Mengambil dari homili Kardinal, diawali dengan pengantar “Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita, Yesus Kristus”. Kalau kita teliti menyimaknya, sebetulnya yang kita dengarkan bukan pertama-tama kisah sengsara tetapi kisah Keagungan Kasih Tuhan. Oleh karena itu hari ini tidak disebut Jumat sengsara tetapi Jumat Agung. Di dalam kisah tadi tidak ada peristiwa yang diceritakan Yesus ditangkap seperti seorang pesakitan. Yang diceriterakan adalah Yesus menyerahkan diri. Ketika dihina, ditampar, Dia hanya diam, seolah-olah bertanya kepada kita siapa yang lebih bermartabat, yang melakukan kekerasan atau yang diperlakukan tidak adil? Dan lagi ketika Ia wafat, Ia berkata, “Sudah selesai”. Apa yang selesai? Yang selesai adalah tugas perutusan-Nya, menyatakan bahwa Allah adalah Kasih. Kita selalu ingat akan kata-kata Yesus, “Makananku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”. Atau Sabda lain, ketika Yesus berkata “Tiada Kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Sambil berharap untuk menerima buah-buah penebusan secara melimpah, marilah kita haturkan doa-doa kita.
Kardinal sungguh mengajak umat-Nya meneladan Tuhan kita, terutama dalam keadaan sekarang untuk bisa lebih mengasihi sesama. Dalam tahun keadilan pun, Kardinal mengajak agar umat mampu bersikap adil bagi sesama sebagai lambang kasih nyata seperti teladan Yesus. Tidak lupa juga kita diajak untuk berdoa sambil berharap pada Allah untuk menebus dosa kita dan memberikan jalan yang terbaik dari situasi ini. (By Sie Komsos).