dunia luar.

Pesan Perdamaian dan Rekonsiliasi

Dalam pidato-pidatonya selama berada di Papua Nugini, Paus Fransiskus menekankan pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama. Papua Nugini memiliki sejarah panjang dengan konflik internal, termasuk ketegangan antara berbagai suku yang kadang-kadang memicu kekerasan. Paus mengajak semua pihak untuk terus membangun dialog dan perdamaian, serta menghormati keragaman budaya yang ada di negara ini.

Menurut Paus, tanah Papua Nugini yang kaya akan sumber daya alam harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan semua pihak, bukan hanya segelintir orang. Sumber daya seperti minyak, gas, dan kayu sering menjadi sumber ketegangan antara pemerintah dan komunitas lokal. Paus mendesak para pemimpin untuk mengelola kekayaan alam ini dengan bijak dan memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang paling rentan.

Dukungan Terhadap Perempuan dan Anak-anak

Salah satu aspek yang mendapat sorotan khusus dari Paus Fransiskus adalah perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak di Papua Nugini. Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius di negara ini, dan Paus secara terbuka mengutuk segala bentuk kekerasan domestik dan penindasan. Dalam salah satu homilinya, ia menyatakan bahwa perempuan harus dihormati dan dilindungi, karena mereka memainkan peran penting dalam komunitas, baik sebagai ibu, pendidik, maupun pemimpin lokal.

Anak-anak juga menjadi perhatian utama Paus Fransiskus. Ia menyempatkan diri untuk bertemu dengan para siswa di beberapa sekolah Katolik di Papua Nugini, memberi mereka pesan moral tentang pentingnya pendidikan dan perdamaian. Paus juga memberikan alat musik dan mainan, sebagai bagian dari upayanya untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di tengah kesulitan ekonomi.

Pengaruh Kunjungan Paus Fransiskus bagi Papua Nugini

Kunjungan Paus Fransiskus membawa dampak signifikan bagi Papua Nugini, baik dari segi sosial maupun spiritual. Keberadaan Paus mengingatkan dunia tentang tantangan yang dihadapi oleh negara kepulauan ini, terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan umum. Selain itu, kunjungan ini juga memperkuat hubungan antara Vatikan dan Papua Nugini, memberikan dorongan bagi komunitas Katolik setempat untuk terus melayani dan membantu sesama.

Kunjungan Paus juga diharapkan dapat menjadi katalisator bagi reformasi sosial dan politik di Papua Nugini. Dengan kehadiran seorang pemimpin dunia yang begitu dihormati, masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh negara ini, seperti ketidaksetaraan, korupsi, dan kekerasan, kini mendapat perhatian global. Paus Fransiskus meninggalkan pesan bahwa setiap orang harus berperan aktif dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi Papua Nugini. (By Sie Komsos)

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/

Komunitas Laudato Si’ Bersihkan GBK Usai Misa Bersama Paus Fransiskus

 

Komunitas Laudato Si’ Bersihkan GBK Usai Misa Bersama Paus Fransiskus

Pada Misa Akbar yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, komunitas Laudato Si’ mengambil peran penting dalam menjaga kebersihan. Dengan semangat cinta lingkungan, para relawan dari berbagai latar belakang, termasuk umat paroki dan sekolah Katolik, secara aktif mengumpulkan sampah yang ditinggalkan oleh puluhan ribu umat. Aksi ini merupakan bagian dari gerakan global yang terinspirasi oleh ensiklik Paus, Laudato Si’, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama kita.

Tidak hanya fokus pada kebersihan, tetapi kegiatan ini juga bertujuan untuk menyebarkan pesan kepedulian lingkungan di tengah perayaan rohani besar. Para relawan menggunakan peralatan kebersihan lengkap, mengumpulkan sampah dari tribun penonton dan area lain di GBK, memastikan bahwa acara yang dihadiri oleh sekitar 86.000 orang berjalan dengan tertib dan ramah lingkungan. Total lebih dari 19 ton sampah berhasil dikelola, menunjukkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan komunitas setempat

Komunitas Laudato Si adalah gerakan global yang terinspirasi oleh ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si’, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama kita. Ensiklik ini diterbitkan pada 2015, dan sejak itu telah mengilhami jutaan orang di seluruh dunia untuk bertindak lebih baik dalam melindungi lingkungan serta menegakkan keadilan sosial.

Komunitas ini berkembang pesat di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan banyak anggota berasal dari kalangan rohaniwan, umat gereja, dan masyarakat umum yang peduli terhadap isu-isu lingkungan. Di Indonesia, gerakan ini telah menjadi platform penting bagi berbagai aksi nyata yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan, salah satunya adalah partisipasi mereka dalam acara-acara besar yang dihadiri oleh Paus Fransiskus, seperti Misa Akbar di Gelora Bung Karno (GBK).

Fokus Utama Komunitas Laudato Si

Laudato Si menekankan enam aspek penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan:

  1. Cinta Kasih terhadap Penciptaan: Gerakan ini mengajak setiap orang untuk merawat bumi sebagai bentuk penghormatan terhadap Sang Pencipta.
  2. Keberlanjutan: Anggota komunitas ini berusaha memastikan bahwa segala aktivitas yang mereka lakukan mendukung keberlanjutan ekosistem.
  3. Keberpihakan pada yang Lemah: Komunitas Laudato Si juga mengadvokasi keadilan sosial, terutama bagi masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
  4. Pengurangan Sampah dan Polusi: Salah satu tindakan nyata komunitas ini adalah mengurangi sampah dan polusi dengan cara-cara praktis seperti daur ulang dan pengurangan penggunaan plastik.
  5. Penggunaan Energi Terbarukan: Mereka mendorong penggunaan energi bersih sebagai alternatif dari bahan bakar fosil.
  6. Perubahan Gaya Hidup: Komunitas ini mengajak setiap orang untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sederhana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Kegiatan Komunitas Laudato Si di Indonesia

Di Indonesia, gerakan Laudato Si semakin berkembang dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan nyata dalam menjaga lingkungan. Salah satu kegiatan yang mendapat perhatian besar adalah aksi pengumpulan sampah selama Misa Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno pada 5 September 2024. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 300 relawan dari berbagai komunitas, termasuk sekolah-sekolah Katolik dan organisasi keagamaan lainnya. Para relawan ini dengan semangat membersihkan sisa-sisa sampah yang ditinggalkan oleh para peserta misa, memastikan bahwa acara tersebut tidak hanya suci secara spiritual tetapi juga ramah lingkungan.

Selain itu, Komunitas Laudato Si di Indonesia juga aktif mengadakan webinar dan diskusi terkait isu-isu lingkungan. Sebagai bagian dari perayaan Musim Penciptaan, mereka menyelenggarakan berbagai kegiatan edukasi untuk menanamkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga bumi kepada umat dan masyarakat luas. Salah satu webinar terbaru mereka mengangkat topik tentang peran pendidikan dalam memperkuat hubungan antara manusia dan alam, yang diadakan pada Agustus 2024.

Pengaruh Global Komunitas Laudato Si

Selain di Indonesia, gerakan Laudato Si juga telah menyebar ke lebih dari 160 negara. Banyak komunitas lokal yang terbentuk dengan misi yang sama, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terdampak oleh perubahan iklim. Salah satu inisiatif terbesar dari gerakan ini adalah pengurangan emisi karbon dan upaya untuk membuat setiap kegiatan gereja lebih ramah lingkungan.

Paus Fransiskus, melalui ensiklik Laudato Si’, tidak hanya berbicara tentang lingkungan sebagai masalah ekologi, tetapi juga sebagai isu moral. Dengan merusak bumi, manusia juga merusak relasi dengan sesama, terutama dengan mereka yang paling menderita akibat eksploitasi alam, yaitu masyarakat miskin dan terpinggirkan. Oleh karena itu, komunitas Laudato Si sangat fokus pada pentingnya menghubungkan isu-isu lingkungan dengan isu keadilan sosial.

Kolaborasi dengan Pihak Lain

Komunitas Laudato Si di Indonesia tidak bekerja sendirian. Mereka sering berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan komunitas agama lainnya. Melalui kolaborasi ini, mereka berharap dapat memperluas jangkauan pengaruhnya dan melibatkan lebih banyak orang dalam menjaga lingkungan.

Salah satu bentuk kolaborasi yang menonjol adalah kampanye bersama dengan pemerintah lokal untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di berbagai acara besar. Dengan pendekatan yang inklusif dan melibatkan berbagai kalangan, komunitas ini berharap dapat mengubah kebiasaan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

Kesimpulan

Komunitas Laudato Si adalah gerakan global yang telah memberikan dampak signifikan dalam menjaga lingkungan dan menegakkan keadilan sosial. Di Indonesia, gerakan ini aktif terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari aksi pengumpulan sampah hingga penyelenggaraan webinar edukatif. Dengan semangat cinta lingkungan dan kepedulian terhadap sesama, komunitas ini terus berupaya untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Paus Fransiskus, melalui ensiklik Laudato Si’, mengajarkan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban ilmiah, tetapi juga moral yang harus dipegang teguh oleh seluruh umat manusia. (By Sie Komsos).

Foto dari : https://www.hidupkatolik.com/
Keterangan Foto : Komunitas Laudato Si’ dari Tarakanita