– Kedegilan hati –
Salah satu ciri orang degil hati adalah orang-orang yang bandel, hatinya sudah begitu mengeras sehingga sulit menerima masukan atau pendapat dari orang lain, karena merasa prinsip merekalah yang benar sedang yang lain salah, tanpa melihat dulu duduk persoalannya.
Mengacu pada bacaan Injil hari ini, kita bisa melihat reaksi orang Farisi ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Mereka tampil menjadi orang yang tidak punya kepekaan, tidak lagi mampu melihat perspektif yang benar tetapi hanya sibuk mencari-cari kesalahan karena apa yang mereka lihat tidak sesuai dengan pendapat mereka pribadi.
Adapun kedegilan hati orang Farisi yang dapat kita waspadai, agar tidak terperangkap dalam sikap yang sama seperti yang dilakukan orang Farisi pada masa itu, antara lain:
1. Berpusat pada diri sendiri
Orang yang degil hanya BERPUSAT PADA DIRI mereka SENDIRI dan akan dengan mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka.
Di sinilah kita diajak untuk menyadari bahwa kita memang tidak harus selalu setuju dengan pendapat orang, tetapi adalah baik apabila kita mau mendengarkan nasihat yang benar, dan memberi kesempatan orang untuk menyampaikan pendapatnya.
2. Kekerasan hati
Mereka memiliki kondisi hati yang keras seperti batu, sehingga mendukakan hati Yesus. Inilah yang mengakibatkan mereka tidak lagi peka, baik terhadap kebenaran, terhadap orang lain bahkan terhadap diri mereka sendiri.
Di sinilah kita diajak untuk melihat seperti apa sikap mereka yang berulang kali dikatakan sebagai sebuah kemunafikan. Mereka merasa sebagai orang-orang yang paling rohani, paling suci, paling tahu, paling hebat, paling benar, dan kesombongan ini membuat hati mereka mengeras dan rajin menghakimi orang lain tetapi tidak pernah introspeksi terhadap diri sendiri.
3. Formalitas
Hati orang Farisi ini bukan saja keras untuk menerima Yesus, tetapi juga keras terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar mereka. Mereka lebih mementingkan tata cara, FORMALITAS atau tradisi ketimbang mengasihi orang lain.
Di sinilah kita diajak untuk memperhatikan apa saja tindakan orang Farisi pada saat itu. Mereka lebih tertarik untuk melindungi tradisi keagamaan ketimbang mematuhi Sabda Allah, mereka juga lebih peduli akan pendapat orang ketimbang apa yang diperkenankan Allah. Mereka menampilkan sosok yang sepertinya sangat suci, berdoa di jalan-jalan umum agar terlihat begitu alim, sementara perilaku mereka sama sekali bertolak belakang.
Saudaraku, menyadari dengan baik bahwa ‘hati’ merupakan pusat kontrol dari segalanya, dan segala kecemaran itu timbul dari hati yang tidak terjaga dengan baik.
Maka adalah bijaksana bila kita belajar memiliki hati yang lemah lembut ketika ada teguran terhadap kita, karena hati yang keras akan mengakibatkan hidup kita menjadi pribadi yang selalu memberontak.
Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus senantiasa menyertai kita sekeluarga. Amin.