– Demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan –
Inilah spiritualitas St.Igantius Loyola sekaligus semboyan para Jesuit yang mengajak kita untuk membawa semua doa dan karya kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah, sebagaimana telah dihayati dan diteladani oleh St Aloysius (Luigi) Gonzaga, seorang frater Jesuit yang kita kenangkan hari ini.
Mengacu pada bacaan Injil hari ini, Kristus mengajar para muridNya: “Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi, ngengat dan karat akan merusakkannya dan pencuri akan membongkar serta mencurinya. Kumpulkankanlah harta di surga karena di sana ngengat dan karat tidak akan merusakannya. Pencuri juga tidak akan membongkarnya”.
Karena hati manusia dicipta untuk mereguk kebahagiaan yang sempurna dan abadi, maka dibutuhkan harta yang abadi pula untuk memuaskannya. Harta atau janji-janji kebahagiaan yang bersifat duniawi tidak akan pernah mampu memuaskannya.
Adapun keteladanan hati dan iman St. Aloysius Gonzaga yang dapat kita maknai dalam kehidupan sehari-hari supaya ‘harta’ kita lebih terarah untuk memuliakan Allah, antara lain:
1. Keterbukaan
KETERBUKAAN HATI Aloysius Gonzaga dalam menjalin komunikasi yang intensif dengan Yang Ilahi, nampak dalam upayanya menjalin komunikasi insani dengan sesamanya, terlebih yang kecil dan tersingkir, hatinya lepas bebas.
Ia tidak lekat-pekat pada kemapanan dan kekayaan dunia, sebab ia sendiri mempunyai empat devosi khusus:
¤ Devosi kpd Sakramen Mahakudus
¤ Devosi kpd Sengsara Kristus
¤ Devosi kpd para Malaikat
¤ Devosi kpd Bunda Maria.
Di sinilah kita diajak untuk membina ‘keterbukaan mata hati’ kita agar menjadi pelita tubuh yang terang bersama para kudus, sehingga hidup kitapun menjadi terang bagi sesama.
2. Ketulusan
KETULUSAN HATI dan afektif Aloysius Gonzaga yakni perasaan yang suci dan murni inilah yang mendasari sikapnya berbelarasa terhadap sesama. Ia berbuat baik bukan untuk dipuji-puji, tapi memang karena ketulusan hati dan afektifnya.
Di sinilah kita diajarkan semangat kesadaran diri dan kerendahan hati Aloysius Gonzaga yang terus terolah, karena semangat inilah yang mendasari sikap ketulusan hati dan afektifnya.
3. Kepedulian
KEPEDULIAN Aloysius Gonzaga sebagai putra tertua seorang bangsawan, nampak ketika terjadi wabah pes dan kelaparan di Italia pada tahun 1591, ia mengumpulkan dana dengan “mengemis” di daerah-daerah yang terkena wabah, bahkan dengan bekerja langsung, ia merawat orang-orang sakit, mengangkut orang-orang yang hampir mati di jalan raya, membawa mereka ke rumah sakit, memandikan mereka dan memberi mereka makan serta mempersiapkan mereka untuk menerima sakramen-sakramen.
Di sinilah kita diajarkan bagaimana melakukan hal-hal kecil dan sederhana secara nyata sebagai wujud kepedulian kita terhadap sesama demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa.
4. Kesetiaan
KESETIAAN dan pengorbanan Aloysius Gonzaga sepanjang hidupnya, yakni meninggalkan ‘harta’, keluarga, kekayaan dan kebangsawanannya demi kemuliaan Allah, seringkali dilukiskan dengan gambaran seorang laki-laki muda yang mengenakan jubah hitam dengan superpli putih dan memegang salib.
Di sinilah kita diajarkan bahwa Aloysius Gonzaga tidak mencari harta dunia, tapi sungguh berjuang untuk mencari dan menemukan harta surgawi. Matanya terang mencari keabadian dan hidupnya penuh dengan perkara-perkara ‘yang diatas’, bukan seperti yang sering kita jumpai ketika orang licik dan penuh intrik berebut harta, tahta dan kuasa.
Saudaraku, sesungguhnya dalam kehidupan manusia ada banyak tempat dimana Allah hadir dan mengubah hidup. Perubahan hidup manusia menuju keadaan yang lebih baik adalah 100% rahmat Allah dan 100% usaha manusia. Keberhasilan yang dicapai manusia hendaknya disadari ‘Demi Semakin Bertambah Besarnya Kemuliaan Allah’
Salam Kasih dan Damai Sejahtera Kristus senantiasa menyertai kita sekeluarga. Amin.